Pengusaha Kalijodo: Uang Rp1,2 Miliar Dalam Setahun Balik Modal
A
A
A
JAKARTA - Perputaran uang di bisnis prostitusi Kalijodo ternyata sangat menjanjikan dan bisa membuat pelaku usaha di lokasi tersebut menjadi jutawan. Dalam setiap hari diperkirakan uang ratusan juta rupiah bisa diraih para pelaku usaha di lokasi yang segera digusur Pemprov DKI Jakarta tersebut.
Seorang pengusaha tempat hiburan malam, Suryana (45) tak menampik akan putaran uang itu. Suryana bercerita modal awal yang harus dikeluarkannya untuk membuka kafe berlantai tiga di Kalijodo sebesar Rp1,2 miliar.
"Modal Rp1,2 miliar telah balik modal dalam kurun satu tahun. Kalau kita punya tanah sendiri mungkin balik dalam enam bulan. Kafe saya ini kan tanahnya milik orang lain," kata Suryana kepad Sindonews, Rabu (17/2/2016).
Suryana menturukan, pemilik lahan mendapatkan keuntungan dengan sistem bagi hasil setiap bulannya. Artinya, kata Suryana, seandainya penghasilan kafenya Rp100 juta, maka dia kan memotong Rp50 juta untuk membayar ongkos konstruksi, sisanya Rp50 juta dibagi dua dengan pemilik lahan.
Suryana mengaku sudah memiliki tiga kafe di Kalijodo. Satu kafe baru di buka memiliki 30 kamar berukuran 4x3 meter lengkap dengan AC dan bilik bilas. "Kamar itu dipakai buat 'main' dan tempat tidur wanita yang bekerja," cetus Suryana.
Sugeng (40) salah seorang distributor bir menyakini kawasan Kalijodo merupakan konsumen bir terbesar di Jakarta. Bayangkan untuk produknya dapat masuk ke kawasan itu di tahun 2010-2011, Sugeng harus membayar uang monopoli ke penguasa wilayah sebesar Rp800 juta. Pada 2011-2012, biaya monopoli naik menjadi Rp950 juta.
"Nah pas di tahun 2012-2013, kami enggak sanggup bayar. Karena itu ada produk bir baru masuk dengan uang monopoli sebesar Rp1,2 miliar," jelasnya.
Sugeng meyakini pada 2015-2016 ini distributor bir harus membayar Rp2 miliar dalam setahun bila ingin produknya dijual ke kawasan tersebut."Biayanya memang besar, tapi untungnya juga tinggi. Karena dalam satu bulan sebanyak 4.000 krat bir habis, dengan per krat berisi 26 botol. Jauh lebih besar dibandingkan Mangga Besar maupun tempat lainnya," jelas Sugeng.
Seorang pengusaha tempat hiburan malam, Suryana (45) tak menampik akan putaran uang itu. Suryana bercerita modal awal yang harus dikeluarkannya untuk membuka kafe berlantai tiga di Kalijodo sebesar Rp1,2 miliar.
"Modal Rp1,2 miliar telah balik modal dalam kurun satu tahun. Kalau kita punya tanah sendiri mungkin balik dalam enam bulan. Kafe saya ini kan tanahnya milik orang lain," kata Suryana kepad Sindonews, Rabu (17/2/2016).
Suryana menturukan, pemilik lahan mendapatkan keuntungan dengan sistem bagi hasil setiap bulannya. Artinya, kata Suryana, seandainya penghasilan kafenya Rp100 juta, maka dia kan memotong Rp50 juta untuk membayar ongkos konstruksi, sisanya Rp50 juta dibagi dua dengan pemilik lahan.
Suryana mengaku sudah memiliki tiga kafe di Kalijodo. Satu kafe baru di buka memiliki 30 kamar berukuran 4x3 meter lengkap dengan AC dan bilik bilas. "Kamar itu dipakai buat 'main' dan tempat tidur wanita yang bekerja," cetus Suryana.
Sugeng (40) salah seorang distributor bir menyakini kawasan Kalijodo merupakan konsumen bir terbesar di Jakarta. Bayangkan untuk produknya dapat masuk ke kawasan itu di tahun 2010-2011, Sugeng harus membayar uang monopoli ke penguasa wilayah sebesar Rp800 juta. Pada 2011-2012, biaya monopoli naik menjadi Rp950 juta.
"Nah pas di tahun 2012-2013, kami enggak sanggup bayar. Karena itu ada produk bir baru masuk dengan uang monopoli sebesar Rp1,2 miliar," jelasnya.
Sugeng meyakini pada 2015-2016 ini distributor bir harus membayar Rp2 miliar dalam setahun bila ingin produknya dijual ke kawasan tersebut."Biayanya memang besar, tapi untungnya juga tinggi. Karena dalam satu bulan sebanyak 4.000 krat bir habis, dengan per krat berisi 26 botol. Jauh lebih besar dibandingkan Mangga Besar maupun tempat lainnya," jelas Sugeng.
(whb)