Dukung Ahok-Djarot, Kader Muda PPP Anggap Djan dan Romy Sudah Lukai Umat
A
A
A
JAKARTA - DPP PPP resmi mendukung pasangan Basuki T. Purnama-Djarot Saiful Hidajat (Ahok-Djarot) pada putaran kedua Pilgub DKI 2017. Namun, dukuang kubu Djan Farid dan Rohmahurmuziy dinilai hanya membawa gerbong kosong.
Sebab, suara arus bawah partai berlambang Kakbah tidak setuju dengan keputusan tersebut. Berdasar, survei Polmark Resech Canter (PRC) 65,6 persen memilih pasangan Anies-Sandi. Sedangkan, 28,1 persen memilih ke Ahok-Djarot dan rahasia 6,3 persen.
Kader muda PPP Usni Hasanudin menegaskan, dukungan terhadap pasangan petahana sangat tidak rasional untuk partai berlambang Kakbah. Apa pun, pembenaran yang dikemukakan tetap menyakitkan umat.
"Keputusan itu, tidak dapat ditoleransi secara nilai perjuangan PPP, yang menjadi khidmat itu sudah mendarah daging," terang Usni melalui rilisnya kepada wartawan, Selasa (28/3/2017).
Sebab, menurut kandidat Doktor Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) itu, ini bukan hanya persoalan dukungan terhadap Ahok-Djarot yang diberikan PPP. Tapi, bagaimana partai berlambang Kakbah bisa mempertahankan eksistensi sejak 1973.
Sebab, Alumnus Pondok Pesantren Assalafiyah Sukabumi, Jawa Barat itu menilai, PPP sudah menjadi bagian dari umat islam dan bangsa Indonesia. Untuk itu, sebagai kader mengingatkan dan mengimbau untuk DPP menarik dukungan terhadap Ahok-Djarot.
"Baik itu Romi atau Djan. Tarik dukungan demi partai. Mereka sudah hancurkan PPP, tapi tidak sadar," tegas Usni.
Selanjutnya, dia menghimbau, terhadap seluruh fungsionaris mengambil langkah-langkah organisasi agar segera menyelenggarakan Muktamar Luar Biasa (Muktamarlub) untuk mengembalikan dan menyelamatkan PPP.
Sebab, Usni menilai, partai ini sudah tidak bisa berharap dari konflik berkepanjangan yang sangat merugikan secara institusi.
"Perlu musyawarah kembalikan PPP pada jalan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam yang selama ini menjadi landasan perjuangan PPP," jelasnya. "Romi dan Djan tidak pikirkan perjungan partai," tambah dia.
Sebab, suara arus bawah partai berlambang Kakbah tidak setuju dengan keputusan tersebut. Berdasar, survei Polmark Resech Canter (PRC) 65,6 persen memilih pasangan Anies-Sandi. Sedangkan, 28,1 persen memilih ke Ahok-Djarot dan rahasia 6,3 persen.
Kader muda PPP Usni Hasanudin menegaskan, dukungan terhadap pasangan petahana sangat tidak rasional untuk partai berlambang Kakbah. Apa pun, pembenaran yang dikemukakan tetap menyakitkan umat.
"Keputusan itu, tidak dapat ditoleransi secara nilai perjuangan PPP, yang menjadi khidmat itu sudah mendarah daging," terang Usni melalui rilisnya kepada wartawan, Selasa (28/3/2017).
Sebab, menurut kandidat Doktor Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) itu, ini bukan hanya persoalan dukungan terhadap Ahok-Djarot yang diberikan PPP. Tapi, bagaimana partai berlambang Kakbah bisa mempertahankan eksistensi sejak 1973.
Sebab, Alumnus Pondok Pesantren Assalafiyah Sukabumi, Jawa Barat itu menilai, PPP sudah menjadi bagian dari umat islam dan bangsa Indonesia. Untuk itu, sebagai kader mengingatkan dan mengimbau untuk DPP menarik dukungan terhadap Ahok-Djarot.
"Baik itu Romi atau Djan. Tarik dukungan demi partai. Mereka sudah hancurkan PPP, tapi tidak sadar," tegas Usni.
Selanjutnya, dia menghimbau, terhadap seluruh fungsionaris mengambil langkah-langkah organisasi agar segera menyelenggarakan Muktamar Luar Biasa (Muktamarlub) untuk mengembalikan dan menyelamatkan PPP.
Sebab, Usni menilai, partai ini sudah tidak bisa berharap dari konflik berkepanjangan yang sangat merugikan secara institusi.
"Perlu musyawarah kembalikan PPP pada jalan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam yang selama ini menjadi landasan perjuangan PPP," jelasnya. "Romi dan Djan tidak pikirkan perjungan partai," tambah dia.
(ysw)