Anies-Sandi Diminta Fokus Atasi Kesenjangan Ekonomi di Jakarta
A
A
A
JAKARTA - Ketimpangan ekonomi yang masih tinggi di Jakarta menjadi tantangan besar buat gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta terpilih, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Anies dan Sandi diminta juga untuk dapat merealisasikan janji kampanye yang tertuang melalui program OK OCE (One Kecamatan, One Centre for Entrepreneurship).
"OK OCE ini merupakan ikhtiar dari pasangan ini untuk melahirkan 200 ribu pengusaha baru," kata William Henley, pemerhati ekonomi dari Indosterling Capital, di Jakarta, kemarin.
"Caranya dengan membangun 44 Pos Pengembangan Kewirausahaan Warga di setiap kecamatan. Program ini dapat diikuti seluruh warga Jakarta, termasuk pekerja harian lepas provinsi. Inilah yang harusnya mulai mereka realisasikan," imbuhnya.
William meyakini, jumlah peserta OK OCE ini akan dapat meningkat selepas pelantikan keduanya sebagai gubernur dan wakil gubernur yang akan dilakukan di Istana Negara pada Senin (16/10/2017).
Merujuk pada data di website jakartamajubersama.com milik Anies-Sandi, peserta OK OCE hingga kini sudah hampir mencapai 12 ribu orang. "Jika kita menyimak langkah-langkah melalui OK OCE, maka tambahan pelaku usaha UMKM baru bisa terwujud," ujarnya.
Lebih lanjut William menjelaskan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Jakarta (year on year) pada kuartal II lalu mencapai 5,96 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan ekonomi nasional yang hanya tumbuh 5,01 persen sampai dengan semester I 2017.
Namun demikian, kata dia, tingkat ketimpangan pendapatan yang diukur dengan rasio gini hingga Maret 2017 sebesar 0,41. Angka ini meningkat 0,01 poin jika dibandingkan dengan rasio gini pada September 2016 sebesar 0,40. Data BPS juga memperlihatkan bahwa rasio gini Jakarta ini masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional, yaitu 0,393.
"Artinya dengan semakin tinggi rasio, maka semakin besar ketimpangan antara masyarakat," jelasnya.
Selanjutnya, permasalahan lain yang tidak kalah penting, William mengatakan, berkaitan dengan ketersediaan lapangan kerja. Sampai dengan Februari 2017, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Jakarta mencapai 5,36 persen dari jumlah angkatan kerja sebanyak 5,461 juta orang.
TPT Jakarta sedikit lebih tinggi dibandingkan TPT secara nasional, yaitu 5,33 persen. Fakta lain adalah rasio penempatan kerja di Jakarta hanya 20,05 persen. "Semua ini menjadi sebuah bukti sulitnya mendapatkan lapangan kerja. Sementara tingkat partisipasi kerja pun hanya 68,7 persen," tuturnya.
Semua permasalahan itu kata William, menjadi tantangan yang harus dientaskan dalam waktu lima tahun ke depan.
"Saya yakin dengan menggerakkan potensi kewirausahaan bisa menjadi salah satu solusi untuk merespons semua permasalahan ekonomi yang sampai kini masih menjadi persoalan di Jakarta," kata pria yang akrab disapa William Botax ini.
Anies dan Sandi diminta juga untuk dapat merealisasikan janji kampanye yang tertuang melalui program OK OCE (One Kecamatan, One Centre for Entrepreneurship).
"OK OCE ini merupakan ikhtiar dari pasangan ini untuk melahirkan 200 ribu pengusaha baru," kata William Henley, pemerhati ekonomi dari Indosterling Capital, di Jakarta, kemarin.
"Caranya dengan membangun 44 Pos Pengembangan Kewirausahaan Warga di setiap kecamatan. Program ini dapat diikuti seluruh warga Jakarta, termasuk pekerja harian lepas provinsi. Inilah yang harusnya mulai mereka realisasikan," imbuhnya.
William meyakini, jumlah peserta OK OCE ini akan dapat meningkat selepas pelantikan keduanya sebagai gubernur dan wakil gubernur yang akan dilakukan di Istana Negara pada Senin (16/10/2017).
Merujuk pada data di website jakartamajubersama.com milik Anies-Sandi, peserta OK OCE hingga kini sudah hampir mencapai 12 ribu orang. "Jika kita menyimak langkah-langkah melalui OK OCE, maka tambahan pelaku usaha UMKM baru bisa terwujud," ujarnya.
Lebih lanjut William menjelaskan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Jakarta (year on year) pada kuartal II lalu mencapai 5,96 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan ekonomi nasional yang hanya tumbuh 5,01 persen sampai dengan semester I 2017.
Namun demikian, kata dia, tingkat ketimpangan pendapatan yang diukur dengan rasio gini hingga Maret 2017 sebesar 0,41. Angka ini meningkat 0,01 poin jika dibandingkan dengan rasio gini pada September 2016 sebesar 0,40. Data BPS juga memperlihatkan bahwa rasio gini Jakarta ini masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional, yaitu 0,393.
"Artinya dengan semakin tinggi rasio, maka semakin besar ketimpangan antara masyarakat," jelasnya.
Selanjutnya, permasalahan lain yang tidak kalah penting, William mengatakan, berkaitan dengan ketersediaan lapangan kerja. Sampai dengan Februari 2017, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Jakarta mencapai 5,36 persen dari jumlah angkatan kerja sebanyak 5,461 juta orang.
TPT Jakarta sedikit lebih tinggi dibandingkan TPT secara nasional, yaitu 5,33 persen. Fakta lain adalah rasio penempatan kerja di Jakarta hanya 20,05 persen. "Semua ini menjadi sebuah bukti sulitnya mendapatkan lapangan kerja. Sementara tingkat partisipasi kerja pun hanya 68,7 persen," tuturnya.
Semua permasalahan itu kata William, menjadi tantangan yang harus dientaskan dalam waktu lima tahun ke depan.
"Saya yakin dengan menggerakkan potensi kewirausahaan bisa menjadi salah satu solusi untuk merespons semua permasalahan ekonomi yang sampai kini masih menjadi persoalan di Jakarta," kata pria yang akrab disapa William Botax ini.
(maf)