Dibayar Rp250 Ribu, Wasit yang Pingsan Ini Pimpin Pertandingan Tanpa Hakim Garis
loading...
A
A
A
BEKASI - Wahyudin wasit berlisensi C2 Asprof Liga II yang pingsan setelah wajahnya diinjak pemain bola amatir di Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi , hanya dibayar Rp250.000. Bahkan dalam pertandingan ini pun terungkap tidak ada hakim garis yang menemaninya bertugas.
Wahyudin mengatakan, peristiwa itu terjadi karena pemain asal Champas FC tidak terima dengan keputusan offside yang dijatuhkan Wahyudin pada laga Fun Football Gilbar FC 2020 melawan klub Yutaka. Akibat kejadian itu, Wahyudin bonyok dan mengalami memar pada bagian wajah dan kakinya.
Mirisnya lagi, kejadian yang menimpa Wahyudin tak sebanding dengan pendapatan yang diterima. Karena itu pula dia sangat menyangkan kekerasan yang dialaminya.”Saya dengar bayaran hanya Rp250.000,” kata Wahyudin kepada SINDOnews pada Senin (13/7/2020). (Baca: Pingsan Diinjak Pemain Bola Turnamen Amatir, Wasit Ini Akan Lapor Polisi)
Sejatinya, Wahyudin tidak mempermasalahkan soal bayaran atau honornya menjadi wasit di turnamen amatiran itu. Sebab, dia hanya untuk memantapkan profesinya sebagai wasit profesional.”Lagi pula saya sebenarnya hanya membantu teman saya, saya gantikan teman saya menjadi wasit dan untuk mengasah lebih dalam (profesi) saya,” ungkapnya.
Warga Kecamatan Tarumajaya ini menyangkan pemain tidak menyadari betul bahwa dia bekerja sebagai wasit seorang diri. Padahal, yang ideal adalah wasit mempunyai peran pembantu yakni, hakim garis.”Saya kan sendiri, memang sepintas itu tipis (offside) tapi keputusan saya offside,” jelasnya.
Jauh-jauh hari sebelum turnamen itu berlangsung, panitia penyelenggara sudah merencanakan adanya hakim garis. Namun, karena terbentur dengan anggaran akhirnya diputuskan untuk ditiadakan hakim garis.”Jadi saya sendiri menjadi wasit tanpa ada hakim garis,” jelas ayah beranak satu ini.
Wahyudin mengatakan, peristiwa itu terjadi karena pemain asal Champas FC tidak terima dengan keputusan offside yang dijatuhkan Wahyudin pada laga Fun Football Gilbar FC 2020 melawan klub Yutaka. Akibat kejadian itu, Wahyudin bonyok dan mengalami memar pada bagian wajah dan kakinya.
Mirisnya lagi, kejadian yang menimpa Wahyudin tak sebanding dengan pendapatan yang diterima. Karena itu pula dia sangat menyangkan kekerasan yang dialaminya.”Saya dengar bayaran hanya Rp250.000,” kata Wahyudin kepada SINDOnews pada Senin (13/7/2020). (Baca: Pingsan Diinjak Pemain Bola Turnamen Amatir, Wasit Ini Akan Lapor Polisi)
Sejatinya, Wahyudin tidak mempermasalahkan soal bayaran atau honornya menjadi wasit di turnamen amatiran itu. Sebab, dia hanya untuk memantapkan profesinya sebagai wasit profesional.”Lagi pula saya sebenarnya hanya membantu teman saya, saya gantikan teman saya menjadi wasit dan untuk mengasah lebih dalam (profesi) saya,” ungkapnya.
Warga Kecamatan Tarumajaya ini menyangkan pemain tidak menyadari betul bahwa dia bekerja sebagai wasit seorang diri. Padahal, yang ideal adalah wasit mempunyai peran pembantu yakni, hakim garis.”Saya kan sendiri, memang sepintas itu tipis (offside) tapi keputusan saya offside,” jelasnya.
Jauh-jauh hari sebelum turnamen itu berlangsung, panitia penyelenggara sudah merencanakan adanya hakim garis. Namun, karena terbentur dengan anggaran akhirnya diputuskan untuk ditiadakan hakim garis.”Jadi saya sendiri menjadi wasit tanpa ada hakim garis,” jelas ayah beranak satu ini.
(hab)