Dishub Sebut SSS Kurangi Macet 30%, Pengamat: Itu Tidak Mungkin
A
A
A
JAKARTA - Pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, mengapresiasi pengerjaan konstruksi jalan layang Simpang Susun Semanggi (SSS) di Jalan Jenderal Sudirman. Simpang Susun Semanggi sejak Jumat malam (28/7/2018) sudah bisa dinikmati pengendara roda empat.
Namun, Nirwono tidak begitu yakin Simpang Susun Semanggi dapat memberikan dampak terhadap arus lalu lintas di kawasan Semanggi. Dia memprediksi kendaraan pribadi akan bertambah dan kemacetan di Jalan Jenderal Sudirman-Thamrin tetap tidak bisa terelakan.
"Dari segi konstruksi ya saya apresiasi, bagus. Tapi Simpang Susun Semanggi tidak menjawab persoalan kemacetan. Dikatakan 30% urai kemacetan? Itu tidak mungkin terjadi," ujar Nirwono Joga saat dihubungi.
Menurut Nirwono, hal yang perlu dilakukan Pemprov DKI adalah meningkatkan pelayanan bus Transjakarta di koridor I (Blok M- Kota), khususnya pada saat jam sibuk. Termasuk mendorong pemilik kendaraan pribadi menggunakan angkutan umum. (Baca: Simpang Susun Semanggi Kurangi Kemacetan 30%, Waktu Tempuh 3,54 Menit)
Nirwono menilai, fasilitas bernama fly over, underpass, maupun Simpang Susun Semanggi, tidak akan mampu mengurai kemacetan dan hanya menguntungkan kendaraan pribadi. Jadi, mau tidak mau pembangunan infrastruktur transportasi tersebut harus dibarengi dengan peningkatan pelayanan transportasi umum. “Simpang Susun Semanggi hanya menguntungkan mobil karena motor tidak boleh lewat," pungkasnya.
Namun, Nirwono tidak begitu yakin Simpang Susun Semanggi dapat memberikan dampak terhadap arus lalu lintas di kawasan Semanggi. Dia memprediksi kendaraan pribadi akan bertambah dan kemacetan di Jalan Jenderal Sudirman-Thamrin tetap tidak bisa terelakan.
"Dari segi konstruksi ya saya apresiasi, bagus. Tapi Simpang Susun Semanggi tidak menjawab persoalan kemacetan. Dikatakan 30% urai kemacetan? Itu tidak mungkin terjadi," ujar Nirwono Joga saat dihubungi.
Menurut Nirwono, hal yang perlu dilakukan Pemprov DKI adalah meningkatkan pelayanan bus Transjakarta di koridor I (Blok M- Kota), khususnya pada saat jam sibuk. Termasuk mendorong pemilik kendaraan pribadi menggunakan angkutan umum. (Baca: Simpang Susun Semanggi Kurangi Kemacetan 30%, Waktu Tempuh 3,54 Menit)
Nirwono menilai, fasilitas bernama fly over, underpass, maupun Simpang Susun Semanggi, tidak akan mampu mengurai kemacetan dan hanya menguntungkan kendaraan pribadi. Jadi, mau tidak mau pembangunan infrastruktur transportasi tersebut harus dibarengi dengan peningkatan pelayanan transportasi umum. “Simpang Susun Semanggi hanya menguntungkan mobil karena motor tidak boleh lewat," pungkasnya.
(thm)