Cari Rezeki Bulan Ramadhan, Pemulung dan Pengemis Serbu Jakarta
A
A
A
JAKARTA - Bulan suci Ramadhan dimanfaatkan sebagian orang untuk beramal dan mengais rezeki. Kesempatan itu, membuat sejumlah masyarakat luar daerah berdatangan ke Ibu Kota Jakarta untuk mencari rezeki, bahkan sebagain dari mereka mencari rezeki dengan cara menjadi pemulung dan pengemis.
Berdasarkan pantauan SINDO, beberapa kawasan mulai dipenuhi oleh pemulung dan pengemis. Seperti yang terjadi di kolong jalan flyover dan tol, pinggaran kali, hingga tempat terbuka mulai dipenuhi sejumlah masyarakat yang kebanyakan berasal dari Provinsi Banten dan Jawa Barat.
Jakarta Barat, para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) hampir terliat di sepanjang flyover lampu merah. Mereka berpusat di titik keramaian jalan, seperti flyover Cengkareng, Grogol, dan Tomang. Tak hanya itu, pusat perbelanjaan dan wisata tak luput dari serbuan masyarakat, kolong tol Asemka dan Kota Tua tercatat mulai dipenuhi PMKS.
Tak jauh berbeda, PMKS juga terlihat di Jakarta Utara, kawasan kolong tol arah bandara dari Tanjung Priok, seperti di dekat Galangan VOC, Penjaringan, dan Ancol mulai dipenuhi sejumlah pengemis dan pemulung. Hal ini cukup terlihat saat malam hari, dengan beralaskan kardus bekas dan karung seadanya, mereka terlihat tidur dibeberapa lokasi itu. Beberapa di antaranya ada yang menggunakan gerobak.
Seorang PMKS Asep (33), mengatakan, sudah hampir tiga minggu dirinya berada di Jakarta. Asep juga memboyong istri, dan dua anaknya yang masih balita, Asep mencoba nasibnya. Bila siang hari, Asep berkeliling di sejumlah pemukiman, mengumpulkan barang bekas, sementara istri dan dua anaknya mengemis di sekitar kawasan Roxy dan Jalan Daan Mogot.
"Yah lumayan mas, buat makan besok pagi, dan tabungan untuk Lebaran nanti," tutur pria asal Tasikmalaya, Jawa Barat ini saat ditemui bawah kolong flyover Grogol, Jakarta Barat, Minggu (12/6/2016).
Tak hanya keluarga Asep, beberapa orang lainnya juga terlihat di kawasan itu. Mereka memenuhi pojokan kolong tol. Membuat bangunan dari kardus dan triplek, beberapa di antaranya ada yang bekerja sebagai pengemis, namun ada pula yang bekerja sebagai pemulung hingga buruh kasar.
"Kalau kami mengontrak, kapan kami nabungnya," ucap Jajang (48), asal Subang, Jawa Barat.
Meski baru sepekan di Jakarta, Jajang tahu betul kondisi masyarakat seperti dirinya. Menurutnya, menjelang Lebaran, banyak warga yang datang ke Jakarta untuk mengadu nasib. Kebanyakan mereka terpaksa harus kucing-kucingan dengan petugas Satpol PP yang melakukan razia. "Kalau ketangkap, bisa-bisa kita nggak Lebaran di kampung," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta, Chaidir mengatakan, sedikitnya ada 48 data lokasi menjadi peredaran manusia gerobak, kebanyakan mereka berpusat di tengah kota dan kawasan perbelanjaan, seperti Manggarai, Fatmawati, Kembangan, dan Jalan Gatot Subroto.
Untuk menekan itu, Chadir mengaku telah menempatkan dan meminta petugas Pelayanan, Pengawasan dan Pengendalian Sosial (P3S) di beberapa lokasi yang rawan, termasuk lampu merah dan fly over. "Mereka mengiatkan dan menghimbau kepada manusia gerobak untuk selalu bergerak. Kalau membandel kita akan tangkap," tuturnya.
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun dari Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta, hingga Juni 2016 sedikitnya ada 18.387 warga PMKS yang terdata di enam wilayah Jakarta. Mereka tersebar di beberapa wilayah, seperti Jakarta Selatan 5.547 orang, Jakarta Barat 5.037 orang, Jakarta Timur 3.853 orang, Jakarta Pusat 2.533 orang, Jakarta Utara 1.083 orang dan Kepulauan Seribu 334 orang.
Berdasarkan pantauan SINDO, beberapa kawasan mulai dipenuhi oleh pemulung dan pengemis. Seperti yang terjadi di kolong jalan flyover dan tol, pinggaran kali, hingga tempat terbuka mulai dipenuhi sejumlah masyarakat yang kebanyakan berasal dari Provinsi Banten dan Jawa Barat.
Jakarta Barat, para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) hampir terliat di sepanjang flyover lampu merah. Mereka berpusat di titik keramaian jalan, seperti flyover Cengkareng, Grogol, dan Tomang. Tak hanya itu, pusat perbelanjaan dan wisata tak luput dari serbuan masyarakat, kolong tol Asemka dan Kota Tua tercatat mulai dipenuhi PMKS.
Tak jauh berbeda, PMKS juga terlihat di Jakarta Utara, kawasan kolong tol arah bandara dari Tanjung Priok, seperti di dekat Galangan VOC, Penjaringan, dan Ancol mulai dipenuhi sejumlah pengemis dan pemulung. Hal ini cukup terlihat saat malam hari, dengan beralaskan kardus bekas dan karung seadanya, mereka terlihat tidur dibeberapa lokasi itu. Beberapa di antaranya ada yang menggunakan gerobak.
Seorang PMKS Asep (33), mengatakan, sudah hampir tiga minggu dirinya berada di Jakarta. Asep juga memboyong istri, dan dua anaknya yang masih balita, Asep mencoba nasibnya. Bila siang hari, Asep berkeliling di sejumlah pemukiman, mengumpulkan barang bekas, sementara istri dan dua anaknya mengemis di sekitar kawasan Roxy dan Jalan Daan Mogot.
"Yah lumayan mas, buat makan besok pagi, dan tabungan untuk Lebaran nanti," tutur pria asal Tasikmalaya, Jawa Barat ini saat ditemui bawah kolong flyover Grogol, Jakarta Barat, Minggu (12/6/2016).
Tak hanya keluarga Asep, beberapa orang lainnya juga terlihat di kawasan itu. Mereka memenuhi pojokan kolong tol. Membuat bangunan dari kardus dan triplek, beberapa di antaranya ada yang bekerja sebagai pengemis, namun ada pula yang bekerja sebagai pemulung hingga buruh kasar.
"Kalau kami mengontrak, kapan kami nabungnya," ucap Jajang (48), asal Subang, Jawa Barat.
Meski baru sepekan di Jakarta, Jajang tahu betul kondisi masyarakat seperti dirinya. Menurutnya, menjelang Lebaran, banyak warga yang datang ke Jakarta untuk mengadu nasib. Kebanyakan mereka terpaksa harus kucing-kucingan dengan petugas Satpol PP yang melakukan razia. "Kalau ketangkap, bisa-bisa kita nggak Lebaran di kampung," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta, Chaidir mengatakan, sedikitnya ada 48 data lokasi menjadi peredaran manusia gerobak, kebanyakan mereka berpusat di tengah kota dan kawasan perbelanjaan, seperti Manggarai, Fatmawati, Kembangan, dan Jalan Gatot Subroto.
Untuk menekan itu, Chadir mengaku telah menempatkan dan meminta petugas Pelayanan, Pengawasan dan Pengendalian Sosial (P3S) di beberapa lokasi yang rawan, termasuk lampu merah dan fly over. "Mereka mengiatkan dan menghimbau kepada manusia gerobak untuk selalu bergerak. Kalau membandel kita akan tangkap," tuturnya.
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun dari Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta, hingga Juni 2016 sedikitnya ada 18.387 warga PMKS yang terdata di enam wilayah Jakarta. Mereka tersebar di beberapa wilayah, seperti Jakarta Selatan 5.547 orang, Jakarta Barat 5.037 orang, Jakarta Timur 3.853 orang, Jakarta Pusat 2.533 orang, Jakarta Utara 1.083 orang dan Kepulauan Seribu 334 orang.
(mhd)