Perjalanan Commuter Line Kerap Gangguan Ditengarai karena Buruknya Manajemen
A
A
A
JAKARTA - Buruknya sistem manajamen transportasi kereta di Jabodetabek, membuat gangguan lalu lintas kerap terjadi. Kondisi ini pun berimbas pada gangguan perjalanan kereta.
Berbagai peristiwa, mulai dari anjloknya rel kereta, insident kecelakaan, hingga gangguan persinyalan kerap terjadi di sejumlah wilayah. Akibatnya, banyak pengguna jasa kereta api menjadi terlantar jika ada gangguan.
Direktur Institut Studi Transportasi (Instran), Darmaningtyas tak menampik banyaknya insiden yang melibatkan kereta api lantaran lalu lintas yang padat. Hal ini tercermin di salah satu stasiun, yakni Manggarai, dikawasan itu, kereta cukup padat, setelah Kereta Commuter Jabodetabek (KCJ) dan Kereta Jarak Jauh melewati stasiun itu.
Sementara kondisi pemeliharaan tidak maksimal yang membuat berbagai masalah menjadi terjadi. Untuk itu, Darmaningtyas menyarankan pola manajamen yang ada saat ini harus diubah demi meminimalisir gangguan.
"Salah satunya membagi zona perlintasan. Kereta jarak jauh di pusatkan di pinggir Jakarta seperti membangun stasiun di kawasan Cipinang, Jakarta Timur," jelas Darmaningtyas, Kamis (7/4/2016).
Dengan adanya perubahan manajamen, kata Darmaningtyas, akan membuat lalu lintas perjalanan kereta menjadi tertata. Stasiun Gambir, yang saat ini menjadi pusat kereta jarak jauh akan digeser, dan pergunakan untuk lintas KRL.
Meski demikian, Darmaningtyas menilai, buruknya sistem transportasi yang terjadi di Kereta Api khususnya Jabodetabek tak lepas dari buruknya sistem manajemen yang dikelolah oleh PT KAI.
Sementara selain melakukan perubahan manajamen dan memeriksa kondisi infrastruktur secara menyeluruh. Jalur kereta yang ada, sebaiknya ditambah dari sistem double track, menjadi double-double track.
"Artinya akan ada empat jalur kereta di sepanjang jakarta. Dua jalur buat KRL, dua jalur lagi buat di kereta jarak jauh supaya enggak terjadi kepadatan lalu lintas," jelasnya.
Mengenai kondisi padatnya jadwal KRL, diakui Senior Manager Coorporate Communication PT KCJ, Eva Chairunissa. Sekalipun PT KCJ telah berupaya meminimalisir kepadatan dengan menambah rangkaian, namun rupanya hal itu tidak berpengaruh banyak.
Termasuk saat terjadi gangguan, Eva mengaku, pihaknya telah melakukan upaya meminimalisir membludaknya penumpang. Salah satunya dengan mengalihkan perjalanan KRL dan mengupayakan pengembalian refund tiket dalam waktu 2x24 jam. "Ini dilakukan supaya loket enggak penuh," tuturnya.
Eva tak menampik saat ini ada sekitar 860 ribu warga di sekitar Jabodetabek yang menggunakan jasa kereta api setiap harinya. Sementara perjalanan yang ada hanya mencapai 898 jadwal perjalanan yang tersebar di tujuh perjalanan kereta.
Berbagai peristiwa, mulai dari anjloknya rel kereta, insident kecelakaan, hingga gangguan persinyalan kerap terjadi di sejumlah wilayah. Akibatnya, banyak pengguna jasa kereta api menjadi terlantar jika ada gangguan.
Direktur Institut Studi Transportasi (Instran), Darmaningtyas tak menampik banyaknya insiden yang melibatkan kereta api lantaran lalu lintas yang padat. Hal ini tercermin di salah satu stasiun, yakni Manggarai, dikawasan itu, kereta cukup padat, setelah Kereta Commuter Jabodetabek (KCJ) dan Kereta Jarak Jauh melewati stasiun itu.
Sementara kondisi pemeliharaan tidak maksimal yang membuat berbagai masalah menjadi terjadi. Untuk itu, Darmaningtyas menyarankan pola manajamen yang ada saat ini harus diubah demi meminimalisir gangguan.
"Salah satunya membagi zona perlintasan. Kereta jarak jauh di pusatkan di pinggir Jakarta seperti membangun stasiun di kawasan Cipinang, Jakarta Timur," jelas Darmaningtyas, Kamis (7/4/2016).
Dengan adanya perubahan manajamen, kata Darmaningtyas, akan membuat lalu lintas perjalanan kereta menjadi tertata. Stasiun Gambir, yang saat ini menjadi pusat kereta jarak jauh akan digeser, dan pergunakan untuk lintas KRL.
Meski demikian, Darmaningtyas menilai, buruknya sistem transportasi yang terjadi di Kereta Api khususnya Jabodetabek tak lepas dari buruknya sistem manajemen yang dikelolah oleh PT KAI.
Sementara selain melakukan perubahan manajamen dan memeriksa kondisi infrastruktur secara menyeluruh. Jalur kereta yang ada, sebaiknya ditambah dari sistem double track, menjadi double-double track.
"Artinya akan ada empat jalur kereta di sepanjang jakarta. Dua jalur buat KRL, dua jalur lagi buat di kereta jarak jauh supaya enggak terjadi kepadatan lalu lintas," jelasnya.
Mengenai kondisi padatnya jadwal KRL, diakui Senior Manager Coorporate Communication PT KCJ, Eva Chairunissa. Sekalipun PT KCJ telah berupaya meminimalisir kepadatan dengan menambah rangkaian, namun rupanya hal itu tidak berpengaruh banyak.
Termasuk saat terjadi gangguan, Eva mengaku, pihaknya telah melakukan upaya meminimalisir membludaknya penumpang. Salah satunya dengan mengalihkan perjalanan KRL dan mengupayakan pengembalian refund tiket dalam waktu 2x24 jam. "Ini dilakukan supaya loket enggak penuh," tuturnya.
Eva tak menampik saat ini ada sekitar 860 ribu warga di sekitar Jabodetabek yang menggunakan jasa kereta api setiap harinya. Sementara perjalanan yang ada hanya mencapai 898 jadwal perjalanan yang tersebar di tujuh perjalanan kereta.
(ysw)