Gusur Musala, Pembangunan Rel Kereta Bandara Soetta Diprotes Warga
A
A
A
TANGERANG - Rencana penggusuran rumah ibadah untuk perlintasan Kereta Api (KA) Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) Tangerang, Banten, di Kelurahan Tanah Tinggi, menuai protes warga sekitar.
Warga meminta, petugas PT KAI untuk terlebih dahulu membangun rumah ibadah yang baru, sebelum menggusur Musala Ar Rahman, yang ada di RT04/07, Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Tangerang. Sebagai aksi protes, warga memasang spanduk-spanduk yang intinya meminta pengganti sebelum musalah itu digusur.
Juki, warga sekitar mengatakan, musala tersebut dibangun atas iuran warga sekitar. Untuk itu, pihaknya meminta agar PT KAI tidak sembarangan menggusur rumah ibadah warga Tanah Tinggi itu.
"Jangan asal gusur saja. Bangun dahulu penggantinya, baru boleh gusur. Musala ini kami bangun atas iuran warga sini," kata Juki, saat ditemui Koran SINDO, di Tanah Tinggi, Tangerang, Jumat (21/7/2017).
Menurutnya, pergantian lahan musala oleh PT KAI tidak sesuai dengan harapan warga. Apalagi rumah ibadah itu sangat jauh dari pemukiman setempat. Warga berharap, relokasi musala ada di RW 07.
Terpisah, Ketua Yayasan Madrasah Surdada mengaku, masalah pembebasan lahan musala dan madrasah tersebut sebenarnya satu paket, dan tidak ada kendala. Semuanya sudah diurus PT KAI.
"Sekolah sama musala ini memang satu paket bidang yang dibebaskan lahannya untuk pembangunan rel kereta bandara. Sekolah sudah dibongkar dan dicari pengganti relokasinya," ungkap Surdada.
Sedangkan untuk pembongkaran musala, menuai protes warga. Menurutnya, protes warga disebabkan oleh belum adanya kejelasan penggantian musala yang baru oleh PT KAI yang melakukan penggusuran.
Padahal, PT KAI sudah memberikan ganti rugi terkait proses pembebasan itu. PT KAI akan merelokasi dan membangun Sekolah Madrasah di lingkungan RW 11, Kompleks Guru Minda, Tanah Tinggi, Tangerang.
"Untuk sekolah sudah mulai dibangun. Desainnya sudah ada. Ada dua lantai kelas dan atasnya dibangun musala. Warga keberatan, karena lokasi pembangunan tersebut dirasa kejauhan," terangnya.
Warga, sambung Surdada, minta musala tersebut dibangun di lingkungan RW 07 Tanah Tinggi. Namun, PT KAI telah sepakat bahwa pemindahan musala itu berada di lingkungan RW 11 Tanah Tinggi.
"Kalau pindahnya di Kompleks Guru Minda itu kejauhan. Lagi juga, masyarakat punya bukti surat tanah dan melakukan pembangunan Musala Ar Rahman sudah sejak lama," sambung Surdada lagi.
Sementara itu, Senior Manager Humas PT KAI Daop 1 Jakarta Suprapto mengatakan, PT KAI sudah berkoordinasi dengan pemilik yayasan dan pengurus musala. Buktinya madrasahnya sudah dibongkar.
"Bahkan ketika proses pembongkaran madrasah, pihak PT KAI menyewakan suatu tempat agar proses pembelajaran murid-murid madrasah tetap bisa berlangsung seperti biasa," jelas Suprapto.
Lebih lanjut, Suprapto minta pengertian masyarakat yang menolak, bahwa pihak PT KAI sudah merelokasi musala dan madrasah, sesuai aturan pengadaan lahan untuk proyek nasional dari pemerintah.
"Saat ini proses pembangunannya sedang berlangsung dan harus diingat, bahwa proyek nasional ini demi kepentingan orang banyak. Jadi mohon bantuan dan kerja sama masyarakat," ungkap Suprapto.
Dilanjutkan dia, penggusuran musala itu pasti akan tetap dilakukan. Namun kapan waktu pastinya, Suprapto mengaku akan berkoordinasi dahulu dengan pihak proyek pembangunan rel kereta di kawasan itu.
"Nanti kita infokan kalau sudah kondusif. Nanti saya koordinasikan lagi dengan pihak proyeknya. Saat ini, semua proyek sedang dikerjakan siang dan malam. Karena target kami akhir 2017," katanya.
Warga meminta, petugas PT KAI untuk terlebih dahulu membangun rumah ibadah yang baru, sebelum menggusur Musala Ar Rahman, yang ada di RT04/07, Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Tangerang. Sebagai aksi protes, warga memasang spanduk-spanduk yang intinya meminta pengganti sebelum musalah itu digusur.
Juki, warga sekitar mengatakan, musala tersebut dibangun atas iuran warga sekitar. Untuk itu, pihaknya meminta agar PT KAI tidak sembarangan menggusur rumah ibadah warga Tanah Tinggi itu.
"Jangan asal gusur saja. Bangun dahulu penggantinya, baru boleh gusur. Musala ini kami bangun atas iuran warga sini," kata Juki, saat ditemui Koran SINDO, di Tanah Tinggi, Tangerang, Jumat (21/7/2017).
Menurutnya, pergantian lahan musala oleh PT KAI tidak sesuai dengan harapan warga. Apalagi rumah ibadah itu sangat jauh dari pemukiman setempat. Warga berharap, relokasi musala ada di RW 07.
Terpisah, Ketua Yayasan Madrasah Surdada mengaku, masalah pembebasan lahan musala dan madrasah tersebut sebenarnya satu paket, dan tidak ada kendala. Semuanya sudah diurus PT KAI.
"Sekolah sama musala ini memang satu paket bidang yang dibebaskan lahannya untuk pembangunan rel kereta bandara. Sekolah sudah dibongkar dan dicari pengganti relokasinya," ungkap Surdada.
Sedangkan untuk pembongkaran musala, menuai protes warga. Menurutnya, protes warga disebabkan oleh belum adanya kejelasan penggantian musala yang baru oleh PT KAI yang melakukan penggusuran.
Padahal, PT KAI sudah memberikan ganti rugi terkait proses pembebasan itu. PT KAI akan merelokasi dan membangun Sekolah Madrasah di lingkungan RW 11, Kompleks Guru Minda, Tanah Tinggi, Tangerang.
"Untuk sekolah sudah mulai dibangun. Desainnya sudah ada. Ada dua lantai kelas dan atasnya dibangun musala. Warga keberatan, karena lokasi pembangunan tersebut dirasa kejauhan," terangnya.
Warga, sambung Surdada, minta musala tersebut dibangun di lingkungan RW 07 Tanah Tinggi. Namun, PT KAI telah sepakat bahwa pemindahan musala itu berada di lingkungan RW 11 Tanah Tinggi.
"Kalau pindahnya di Kompleks Guru Minda itu kejauhan. Lagi juga, masyarakat punya bukti surat tanah dan melakukan pembangunan Musala Ar Rahman sudah sejak lama," sambung Surdada lagi.
Sementara itu, Senior Manager Humas PT KAI Daop 1 Jakarta Suprapto mengatakan, PT KAI sudah berkoordinasi dengan pemilik yayasan dan pengurus musala. Buktinya madrasahnya sudah dibongkar.
"Bahkan ketika proses pembongkaran madrasah, pihak PT KAI menyewakan suatu tempat agar proses pembelajaran murid-murid madrasah tetap bisa berlangsung seperti biasa," jelas Suprapto.
Lebih lanjut, Suprapto minta pengertian masyarakat yang menolak, bahwa pihak PT KAI sudah merelokasi musala dan madrasah, sesuai aturan pengadaan lahan untuk proyek nasional dari pemerintah.
"Saat ini proses pembangunannya sedang berlangsung dan harus diingat, bahwa proyek nasional ini demi kepentingan orang banyak. Jadi mohon bantuan dan kerja sama masyarakat," ungkap Suprapto.
Dilanjutkan dia, penggusuran musala itu pasti akan tetap dilakukan. Namun kapan waktu pastinya, Suprapto mengaku akan berkoordinasi dahulu dengan pihak proyek pembangunan rel kereta di kawasan itu.
"Nanti kita infokan kalau sudah kondusif. Nanti saya koordinasikan lagi dengan pihak proyeknya. Saat ini, semua proyek sedang dikerjakan siang dan malam. Karena target kami akhir 2017," katanya.
(mhd)