Ditolak Rudenim, 36 Pengungsi Negara Konflik Jadi Gelandangan

Rabu, 09 Agustus 2017 - 16:38 WIB
Ditolak Rudenim, 36...
Ditolak Rudenim, 36 Pengungsi Negara Konflik Jadi Gelandangan
A A A
JAKARTA - Sedikitnya 36 pengungsi dari sejumlah negara konflik seperti Afganistan, Somalia, dan Sudan menggelandang di Kalideres, Jakarta Barat. Mereka pun kemudian mendirikan tenda-tenda di depan Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim), Jalan Peta Selatan, Jakarta Barat.

Keberadaan mereka di kawasan itu telah memasuki hari kesepuluh. Karena adanya penolakan dari Rudenim, mereka kemudian nekat mendirikan tenda-tenda di wilayah itu.

Sebelumnya para pencari suaka ini tinggal selama setahun di kantor United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) di Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Namun karena tidak ada kejelasan, mereka kemudian pindah dan menggelandang ke Kalideres.

"Sudah hampir 10 hari di tempat ini," ucap Ali, salah seorang pengungsi di wilayah itu, Rabu (9/8/2017).

Pantauan Koran SINDO, saat ini ada beberapa tenda kecil berdiri di wilayah itu dengan pintu menghadap ke jalan. Kondisi dalam tenda sangat kumuh, hanya dialasi tikar-tikar yang telah berdebu akibat lalu lintas jalan yang cukup padat lantaran sering dilintasi sejumlah truk besar.

Kondisi demikian jauh lebih baik, dibanding saat pertama kali datang. Kala itu para pengungsi hanya tidur seadanya di atas trotoar tanpa alas maupun atap. Kondisi meringkik acap kali terjadi saat malam hari, udara dingin disertai nyamuk acap kali mengganggu mereka saat tidur.

Kini, karena kondisi seadanya, lebih dari separuh diserang penyakit, seperti sakit kepala, perut, hingga paru-paru. "Lebih dari separuh dari kita merasa sakit. Sakit kepala, terus perut, ada juga yang batuk," kata Ali.

Menanggapi hal itu, dokter sendiri telah melakukan pengecekan di kawasan itu, mulai dari tensi darah. Beberapa orang pengungsi ada yang diberikan obat untuk meringankan hingga menyembuhkan penyakitnya.

Di antara yang sakit, yakni sembilan orang anak-anak dan 1 orang lansia yang telah berumur 70 tahun berjenis kelami perempuan. Kata Ali, perempuan pasrah dengan hidupnya. Dia bahkan tidak bisa makan karena sakit.

Untuk melangsungkan hidupnya, Ali dan pengungsi lainnya mengandalkan bantuan makan dari warga sekitar. Beberapa di antara warga bahkan rela memasak dan memberikan sedikit makanannya kepada pengungsi itu. "Saya tidak punya apapun. Makanan pakaian, sepatu, semua diberi oleh orang yang datang ke sini," ucap Ali.

Seorang warga sekitar, Wati (34), merasa iba dengan kondisi pengungsi. Karena itu, hampir setiap hari dirinya datang menyempatkan diri ke tempat itu memberi makan. Kegiatan ini sudah ia lakukan sejak empat hari lalu. "Saya kebetulan tinggal sekitar sini. Tahu dari media sosial ada pengungsi dari Afganistan," ujar Wati saat memberi makan.

Hingga berita ini ditulis pihak detensi imigrasi belum memberikan komentarnya terkait sejumlah pengungsi negara konflik itu.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1960 seconds (0.1#10.140)