Kehilangan 1 Stasiun, PT MRT Pastikan Fase I Dioperasikan Maret 2019
A
A
A
JAKARTA - Proyek pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) fase I Lebak Bulus- Bundaran HI mencapai 74,89 persen. Kehilangan 1 stasiun fase I di haji Nawi, PT MRT siap lanjutkan MRT fase II Bundaran HI- Kampung Bandan pada 2018.
Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Syahbandar mengatakan, proyek pembangunan MRT fase I sudah mencapai 74, 89 persen dengan rincian teknis kontruksi di bawah tanah sebesar 87,48 persen dan kontruksi melayang sebesar 62,42 persen.
Menurutnya, sejauh ini pembangunan masih sesuai target dan bisa dioperasikan pada Maret 2019. Hanya saja, kata dia, ada kendala pembebasan lahan di kawasan Haji Nawi, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan yang berakibat kepada hilangnya satu stasiun dari rencana 13 stasiun di fase I.
"MRT berpotensi tidak berhenti di Stasiun MRT Haji Nawi. Ada kendala pembebasan lahan dengan total luas 260 meter persegi di empat titik," kata William syahbandar di Jakarta, Kamis (6/7/2017).
William menjelaskan, stasiun Haji Nawi terhenti pada tahap pemasangan tiang stasiun yang berkaitan langsung dengan belum bebasnya lahan. Dimana, ketiga pemilik lahan masih mengajukan harga karena tidak sepakat dengan nilai appraisal tanah yang ditawarkan Pemprov DKI Jakarta, yakni Rp30 juta per meter persegi.
Beberapa waktu lalu, lanjut Wiliam, akhirnya Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memutuskan untuk menengahi harga menjadi Rp60 juta per meter persegi. Namun, Pemprov menolak dan mengajukan banding di tingkat kasasi ke Mahkamah Agung (MA).
"Kami tidak ingin berspekulasi kapan proses hukum itu selesai. Terpenting pengerjaan konstruksi rel di Jalan Haji Nawi masih berjalan. Kami akan melanjutkan MRT fase II pada 2018. Kalau proses hukum selesai, ya dilanjutkan berbarengan dengan MRT fase II. Tapi kalau sampai operasional MRT pada maret 2019, proses itu belum selesai. Penumpang harus naik dari Stasiun Cipete atau Stasiun Blok A," jelasnya.
Untuk fase II Bundaran HI- Kampung Bandan, kata William pihaknya saat ini masih menunggu persetujuan DPRD terkait pendanaan yan diusulkan oleh PT MRT sebesar Rp25,1 Triliun.
Secara umum, William menilai lokasi stasiun fase II sesuai dengan feasibility Study (FS). Namun ada beberapa perubahan lokasi berdasarkan kajian konsultasn Urban Design guideline (UDGL) Fase II, diantanrya yakni stasiun Sarinah, bergeser ke arah utara dengan pertimbangan rencana integrasi dengan MRT timur-barat, kemudian stasiun harmoni yang juga bergeser ke arah utara dengan pertimbangan rencana integrasi bus TransJakarta.
"Ada delapan stasiun pada fase II dengan jarak 8,3 kilometer. Jarak masing-masing stasiun tidak sampai 1 kilometer," ungkapnya.
Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Syahbandar mengatakan, proyek pembangunan MRT fase I sudah mencapai 74, 89 persen dengan rincian teknis kontruksi di bawah tanah sebesar 87,48 persen dan kontruksi melayang sebesar 62,42 persen.
Menurutnya, sejauh ini pembangunan masih sesuai target dan bisa dioperasikan pada Maret 2019. Hanya saja, kata dia, ada kendala pembebasan lahan di kawasan Haji Nawi, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan yang berakibat kepada hilangnya satu stasiun dari rencana 13 stasiun di fase I.
"MRT berpotensi tidak berhenti di Stasiun MRT Haji Nawi. Ada kendala pembebasan lahan dengan total luas 260 meter persegi di empat titik," kata William syahbandar di Jakarta, Kamis (6/7/2017).
William menjelaskan, stasiun Haji Nawi terhenti pada tahap pemasangan tiang stasiun yang berkaitan langsung dengan belum bebasnya lahan. Dimana, ketiga pemilik lahan masih mengajukan harga karena tidak sepakat dengan nilai appraisal tanah yang ditawarkan Pemprov DKI Jakarta, yakni Rp30 juta per meter persegi.
Beberapa waktu lalu, lanjut Wiliam, akhirnya Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memutuskan untuk menengahi harga menjadi Rp60 juta per meter persegi. Namun, Pemprov menolak dan mengajukan banding di tingkat kasasi ke Mahkamah Agung (MA).
"Kami tidak ingin berspekulasi kapan proses hukum itu selesai. Terpenting pengerjaan konstruksi rel di Jalan Haji Nawi masih berjalan. Kami akan melanjutkan MRT fase II pada 2018. Kalau proses hukum selesai, ya dilanjutkan berbarengan dengan MRT fase II. Tapi kalau sampai operasional MRT pada maret 2019, proses itu belum selesai. Penumpang harus naik dari Stasiun Cipete atau Stasiun Blok A," jelasnya.
Untuk fase II Bundaran HI- Kampung Bandan, kata William pihaknya saat ini masih menunggu persetujuan DPRD terkait pendanaan yan diusulkan oleh PT MRT sebesar Rp25,1 Triliun.
Secara umum, William menilai lokasi stasiun fase II sesuai dengan feasibility Study (FS). Namun ada beberapa perubahan lokasi berdasarkan kajian konsultasn Urban Design guideline (UDGL) Fase II, diantanrya yakni stasiun Sarinah, bergeser ke arah utara dengan pertimbangan rencana integrasi dengan MRT timur-barat, kemudian stasiun harmoni yang juga bergeser ke arah utara dengan pertimbangan rencana integrasi bus TransJakarta.
"Ada delapan stasiun pada fase II dengan jarak 8,3 kilometer. Jarak masing-masing stasiun tidak sampai 1 kilometer," ungkapnya.
(ysw)