Banjir 2 Meter Rendam Tangerang, Ribuan Warga Mengungsi
A
A
A
TANGERANG - Banjir kembali merendam perumahan Total Persada dan Alamanda, di Kecamatan Priuk, Kota Tangerang, Banten. Banjir setinggi dua meter itu membuat ribuan warga dari sejumlah RW mengungsi ke tempat penampungan.
Pemkot Tangerang pun dinilai warga tidak becus mengatasi banjir yang kerap terjadi di pemukiman mereka. Hampir setiap kali hujan deras, warga yang tinggal di kawasan ini selalu dihantui oleh datangnya banjir di rumah mereka.
Ade (33), salah seorang warga setempat mengaku jengah dengan janji manis Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah yang ingin mengatasi banjir. Pasalnya, setiap janji yang dilontarkan Pemkot Tangerang tidak pernah terbukti.
Setiap kali hujan deras mendera, kawasan itu tetap banjir. "Sudah lelah lah, mau sampai kapan lagi seperti ini. Pemerintah harus lebih aktif dalam mengatasi banjir. Jangan hanya bisa janji, tetapi hasilnya kosong," katanya, saat ditemui sejumlah wartawan, di lokasi banjir, Tangerang, Senin (8/5/2017).
Hal senada dikatakan Oji, warga lainnya. Dia mengaku, akibat banjir besar tersebut aktivitas seluruh keluarganya menjadi lumpuh. Anak-anaknya menjadi tidak bisa berangkat ke sekolah, dan dirinya menjadi tidak bisa berangkat dagang di pasar.
Terpisah, Camat Priuk Rudy mengatakan, warga yang dirugikan akibat banjir tersebut mencapai 4.000 jiwa. "Mereka mengungsi ke tempat-tempat yang telah disediakan. Alhamdulillah, berbagai logistik sudah kami terima, dan langsung disalurkan kepada warga," kata Rudy.
Sementara itu, Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah langsung meninjau lokasi banjir. Dalam kunjungannya, Arief menilai banjir terjadi akibat penyempitan lahan di Kali Cadas, wilayah Kabupaten Tangerang.
Sehingga air berbalik ke Sungai Cirarab, dan masuk Kali Ledug, di Kota Tangerang. "Kami sudah sweeping ke Kali Cirarab. Ternyata di sana terjadi penyempitan Jembatan Cadas. Karena itu, kami akan berkoordinasi dengan Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar, dan Balai Besar Ciliwung Cisadane," sambungnya.
Sebagai langkah awal, pemerintah melalui Kementrian PUPR akan melakukan normalisasi di Sungai Cirarab sepanjang 3 Km. Saat ini, proses normalisasi itu masih dalam proses pengerjaan. Diharapkan, setelah normalisasi banjir bisa ditangani.
"Kami tidak tinggal diam. Kami terus melakukan upaya untuk menangani banjir ini. Seperti membangun sheet pile (dinding turab). Tahun ini kami juga membangun pintu air di ujung Kali Ledug. Semua masih on progres, tahun ini selesai," jelasnya.
Untuk mengurangi debit air yang berada di Perumahan Total Persada dan Alamanda, pihaknya telah menambah pompa air sebanyak tiga buah, dari delapan pompa yang tersedia. Penambahan pompa ini berhasil menurunkan debit air di lokasi.
Berdasarkan pantauan di lokasi pengungsian di GOR Total Persada, sejumlah kebutuhan warga mulai terpenuhi. Namun masih ada yang kurang. Terutama untuk berbagai kebutuhan balita dan wanita dewasa.
Rosmiyati (43), salah satu pengungsi yang ditemui di lokasi mengatakan, para pengungsi banyak yang memiliki balita. Mereka dibawa oleh ibunya ke tempat pengungsian sementara ini, hingga banjir yang merendam rumah mereka surut.
"Disini paling banyak anak balita dan wanita. Bantuan penting yang dibutuhkan saat ini seperti susu bayi dan pembalut wanita. Tidak adanya susu dan pembalut, membuat wanita kebingungan," katanya.
Pemkot Tangerang pun dinilai warga tidak becus mengatasi banjir yang kerap terjadi di pemukiman mereka. Hampir setiap kali hujan deras, warga yang tinggal di kawasan ini selalu dihantui oleh datangnya banjir di rumah mereka.
Ade (33), salah seorang warga setempat mengaku jengah dengan janji manis Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah yang ingin mengatasi banjir. Pasalnya, setiap janji yang dilontarkan Pemkot Tangerang tidak pernah terbukti.
Setiap kali hujan deras mendera, kawasan itu tetap banjir. "Sudah lelah lah, mau sampai kapan lagi seperti ini. Pemerintah harus lebih aktif dalam mengatasi banjir. Jangan hanya bisa janji, tetapi hasilnya kosong," katanya, saat ditemui sejumlah wartawan, di lokasi banjir, Tangerang, Senin (8/5/2017).
Hal senada dikatakan Oji, warga lainnya. Dia mengaku, akibat banjir besar tersebut aktivitas seluruh keluarganya menjadi lumpuh. Anak-anaknya menjadi tidak bisa berangkat ke sekolah, dan dirinya menjadi tidak bisa berangkat dagang di pasar.
Terpisah, Camat Priuk Rudy mengatakan, warga yang dirugikan akibat banjir tersebut mencapai 4.000 jiwa. "Mereka mengungsi ke tempat-tempat yang telah disediakan. Alhamdulillah, berbagai logistik sudah kami terima, dan langsung disalurkan kepada warga," kata Rudy.
Sementara itu, Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah langsung meninjau lokasi banjir. Dalam kunjungannya, Arief menilai banjir terjadi akibat penyempitan lahan di Kali Cadas, wilayah Kabupaten Tangerang.
Sehingga air berbalik ke Sungai Cirarab, dan masuk Kali Ledug, di Kota Tangerang. "Kami sudah sweeping ke Kali Cirarab. Ternyata di sana terjadi penyempitan Jembatan Cadas. Karena itu, kami akan berkoordinasi dengan Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar, dan Balai Besar Ciliwung Cisadane," sambungnya.
Sebagai langkah awal, pemerintah melalui Kementrian PUPR akan melakukan normalisasi di Sungai Cirarab sepanjang 3 Km. Saat ini, proses normalisasi itu masih dalam proses pengerjaan. Diharapkan, setelah normalisasi banjir bisa ditangani.
"Kami tidak tinggal diam. Kami terus melakukan upaya untuk menangani banjir ini. Seperti membangun sheet pile (dinding turab). Tahun ini kami juga membangun pintu air di ujung Kali Ledug. Semua masih on progres, tahun ini selesai," jelasnya.
Untuk mengurangi debit air yang berada di Perumahan Total Persada dan Alamanda, pihaknya telah menambah pompa air sebanyak tiga buah, dari delapan pompa yang tersedia. Penambahan pompa ini berhasil menurunkan debit air di lokasi.
Berdasarkan pantauan di lokasi pengungsian di GOR Total Persada, sejumlah kebutuhan warga mulai terpenuhi. Namun masih ada yang kurang. Terutama untuk berbagai kebutuhan balita dan wanita dewasa.
Rosmiyati (43), salah satu pengungsi yang ditemui di lokasi mengatakan, para pengungsi banyak yang memiliki balita. Mereka dibawa oleh ibunya ke tempat pengungsian sementara ini, hingga banjir yang merendam rumah mereka surut.
"Disini paling banyak anak balita dan wanita. Bantuan penting yang dibutuhkan saat ini seperti susu bayi dan pembalut wanita. Tidak adanya susu dan pembalut, membuat wanita kebingungan," katanya.
(whb)