Birokrasi DKI Dinilai Lebih Efektif dengan Bekerja Sama
A
A
A
JAKARTA - Debat kandidat pada Pilgub DKI Jakarta beberapa hari lalu ditanggapi beragam oleh sejumlah pengamat. Para cagub dan cawagub DKI pun memiliki pandangan masing-masing terkait reformasi birokrasi yang menjadi tema dalam debat tersebut.
Pengamat ekonomi keuangan daerah dari Universitas Indonesia Deddi Nordiawan mengatakan, debat kedua yang bertema reformasi birokrasi, pelayanan publik dan penataan kota itu menarik perhatiannya. Apalagi ketika Cagub Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) berbicara soal membangun budaya kinerja di Pemprov DKI.
Menurut Deddi, salah satu kekuatan untuk menata reformasi birokrasi adalah membangun budaya kinerja yang memperdayakan dan manusia yang punya hati. "AHY menyebutkan dua kunci akurat untuk membangun kinerja, yakni kepemimpinan yang memberdayakan dan manusia yang punya hati. Ini kekuatan kepemimpinan dengan mendengar, merangkul, dan memberdayakan," kata Deddi kepada wartawan, Minggu (29/1/2017).
Deddi menjelaskan, dalam membangun budaya kinerja yang memperdayakan dan manusia yang memiliki hati itu memerlukan pemimpin yang mampu melakukan dialog. Sebab, lanjut Deddi, birokrasi adalah kumpulan manusia yang punya hati.
Menurut Deddi, pendekatan yang dilakukan pemimpin adalah pendekatan manusia. Di mana, kebijakan yang diambil harus melalui pembelajaran bersama, bukan sekedar perintah, apalagi sampai menciptakan rasa takut dan budaya ABS (Asal Bapak Senang)
"Tantangannya adalah mengelola kompetensi. Di mana roses rekrutmen, diklat, pengelolaan remunerasi, dan penempatan akan sangat mempengaruhi. Ini tantangan buat ketiga pasangan calon," ujarnya.
Pengamat ekonomi keuangan daerah dari Universitas Indonesia Deddi Nordiawan mengatakan, debat kedua yang bertema reformasi birokrasi, pelayanan publik dan penataan kota itu menarik perhatiannya. Apalagi ketika Cagub Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) berbicara soal membangun budaya kinerja di Pemprov DKI.
Menurut Deddi, salah satu kekuatan untuk menata reformasi birokrasi adalah membangun budaya kinerja yang memperdayakan dan manusia yang punya hati. "AHY menyebutkan dua kunci akurat untuk membangun kinerja, yakni kepemimpinan yang memberdayakan dan manusia yang punya hati. Ini kekuatan kepemimpinan dengan mendengar, merangkul, dan memberdayakan," kata Deddi kepada wartawan, Minggu (29/1/2017).
Deddi menjelaskan, dalam membangun budaya kinerja yang memperdayakan dan manusia yang memiliki hati itu memerlukan pemimpin yang mampu melakukan dialog. Sebab, lanjut Deddi, birokrasi adalah kumpulan manusia yang punya hati.
Menurut Deddi, pendekatan yang dilakukan pemimpin adalah pendekatan manusia. Di mana, kebijakan yang diambil harus melalui pembelajaran bersama, bukan sekedar perintah, apalagi sampai menciptakan rasa takut dan budaya ABS (Asal Bapak Senang)
"Tantangannya adalah mengelola kompetensi. Di mana roses rekrutmen, diklat, pengelolaan remunerasi, dan penempatan akan sangat mempengaruhi. Ini tantangan buat ketiga pasangan calon," ujarnya.
(whb)