Ledakan Pabrik Kembang Api Mencekam, Banyak Korban yang Terjebak
A
A
A
TANGERANG - Tragedi kecelakaan kerja terjadi Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (26/10/2017) pagi. Pabrik kembang api di kawasan Kosambi meledak hebat dan mengakibatkan 47 orang pekerja tewas mengenaskan.
Peristiwa itu juga menyebabkan sedikitnya 46 orang lainnya mengalami luka bakar berat dan ringan. Mereka harus menjalani perawatan di tiga rumah sakit di Tangerang sesuai tingkat luka yang diderita, yakni RSIA BUN, RS Mitra Husada, dan RSUD Tangerang.
Hingga tadi malam, polisi belum memastikan penyebab ledakan tersebut. Tim dari Pusat Laboratorium Forensik Badan Reserse Kriminal Mabes Polri masih melakukan penyelidikan di tempat kejadian untuk menemukan petunjuk dan bukti. Mereka didukung oleh Tim Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) yang juga berada di bawah Bareskrim Polri. Pada saat yang sama, Satuan Gegana dari Brimob Polda Metro Jaya melakukan penyisiran mengantisipasi masih ada material atau bahan di dalam pabrik yang berpotensi meledak.
Di sisi lain, Direktorat Kriminal Umum Polda Metro Jaya telah dan akan memeriksa sejumlah saksi di antaranya manajer dan pemilik pabrik. "Kami periksa semua hingga perizinan pabrik dan kemungkinan adanya unsur kelalaian," ungkap Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Pol Argo Yuwono.
Pabrik milik PT Panca Buana Cahaya Sukses ini tepatnya berlokasi di Jalan Raya Salembaran (Jalan SMPN) RT 20/RW 10, Desa Belimbing, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten. Polisi sudah berkomunikasi dengan pemilik pabrik, Indra Liyono,40, yang akan secepatnya pulang dari Malaysia. Pabrik nahas ini baru beroperasi dua bulan dengan jumlah pegawai 103 orang.
Tes DNA
Mayoritas korban adalah karyawan pabrik. Sebagian besar korban meninggal belum dapat diidentifikasi karena luka bakar parah di sekujur tubuh. Jasad seluruh korban tewas dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara R Said Sukanto (RS Polri Kramatjati) Jakarta dan rencananya mulai diautopsi hari ini.
Polisi akan mendinginkan dulu jasad mereka karena di antaranya masih berasap saat dievakuasi kemobil jenazah. Kepala Rumah Sakit Bhayangkara R Said Sukanto Brigjen Pol dr Didi Agus Mintadi mengatakan, kondisi jasad para korban cukup memprihatinkan sehingga perlu dilakukan pencocokan deoxyribose-nucleic acid (DNA) tidak sekadar pemeriksaan sidik jari dan data geligi gigi.
"Sulit untuk identifikasi dari sidik jari. Perlu dibandingkan, DNA mana yang cocok dengan DNA korban. Jadi keluarga, anak, atau orang tua perlu diambil DNA-nya," jelas dia.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya Komisaris Besar Pol Umar Shahab meminta keluarga korban yang mengecek ke RS Polri Kramatjati membawa catatan geligi gigi untuk membantu proses identifikasi. Tadi malam sejumlah keluarga karyawan yang belum mengetahui nasib saudaranya tampak mendatangi Posko Antemortem di Gedung Instalasi Pelayanan Disaster Victims Iden tification (DVI) RS Kramatjati.
Ledakan terjadi sekitar pukul 09.00 WIB. Bangunan pabrik berbentuk U itu luluh lantak. Sebagian atap bangunan yang terbuat dari seng jebol. Beberapa bagian temboknya roboh. Dua kendaraan yang parkir di halaman pabrik 1 truk dan 1 mobil ikut terbakar. Para karyawan yang sedang bekerja banyak tertimpa reruntuhan. Amuk api setelah ledakan hebat disertai asap tebal yang membubung tinggi ke udara Tangerang berlangsung selama sekitar tiga jam.
Selepas tengah hari, para petugas Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Tangerang berhasil menguasai situasi. Polisi dan petugas medis yang memasuki reruntuhan pabrik setelah api padam menemukan para korban tewas dan luka bergelimpangan.
"Suasananya mencekam sekali. Mereka terjebak di dalam setelah ledakan. Ada potongan tubuh juga," terang Kepala Kepolisian Resor Metro Tangerang Komisaris Besar Pol Harry Kurniawan.
Beberapa warga di sekitar lokasi mengaku ledakan terdengar begitu dahsyat hingga menggetarkan daratan yang mereka pijak. "Begitu keluar rumah dan mencari arah ledakan, saya melihat asap hitam tebal dari arah pabrik," tutur Indra, warga RW 10 Desa Belimbing.
Dalam waktu singkat, kata dia, jalanan di depan pabrik disesaki masyarakat. Sebagian dari mereka langsung berupaya melakukan pertolongan dengan kemampuan dan alat seadanya seperti tangga. Sebagian lainnya berlarian sambil berteriak memberi tahu warga lain. Ada pula yang hanya terpaku menonton. Puluhan personel Brimob tampak membantu evakuasi para korban.
Apakah Indra mendengar teriakan minta tolong dari dalam pabrik? Dia mengaku kegaduhan di luar pabrik membuatnya tidak fokus mendengar ke arah dalam pabrik. "Banyak ibu-ibu histeris dan menangis ketakutan. Khawatir api meluas," papar Indra.
Saksi lainnya, Amri, mengaku sedang memasang atap bangunan sebuah mes ketika ledakan terjadi. "Jarak dari tempat saya sekitar 20 meter. Suara ledakannya keras sekali. Saya melihat atap pabrik itu jebol dan terlempar ke udara lalu terjadi kebakaran besar," katanya.
Sementara dari Bandung dilaporkan, 12 dari puluhan korban ledakan pabrik kembang api di Tangerang adalah warga Desa Batulayang, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat.
Hingga tadi malam, delapan orang diketahui mengalami luka ringan dan patah kaki, sementara empat orang belum diketahui nasibnya. Keempat orang tersebut adalah Sunarya,28; Ade Rostika,20; Oleh,25; dan Gunawan,17. "Kami semua berharap mereka juga selamat," ujar Kepala Desa Batulayang Beben melalui sambungan telepon.
Peristiwa itu juga menyebabkan sedikitnya 46 orang lainnya mengalami luka bakar berat dan ringan. Mereka harus menjalani perawatan di tiga rumah sakit di Tangerang sesuai tingkat luka yang diderita, yakni RSIA BUN, RS Mitra Husada, dan RSUD Tangerang.
Hingga tadi malam, polisi belum memastikan penyebab ledakan tersebut. Tim dari Pusat Laboratorium Forensik Badan Reserse Kriminal Mabes Polri masih melakukan penyelidikan di tempat kejadian untuk menemukan petunjuk dan bukti. Mereka didukung oleh Tim Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) yang juga berada di bawah Bareskrim Polri. Pada saat yang sama, Satuan Gegana dari Brimob Polda Metro Jaya melakukan penyisiran mengantisipasi masih ada material atau bahan di dalam pabrik yang berpotensi meledak.
Di sisi lain, Direktorat Kriminal Umum Polda Metro Jaya telah dan akan memeriksa sejumlah saksi di antaranya manajer dan pemilik pabrik. "Kami periksa semua hingga perizinan pabrik dan kemungkinan adanya unsur kelalaian," ungkap Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Pol Argo Yuwono.
Pabrik milik PT Panca Buana Cahaya Sukses ini tepatnya berlokasi di Jalan Raya Salembaran (Jalan SMPN) RT 20/RW 10, Desa Belimbing, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten. Polisi sudah berkomunikasi dengan pemilik pabrik, Indra Liyono,40, yang akan secepatnya pulang dari Malaysia. Pabrik nahas ini baru beroperasi dua bulan dengan jumlah pegawai 103 orang.
Tes DNA
Mayoritas korban adalah karyawan pabrik. Sebagian besar korban meninggal belum dapat diidentifikasi karena luka bakar parah di sekujur tubuh. Jasad seluruh korban tewas dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara R Said Sukanto (RS Polri Kramatjati) Jakarta dan rencananya mulai diautopsi hari ini.
Polisi akan mendinginkan dulu jasad mereka karena di antaranya masih berasap saat dievakuasi kemobil jenazah. Kepala Rumah Sakit Bhayangkara R Said Sukanto Brigjen Pol dr Didi Agus Mintadi mengatakan, kondisi jasad para korban cukup memprihatinkan sehingga perlu dilakukan pencocokan deoxyribose-nucleic acid (DNA) tidak sekadar pemeriksaan sidik jari dan data geligi gigi.
"Sulit untuk identifikasi dari sidik jari. Perlu dibandingkan, DNA mana yang cocok dengan DNA korban. Jadi keluarga, anak, atau orang tua perlu diambil DNA-nya," jelas dia.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya Komisaris Besar Pol Umar Shahab meminta keluarga korban yang mengecek ke RS Polri Kramatjati membawa catatan geligi gigi untuk membantu proses identifikasi. Tadi malam sejumlah keluarga karyawan yang belum mengetahui nasib saudaranya tampak mendatangi Posko Antemortem di Gedung Instalasi Pelayanan Disaster Victims Iden tification (DVI) RS Kramatjati.
Ledakan terjadi sekitar pukul 09.00 WIB. Bangunan pabrik berbentuk U itu luluh lantak. Sebagian atap bangunan yang terbuat dari seng jebol. Beberapa bagian temboknya roboh. Dua kendaraan yang parkir di halaman pabrik 1 truk dan 1 mobil ikut terbakar. Para karyawan yang sedang bekerja banyak tertimpa reruntuhan. Amuk api setelah ledakan hebat disertai asap tebal yang membubung tinggi ke udara Tangerang berlangsung selama sekitar tiga jam.
Selepas tengah hari, para petugas Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Tangerang berhasil menguasai situasi. Polisi dan petugas medis yang memasuki reruntuhan pabrik setelah api padam menemukan para korban tewas dan luka bergelimpangan.
"Suasananya mencekam sekali. Mereka terjebak di dalam setelah ledakan. Ada potongan tubuh juga," terang Kepala Kepolisian Resor Metro Tangerang Komisaris Besar Pol Harry Kurniawan.
Beberapa warga di sekitar lokasi mengaku ledakan terdengar begitu dahsyat hingga menggetarkan daratan yang mereka pijak. "Begitu keluar rumah dan mencari arah ledakan, saya melihat asap hitam tebal dari arah pabrik," tutur Indra, warga RW 10 Desa Belimbing.
Dalam waktu singkat, kata dia, jalanan di depan pabrik disesaki masyarakat. Sebagian dari mereka langsung berupaya melakukan pertolongan dengan kemampuan dan alat seadanya seperti tangga. Sebagian lainnya berlarian sambil berteriak memberi tahu warga lain. Ada pula yang hanya terpaku menonton. Puluhan personel Brimob tampak membantu evakuasi para korban.
Apakah Indra mendengar teriakan minta tolong dari dalam pabrik? Dia mengaku kegaduhan di luar pabrik membuatnya tidak fokus mendengar ke arah dalam pabrik. "Banyak ibu-ibu histeris dan menangis ketakutan. Khawatir api meluas," papar Indra.
Saksi lainnya, Amri, mengaku sedang memasang atap bangunan sebuah mes ketika ledakan terjadi. "Jarak dari tempat saya sekitar 20 meter. Suara ledakannya keras sekali. Saya melihat atap pabrik itu jebol dan terlempar ke udara lalu terjadi kebakaran besar," katanya.
Sementara dari Bandung dilaporkan, 12 dari puluhan korban ledakan pabrik kembang api di Tangerang adalah warga Desa Batulayang, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat.
Hingga tadi malam, delapan orang diketahui mengalami luka ringan dan patah kaki, sementara empat orang belum diketahui nasibnya. Keempat orang tersebut adalah Sunarya,28; Ade Rostika,20; Oleh,25; dan Gunawan,17. "Kami semua berharap mereka juga selamat," ujar Kepala Desa Batulayang Beben melalui sambungan telepon.
(amm)