Makna Filosofis Tarik Tambang dan Lomba Bakiak di Mata Anies

Kamis, 17 Agustus 2017 - 18:29 WIB
Makna Filosofis Tarik Tambang dan Lomba Bakiak di Mata Anies
Makna Filosofis Tarik Tambang dan Lomba Bakiak di Mata Anies
A A A
JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta terpilih Anies Baswedan terlihat antusias mengikuti beberapa perlombaan yang digelar di Jalan Jaksa bersama INews TV. Anies yang mengenakan kemeja putih dan celana kain hitam ini ikut berpartisipasi mengikuti lomba tarik tambang dan lomba bakiak.

Baginya, kedua lomba ini tak hanya sebatas lomba biasa, meski sederhana namun di mata Anies permainan rakyat ini mengandung makna dan filosofis tersendiri.

Seperti halnya, tarik tambang, permainan ini menurut Anies, merupakan perlombaan yang membutuhkan kerjasama, dimana pada permainannya terjadi tarik menarik antar dua kelompok‎, namun bagi Anies, dua kelompok yang tarik menarik ini bukan lah musuh melainkan teman yang merayakan kemerdekaan bersama.

"Sisi kiri atau kanan itu bukan musuh tapi mereka memang lawan, dan kita adalah teman dalam merayakan kemerdekaan secara bersama. Meskipun dalam lomba ini ada menang ada yang kalah, tapi seusai lomba, warga menyadari seusai lomba itu selesai ya udah selesai," katanya kepada wartawan di lokasi, Kamis (17/8/2017).

‎‎Begitupun dengan lomba bakiak, perlombaan yang membutuhkan kerjasama beberapa orang dalam satu bakiak panjang itu, mereka di haruskan berjalan bersama mencapai garis finish ini. Dalam lomba ini, Anies melihat, kerjasama dan kecepatan langkah diperlukan untuk mencapai garis finish pertama.

"Yang menentukan dalam permainan ini kecepatan, gimana caranya, ya supaya jalannya cepat kita harus kerjasama ‎dengan langkah yang sama juga," katanya.

Menurutnya, dalam menentukan langkah dalam lomba bakiak ini, dirinya bersama timnya harus terjalin komunikasi yang menentukan gerak langkah bersama ‎sehingga bisa bergerak dengan cepat.

"Sebelum mulai kita ngobrol dulu, yang menetukan itu yang geraknya paling sama itu yang paling cepat, dan Alhamdulilah kita paling sama," katanya.

Begitupun dalam menentukan pemimpin, baginya seorang pemimpin itu harus diketahui latar belakangnya, apa yang dikerjakannya dan apa yang telah diberikannya pada masyarakat‎.

‎"Yang pasti darimana latar belakangnya, apa yang dikerjakannya, bukan orang yang tiba-tiba muncul, ada sesuatu yang baik yang pernah dilakukannya kepada masyarakat, orang yang bekerja untuk masyarakat. Itu sosok pemimpin," ujarnya.

Lomba bakiak ini pun memiliki filosofi yang luas, begitupun dalam memaknai kemerdekaan Indonesia ke 72 saat ini. ‎"Kalau yang maju hanya sebagian nanti menimbulkan ketimpangan, kalo gerak bersama-sama pemimpin yang punya visi yang di pahami dan memiliki langkah serta kecepatan yang dipahami, insha allah Indonesia maju bersama," tuturnya.

Jika ada ketimpangan atau ketertinggalan dalam langkah, seorang pemimpin, kata Anies, harus turun menyapa dan menyamakan kembali langkah yang telah dilakukan.

"Tugas pemimpin menyapa agar arah dan kecepatan sama, dan jangan di curigai kalo ada yang tertingal, tapi diajak kembali. Banyak pelajaran dari bakiak tadi.

Jika pada aplikasinya ditemukan ada ketidak kompakan dalam langkah, lanjutnya, semua itu tergantung pada pemimpinnya yang harus mengajarkan dan memberikan pemahaman kembali.

"Kita membawanya pada satu pemahaman, sudah saatnya bersatu lagi, jangan dibelah dan dipisahkan, tapi semua itu tergantung pemimpinnya," jelasnya.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7338 seconds (0.1#10.140)