PDIP Duga Lobi Ahok ke Megawati Temui Jalan Buntu
A
A
A
JAKARTA - Statemen Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang mengatakan tidak akan mendaftar sebagai cagub lewat PDIP setelah pertemuan dengan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri tadi malam mengindikasikan calon Gubernur DKI Jakarta itu sudah mentok.
"Mengindikasikan bahwa lobi-lobi Ahok dengan melibatkan Presiden Jokowi sampai-sampai ngintilin satu mobil dengan Bu Mega saat menghadiri rakernas Partai Golkar diduga telah menemui jalan buntu," kata Wakil Sekjen PDIP Achmad Basarah, Jumat (29/7/2016).
Menurut Basarah, kondisi Ahok satu mobil dengan Megawati bersama Jokowi dan Puan Maharani serta Sekjen PDIP Hasto Kristyanto itu juga memberikan penilaian politis bahwa Megawati dan PDIP adalah aktor penting dalam peta politik nasional dan pilkada DKI Jakarta.
"Rekonstruksi kenapa pertemuan Ahok dan Pak Jokowi dengan Bu Mega dilakukan di dalam mobil juga menunjukkan sinyalemen bahwa Bu Mega kurang berkenan menerima kehadiran dan percakapan tentang kepentingan Ahok dalam Pilkada DKI secara serius di rumah beliau atau di kantor DPP," ujarnya.
Hal tesebut, lanjut Basarah, juga menggambarkan kondisi mendesak bagi Ahok saat ini. Apalagi dengan membawa-bawa Presiden Jokowi hingga harus terpublikasi ke publik seolah-olah Presiden adalah pendukung utama Ahok.
"Ahok betul-betul mengeksploitasi Presiden Jokowi demi kepentingan-kepentingan pribadinya," tukasnya.
"Sesuai respon Bu Mega saat itu yang mengatakan bahwa "Partai kami punya mekanisme" kepada Ahok setelah Ahok melaporkan telah memilih jalur parpol adalah bukti bahwa Bu Mega tidak ingin mendukung Ahok di luar sistem yang telah Bu Mega buat dan tetapkan sendiri secara baku di PDI Perjuangan," tambahnya.
Hal itu, kata Basarah, memang sangat penting bagi PDIP yang saat ini sedang membangun penguatan sistem kelembagaan sebagai parpol modern namun tetap berjiwa kerakyatan.
"Tentu saja hal tersebut tidak dapat dirusak oleh faktor kepentingan pribadi seorang petualang politik seperti Basuki Tjahaja Purnama," pungkasnya.
"Mengindikasikan bahwa lobi-lobi Ahok dengan melibatkan Presiden Jokowi sampai-sampai ngintilin satu mobil dengan Bu Mega saat menghadiri rakernas Partai Golkar diduga telah menemui jalan buntu," kata Wakil Sekjen PDIP Achmad Basarah, Jumat (29/7/2016).
Menurut Basarah, kondisi Ahok satu mobil dengan Megawati bersama Jokowi dan Puan Maharani serta Sekjen PDIP Hasto Kristyanto itu juga memberikan penilaian politis bahwa Megawati dan PDIP adalah aktor penting dalam peta politik nasional dan pilkada DKI Jakarta.
"Rekonstruksi kenapa pertemuan Ahok dan Pak Jokowi dengan Bu Mega dilakukan di dalam mobil juga menunjukkan sinyalemen bahwa Bu Mega kurang berkenan menerima kehadiran dan percakapan tentang kepentingan Ahok dalam Pilkada DKI secara serius di rumah beliau atau di kantor DPP," ujarnya.
Hal tesebut, lanjut Basarah, juga menggambarkan kondisi mendesak bagi Ahok saat ini. Apalagi dengan membawa-bawa Presiden Jokowi hingga harus terpublikasi ke publik seolah-olah Presiden adalah pendukung utama Ahok.
"Ahok betul-betul mengeksploitasi Presiden Jokowi demi kepentingan-kepentingan pribadinya," tukasnya.
"Sesuai respon Bu Mega saat itu yang mengatakan bahwa "Partai kami punya mekanisme" kepada Ahok setelah Ahok melaporkan telah memilih jalur parpol adalah bukti bahwa Bu Mega tidak ingin mendukung Ahok di luar sistem yang telah Bu Mega buat dan tetapkan sendiri secara baku di PDI Perjuangan," tambahnya.
Hal itu, kata Basarah, memang sangat penting bagi PDIP yang saat ini sedang membangun penguatan sistem kelembagaan sebagai parpol modern namun tetap berjiwa kerakyatan.
"Tentu saja hal tersebut tidak dapat dirusak oleh faktor kepentingan pribadi seorang petualang politik seperti Basuki Tjahaja Purnama," pungkasnya.
(ysw)