Pelayanan Buruk, Warga Minta PT Transjakarta Berbenah Diri
A
A
A
JAKARTA - Pengguna transportasi massal bus Transjakarta kecewa dengan pelayanan bus yang berada di bawah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). PT Transportasi Jakarta diminta untuk perbaiki kualitas pelayanan kepada pengguna.
Dalam diskusi bertajuk "Save Transjakarta Busway" yang digelar di kawasan Jakarta Pusat, Kamis (9/7/2015), Suparman (48), salah satu pengguna busway mengatakan, sejak 10 tahun lalu menggunakan bus Transjakarta semakin merasakan ketidaknyamanan. Mulai dari armada bus, khususnya bus single yang kondisi AC-nya mati, atap bocor, petugas jaga yang tidak ramah dengan penumpang hingga sterilisasi jalur yang semakin semrawut semakin terasa.
"Kami bingung dengan pengelolaan Transjakarta. Semakin pengguna mengeluh, semakin saling lempar tanggung jawab antara manajemen, Pemprov DKI dengan operator. Kepada siapa kami menuntut tanggung jawab," kata Suparman.
David pengguna bus Transjakarta lainnya menuturkan, selama naik bus andalan Jakarta itu, banyak armada bus yang pintu busnya terkena las. Bahkan, pintu dekat pramudi juga kadang tidak siap untuk dibuka.
Selain itu, kata David, kursi prioritas warna merah yang pernah diusulkan agar menjadi prioritas, belakangan ini semakin berkurang.
Direktur Institut Studi Transportasi (Instrans) Dharmingtyas mengatakan, sebagai orang yang sejak awal mengkampanyekan bus Transjakarta, dirinya sangat kecewa dengan pengelolaan Transjakarta saat ini. Untuk itu, kata Tyas, saat ini pihaknya meminta agar pengguna Transjakarta lebih baik meninggalkan bus apabila terdesak dan terburu-buru.
"Jujur saja, saya selalu bilang ke orang-orang, pada saat terdesak saya enggak mau naik busway lebih baik naik ojeg," ujarnya,
Direktur Utama PT Transportasi Jakarta, Antonius Kosasih meminta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi terhadap bus Transjakarta saat ini. Selama enam bulan Transjakarta di bawah BUMD, pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan.
Baik dari e-ticketing, pengadaan bus Scania yang akan beroperasi pada Senin 13 Juli mendatang hingga perubahan Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang akan dilakukan tiga bulan mendatang.
"Penyebab utama ketidaknyamanan seperti apa yang dikeluhkan oleh para pengguna, terdapat pada lemahnya SPM yang telah ada sebelum dirinya membawahi para operator Transjakarta. Kami akan mengubah SPM dalam waktu dekat ini. Salah satunya yakni batas maksimal operasional 275 kilometer dan denda larangan beroperasi apabila bus operator mengalami masalah," tegasnya.
Dalam diskusi bertajuk "Save Transjakarta Busway" yang digelar di kawasan Jakarta Pusat, Kamis (9/7/2015), Suparman (48), salah satu pengguna busway mengatakan, sejak 10 tahun lalu menggunakan bus Transjakarta semakin merasakan ketidaknyamanan. Mulai dari armada bus, khususnya bus single yang kondisi AC-nya mati, atap bocor, petugas jaga yang tidak ramah dengan penumpang hingga sterilisasi jalur yang semakin semrawut semakin terasa.
"Kami bingung dengan pengelolaan Transjakarta. Semakin pengguna mengeluh, semakin saling lempar tanggung jawab antara manajemen, Pemprov DKI dengan operator. Kepada siapa kami menuntut tanggung jawab," kata Suparman.
David pengguna bus Transjakarta lainnya menuturkan, selama naik bus andalan Jakarta itu, banyak armada bus yang pintu busnya terkena las. Bahkan, pintu dekat pramudi juga kadang tidak siap untuk dibuka.
Selain itu, kata David, kursi prioritas warna merah yang pernah diusulkan agar menjadi prioritas, belakangan ini semakin berkurang.
Direktur Institut Studi Transportasi (Instrans) Dharmingtyas mengatakan, sebagai orang yang sejak awal mengkampanyekan bus Transjakarta, dirinya sangat kecewa dengan pengelolaan Transjakarta saat ini. Untuk itu, kata Tyas, saat ini pihaknya meminta agar pengguna Transjakarta lebih baik meninggalkan bus apabila terdesak dan terburu-buru.
"Jujur saja, saya selalu bilang ke orang-orang, pada saat terdesak saya enggak mau naik busway lebih baik naik ojeg," ujarnya,
Direktur Utama PT Transportasi Jakarta, Antonius Kosasih meminta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi terhadap bus Transjakarta saat ini. Selama enam bulan Transjakarta di bawah BUMD, pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan.
Baik dari e-ticketing, pengadaan bus Scania yang akan beroperasi pada Senin 13 Juli mendatang hingga perubahan Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang akan dilakukan tiga bulan mendatang.
"Penyebab utama ketidaknyamanan seperti apa yang dikeluhkan oleh para pengguna, terdapat pada lemahnya SPM yang telah ada sebelum dirinya membawahi para operator Transjakarta. Kami akan mengubah SPM dalam waktu dekat ini. Salah satunya yakni batas maksimal operasional 275 kilometer dan denda larangan beroperasi apabila bus operator mengalami masalah," tegasnya.
(whb)