Diskusi Pilkada Tangsel Berlangsung Panas

Senin, 30 November 2015 - 21:02 WIB
Diskusi Pilkada Tangsel Berlangsung Panas
Diskusi Pilkada Tangsel Berlangsung Panas
A A A
TANGERANG SELATAN - Diskusi Pilkada Tangerang Selatan (Tangsel) yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Bandar Djakarta Alam Sutera, Serpong, Kota Tangsel berakhir ricuh. Kericuhan berawal dari curhatan nomor ururt 1 Ikhsan Modjo-Li Claudia Chandra.

Ikhsan mengaku, ditawari oleh salah seorang wartawan untuk mengawalnya di Pilkada Tangsel. Meski demikian, dia enggan membeberkan identitas oknum wartawan dan medianya itu.

"Saya enggak mau sebut siapa dan darimana wartawan itu, yang jelas dia menawarkan pengawalan Rp2 miliar. Saya tolak secara baik-baik. Media corong masyarakat. Kalau corongnya enggak netral, bagaimana?" kata Ikhsan Modjo dalam diskusi yang bertajuk 'Meningkatkan Partisipasi dan Pilkada Berkualitas' di Tangsel, Senin (30/11/2015).

Setelah menolak tawaran oknum wartawan itu, sambung Ikhsan, dirinya kerap diberitakan negatif. Salah satunya soal kampanyenya yang dipenuhi anak di bawah umur.

"Salah satunya, kampanye Ikhsan dipenuhi anak-anak. Padahal saya lihat juga kampanye Pak Arsid ada anak-anak, Ibu Airin juga apalagi. Saya enggak mengajak anak-anak, mereka kan datang sendiri," terangnya.

Dalam kesempatan itu, Ikhsan juga menyampaikan dua fakta sejarah yang bisa terulang. Pertama, menurut dia, bahwa Banten masih dikenal dengan sejarah money politics.

"Kedua pada 2010 lalu tercatat amanat MK (Mahkamah Konstitusi) pembatalan pemenangan karena adanya mobilisasi pegawai negeri dan kecurangan. Silakan lihat ini fakta dan sejarah yang mau tak mau bisa terulang," katanya.

Kemudian, diskusi itu masuk sesi tanya jawab. Komentar Ikhsan pun lalu ditanggapi Gusri Effendi Ketua Persatuan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) wilayah Tangsel.

"Pak Ikhsan saya lihat banyak mengeluh, kalau soal media. Saya pikir media pasti mau mengangkat karena orang itu punya kualitas," kata Gusri yang juga Ketua DPC Partai Nasdem Kota Tangerang.

Diskusi yang dihadiri langsung oleh Ketua Umum PWI Margiono itu juga menambah panas. Manakala, Margiono mengatakan ada dua macam kriteria calon yang bisa diberitakan di media.

"Pertama calonnya menarik. Kalau calonnya tidak menarik pasti kecil (porsi beritanya). Mau pasang iklan ke wartawan, sudah pasti itu dimuat, saya telah suruh di bawah (anak buahnya) untuk mencari iklan ke Ibu Airin, Pak Arsid dan kalau ke Pak Ikhsan saya larang. Karena sudah pasti ditolak," katanya.

Pernyataan Margiono itu membuat para peserta diskusi riuh. Salah satunya adalah Ketua DPP PDIP Ribka Tjibtaning yang mengaku kesal. Dia menganggap, diskusi itu tidak adil.

"Ini diskusi tapi banyak dipotong-potong, saya kenal sama dik Ikhsan, dik Arsid dan dik Rully. Kok aneh diskusi ini, tak adil, seakan mengarahkan. Bagaimana Tangsel mau berkualitas kalau seperti ini, kasian saya sama adik-adik yang masih muda ini," katanya.

Ribka juga menyindir media lokal Tangsel Pos yang menulis, bahwa dirinya menyerukan jangan pilih nomor dua Arsid-Elvier Ariadiannie Soedarto Poetri yang diusung PDIP dan Hanura.

"Itu tidak benar. Tangsel Pos lalu bilang itu salah ketik, bagaimana coba. Ini lagi ada hajat besar, bilang salah ketik," tutur Ribka.

Mendengar itu, Margiono menawarkan kepada Ribka untuk meminta koreksi berita atau melayangkan gugatam secara hukum. "Kalau ibu merasa tidak cukup dengan koreksi, silakan menempuh jalur hukum," katanya.

Pilihan:

Penyebab Kecelakaan Transjakarta vs Motor Supra di Tamansari
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6210 seconds (0.1#10.140)