Debat Cagub, AHY Buktikan Bisa Kuasai Panggung
A
A
A
JAKARTA - Pengamat menyebutkan, debat publik pertama Cagub-Cawagub DKI yang digelar KPU DKI merupakan panggung milik paslon Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni. Sebab, paslon tersebut mampu mematahkan asumsi negatif dan tampil dalam debat dengan cukup gemilang.
Pengamat Politik dari Lembaga Penelitian Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, debat publik pertama yang digelar KPU DKI itu mampu dimanfaatkan setiap paslon dengan baik. Ketiga paslon menjawab keraguan berita miring yang kerap dilemparkan kepadanya pada sesi pertama debat.
Namun, dia mencatat, debat pertama itu menjadi panggung milik Agus. Pasalnya, dia mampu menjawab asumsi negatif terhadapnya. Sesi pertama misalnya, Agus selalu menjawab setiap pertanyaan dalam debat dan belum memberi kesempatan pada Mpok Sylvi berbicara.
"Agus seperti ingin memperlihatkan pada publik, dia bisa menguasai panggung dan memang dia bisa membuktikan dan menampik kebimbangan publik soal kapasitasnya dalam menguasai panggung, itu yang mau ditunjukkan Agus," ujarnya pada SINDOnews, Sabtu (14/1/2017).
Menurutnya, dalam sesi kedua, paslon Agus-Sylvi pun mampu menjawab pertanyaan untuk mengatasi kemiskinan yakni dengan program bantuan langsung tunai dan Rp1 miliar per-RW meski mendapat reaksi dari paslon Ahok-Djarot.
Lebih jauh, kata Pangi, paslon nomor urut satu itu bisa menjelaskan akan melakukan pembangunan Jakarta yang manusiawi tanpa menggusur dan akan memberikan bantuan-bantuan. Penjelasan itu sekaligus menyindir paslon Ahok-Djarot mau membuang orang miskin dari Jakarta.
"Paslon Agus menekankan dan mengkritik Ahok, seharusnya yang dibuang itu kemiskinannya," katanya.
Pada sesi keempat, Ahok menyindir mpok Sylvi, zaman mpok Sylvi bersama Foke yang kredit macet, masyarakat masuk penjara, bagaimana mau mengontrol dana yang ada, ditangkis dan dipatahkan oleh Agus dengan baik dengan menyebut kalimat, inilah masalahnya kalau pemimpin yang bawaannya curigaan melulu sama rakyatnya. Curiga masyarakat akan masuk penjara, kenapa tak berpikir, bagaimana nanti kalau masyarakat sukses.
Jadi, lanjutnya, Agus menampik kebimbangan orang tentang kapasitas dalam penguasaan konten debat. Maklum latar belakang militer, habbit-nya garis komando dan tak terbiasa berdebat, sulit dalam bicara di depan umum.
"Faktanya, Agus dapat menguasai panggung, menghapus kecurigaan, dan keraguan publik selama ini. Wajar, ada beberapa kali undangan debat tapi tak pernah menghadirinya," katanya.
Pengamat Politik dari Lembaga Penelitian Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, debat publik pertama yang digelar KPU DKI itu mampu dimanfaatkan setiap paslon dengan baik. Ketiga paslon menjawab keraguan berita miring yang kerap dilemparkan kepadanya pada sesi pertama debat.
Namun, dia mencatat, debat pertama itu menjadi panggung milik Agus. Pasalnya, dia mampu menjawab asumsi negatif terhadapnya. Sesi pertama misalnya, Agus selalu menjawab setiap pertanyaan dalam debat dan belum memberi kesempatan pada Mpok Sylvi berbicara.
"Agus seperti ingin memperlihatkan pada publik, dia bisa menguasai panggung dan memang dia bisa membuktikan dan menampik kebimbangan publik soal kapasitasnya dalam menguasai panggung, itu yang mau ditunjukkan Agus," ujarnya pada SINDOnews, Sabtu (14/1/2017).
Menurutnya, dalam sesi kedua, paslon Agus-Sylvi pun mampu menjawab pertanyaan untuk mengatasi kemiskinan yakni dengan program bantuan langsung tunai dan Rp1 miliar per-RW meski mendapat reaksi dari paslon Ahok-Djarot.
Lebih jauh, kata Pangi, paslon nomor urut satu itu bisa menjelaskan akan melakukan pembangunan Jakarta yang manusiawi tanpa menggusur dan akan memberikan bantuan-bantuan. Penjelasan itu sekaligus menyindir paslon Ahok-Djarot mau membuang orang miskin dari Jakarta.
"Paslon Agus menekankan dan mengkritik Ahok, seharusnya yang dibuang itu kemiskinannya," katanya.
Pada sesi keempat, Ahok menyindir mpok Sylvi, zaman mpok Sylvi bersama Foke yang kredit macet, masyarakat masuk penjara, bagaimana mau mengontrol dana yang ada, ditangkis dan dipatahkan oleh Agus dengan baik dengan menyebut kalimat, inilah masalahnya kalau pemimpin yang bawaannya curigaan melulu sama rakyatnya. Curiga masyarakat akan masuk penjara, kenapa tak berpikir, bagaimana nanti kalau masyarakat sukses.
Jadi, lanjutnya, Agus menampik kebimbangan orang tentang kapasitas dalam penguasaan konten debat. Maklum latar belakang militer, habbit-nya garis komando dan tak terbiasa berdebat, sulit dalam bicara di depan umum.
"Faktanya, Agus dapat menguasai panggung, menghapus kecurigaan, dan keraguan publik selama ini. Wajar, ada beberapa kali undangan debat tapi tak pernah menghadirinya," katanya.
(ysw)