3 Jenderal Polisi Jadi Menteri, Nomor Terakhir Tergabung di Kabinet Ampera Tahun 1966
loading...
A
A
A
JAKARTA - Terdapat tiga jenderal polisi yang menjadi menteri . Ketiganya yakni Jenderal Pol (Purn) Tito Karnavian, Komjen Pol (Purn) Syafruddin, dan Jenderal Pol (Purn) Awaloedin Djamin.
Berikut tiga jenderal polisi yang menjadi menteri dihimpun Litbang MNC Portal Indonesia (MPI):
1. Jenderal Pol (Purn) Tito Karnavian
Jenderal Polisi (Purn) Tito Karnavian adalah mantan Kapolda Metro Jaya yang diangkat menjadi menteri. Pria kelahiran 26 Oktober 1964 itu menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri Indonesia sejak 23 Oktober 2019 dalam Kabinet Indonesia Maju di bawah pemerintahan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin.
Tito Karnavian dilantik menjadi Kapolda Metro Jaya pada 12 Juni 2015. Semasa menjabat posisi Kapolda Metro Jaya, Tito berhasil menangani kasus Bom Sarinah Thamrin yang terjadi di Jakarta pada tahun 2016. Bukan hanya mengendalikan situasi, dalam waktu kurang dari lima jam, pelaku pengeboman juga dapat diamankan.
Sebelumnya, nama Tito telah dikenal pula karena keberhasilannya melumpuhkan teroris Dr Azhari di Batu, Jawa Timur, pada 9 November 2005. Tidak hanya itu, Tito juga pernah memimpin sebuah tim khusus kepolisian yang berhasil membongkar jaringan teroris pimpinan Noordin M Top. Atas prestasinya, pangkat Tito dinaikkan menjadi Brigadir Jenderal Polisi dan ia diangkat menjadi Kepala Densus 88 Antiteror Mabes Polri 2009-2010.
Masa jabatan Tito sebagai Kapolda Metro Jaya tidak sampai setahun atau 9 bulan 11 hari. Pada 16 Maret 2016, ia menempati posisi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme sebelum kemudian mendapatkan jabatan paling tinggi di kepolisian. Tito Karnavian dilantik menjadi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia pada 13 Juli 2016. Ia menjadi calon tunggal untuk menggantikan Badrodin Haiti yang pensiun.
Dalam masa jabatannya sebagai Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian sempat ditunjuk sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi ad-interim. Ia mengisi sementara kekosongan jabatan yang ditinggalkan mendiang Tjahjo Kumolo, sejak 4-15 Juli 2022. Kini, selain sebagai Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian juga menjabat Wakil Ketua Kompolnas.
2. Komjen Pol (Purn) Syafruddin
Keputusan Asman Abnur mundur dari kursi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) berimbas pada terpilihnya jenderal polisi yakni Komjen Pol Syafruddin sebagai pengganti.
Pria yang sebelumnya menjabat Wakil Kapolri itu dilantik dan mengucapkan sumpah jabatan sebagai MenPAN-RB di hadapan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta.
Keppres pemberhentian Asman dan pengangkatan Syafruddin itu ditandatangani Presiden Jokowi pada 14 Agustus 2018 dengan nomor 142P Tahun 2018. Syafruddin adalah satu-satunya jenderal polisi yang menjabat menteri dalam kabinet pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.
Di Korps Bhayangkara, jebolan Akademi Kepolisian 1985 itu memulai karier dengan pangkat letnan dua. Sejak saat itu, Syafruddin telah ditugaskan ke banyak tempat terutama di seputar kawasan Polda Metro Jaya, Polda Riau, dan Polda Lampung.
Kariernya mulai bersinar ketika ia terpilih sebagai salah satu ajudan wakil presiden pada 2004. Syafruddin kala itu mendampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla hingga 2009.
Mulai dari sana, pria kelahiran Makassar ini memperoleh pangkat Brigadir Jenderal. Syafruddin kemudian dipercaya bertugas sebagai Wakapolda Sumatera Utara, Kapolda Kalimantan Selatan, Kadiv Propam Polri, hingga Kepala Lembaga Pendidikan Polri.
Terakhir, pangkat Komisaris Jenderal diberikan kepada Syafruddin pada 9 September 2016. Ia menggantikan Komjen Pol (Purn) Budi Gunawan yang kini bertugas sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).
Syafruddin juga tercatat sebagai pengurus Dewan Masjid Indonesia (DMI) periode 2017-2022. Kehadiran Syafruddin di kepengurusan DMI bersamaan dengan kolega Bhayangkara lain yakni Budi Gunawan yang dilantik sebagai wakil ketua majelis pakar.
3. Jenderal Pol (Purn) Awaloedin Djamin
Mantan Kapolri Jenderal Pol (Purn) Awaloedin Djamin menjadi Menteri Tenaga Kerja di Kabinet Ampera tahun 1966. Awaloeddin Djamin sebagaimana dikutip dari buku ‘Apa dan Siapa Sejumlah Orang di Indonesia’, lahir di Padang pada 26 September 1927. Pendidikan dasar sampai SMP dia habiskan di Padang dan kemudian SMA di Bukittinggi.
Awaloedin menempuh pendidikan polisi di PTIK sampai lulus pada 1955. Pada 1958, ia mendapat kesempatan belajar di University of Pitsburgh dan kemudian dilanjutkan ke University of Southern California, Amerika Serikat. Ia memperoleh gelar PhD pada 1962.
Sepulang ke Tanah Air, ia pernah menjadi anggota DPRGR pada 1964 hingga 1966, Menteri Tenaga Kerja Kabinet di Kabinet Ampera pada 1966 dan menjadi Deputi Pangak (Kapolri) Urusan Khusus semasa Kapolri Hoegeng Iman Santoso (1968).
Setelah menjadi direktur Lembaga Administrasi Negara pada 1970, dia ditugaskan menjadi duta besar untuk Jerman pada 1976. Setelah itu, pada 1978 Awaloedin dipanggil pulang ke Indonesia oleh Presiden Soeharto. Ia kemudian diangkat menjadi Kapolri hingga berakhir masa tugas pada 1982.
Setelah selesai menjabat Kapolri, Awaloedin menyediakan diri memimpin PTIK. Dia juga mengabdikan ilmunya di berbagai kampus hingga kemudian menjadi guru besar. Awaloedin Djamin meninggal dunia pada Kamis 31 Januari 2019.
Lihat Juga: Profil Brigjen Pol Sumy Hastry Purwanti, Polwan Jenderal Sekaligus Dokter Forensik Polri
Berikut tiga jenderal polisi yang menjadi menteri dihimpun Litbang MNC Portal Indonesia (MPI):
1. Jenderal Pol (Purn) Tito Karnavian
Jenderal Polisi (Purn) Tito Karnavian adalah mantan Kapolda Metro Jaya yang diangkat menjadi menteri. Pria kelahiran 26 Oktober 1964 itu menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri Indonesia sejak 23 Oktober 2019 dalam Kabinet Indonesia Maju di bawah pemerintahan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin.
Tito Karnavian dilantik menjadi Kapolda Metro Jaya pada 12 Juni 2015. Semasa menjabat posisi Kapolda Metro Jaya, Tito berhasil menangani kasus Bom Sarinah Thamrin yang terjadi di Jakarta pada tahun 2016. Bukan hanya mengendalikan situasi, dalam waktu kurang dari lima jam, pelaku pengeboman juga dapat diamankan.
Sebelumnya, nama Tito telah dikenal pula karena keberhasilannya melumpuhkan teroris Dr Azhari di Batu, Jawa Timur, pada 9 November 2005. Tidak hanya itu, Tito juga pernah memimpin sebuah tim khusus kepolisian yang berhasil membongkar jaringan teroris pimpinan Noordin M Top. Atas prestasinya, pangkat Tito dinaikkan menjadi Brigadir Jenderal Polisi dan ia diangkat menjadi Kepala Densus 88 Antiteror Mabes Polri 2009-2010.
Masa jabatan Tito sebagai Kapolda Metro Jaya tidak sampai setahun atau 9 bulan 11 hari. Pada 16 Maret 2016, ia menempati posisi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme sebelum kemudian mendapatkan jabatan paling tinggi di kepolisian. Tito Karnavian dilantik menjadi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia pada 13 Juli 2016. Ia menjadi calon tunggal untuk menggantikan Badrodin Haiti yang pensiun.
Dalam masa jabatannya sebagai Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian sempat ditunjuk sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi ad-interim. Ia mengisi sementara kekosongan jabatan yang ditinggalkan mendiang Tjahjo Kumolo, sejak 4-15 Juli 2022. Kini, selain sebagai Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian juga menjabat Wakil Ketua Kompolnas.
2. Komjen Pol (Purn) Syafruddin
Keputusan Asman Abnur mundur dari kursi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) berimbas pada terpilihnya jenderal polisi yakni Komjen Pol Syafruddin sebagai pengganti.
Pria yang sebelumnya menjabat Wakil Kapolri itu dilantik dan mengucapkan sumpah jabatan sebagai MenPAN-RB di hadapan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta.
Keppres pemberhentian Asman dan pengangkatan Syafruddin itu ditandatangani Presiden Jokowi pada 14 Agustus 2018 dengan nomor 142P Tahun 2018. Syafruddin adalah satu-satunya jenderal polisi yang menjabat menteri dalam kabinet pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.
Di Korps Bhayangkara, jebolan Akademi Kepolisian 1985 itu memulai karier dengan pangkat letnan dua. Sejak saat itu, Syafruddin telah ditugaskan ke banyak tempat terutama di seputar kawasan Polda Metro Jaya, Polda Riau, dan Polda Lampung.
Kariernya mulai bersinar ketika ia terpilih sebagai salah satu ajudan wakil presiden pada 2004. Syafruddin kala itu mendampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla hingga 2009.
Mulai dari sana, pria kelahiran Makassar ini memperoleh pangkat Brigadir Jenderal. Syafruddin kemudian dipercaya bertugas sebagai Wakapolda Sumatera Utara, Kapolda Kalimantan Selatan, Kadiv Propam Polri, hingga Kepala Lembaga Pendidikan Polri.
Terakhir, pangkat Komisaris Jenderal diberikan kepada Syafruddin pada 9 September 2016. Ia menggantikan Komjen Pol (Purn) Budi Gunawan yang kini bertugas sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).
Syafruddin juga tercatat sebagai pengurus Dewan Masjid Indonesia (DMI) periode 2017-2022. Kehadiran Syafruddin di kepengurusan DMI bersamaan dengan kolega Bhayangkara lain yakni Budi Gunawan yang dilantik sebagai wakil ketua majelis pakar.
3. Jenderal Pol (Purn) Awaloedin Djamin
Mantan Kapolri Jenderal Pol (Purn) Awaloedin Djamin menjadi Menteri Tenaga Kerja di Kabinet Ampera tahun 1966. Awaloeddin Djamin sebagaimana dikutip dari buku ‘Apa dan Siapa Sejumlah Orang di Indonesia’, lahir di Padang pada 26 September 1927. Pendidikan dasar sampai SMP dia habiskan di Padang dan kemudian SMA di Bukittinggi.
Awaloedin menempuh pendidikan polisi di PTIK sampai lulus pada 1955. Pada 1958, ia mendapat kesempatan belajar di University of Pitsburgh dan kemudian dilanjutkan ke University of Southern California, Amerika Serikat. Ia memperoleh gelar PhD pada 1962.
Sepulang ke Tanah Air, ia pernah menjadi anggota DPRGR pada 1964 hingga 1966, Menteri Tenaga Kerja Kabinet di Kabinet Ampera pada 1966 dan menjadi Deputi Pangak (Kapolri) Urusan Khusus semasa Kapolri Hoegeng Iman Santoso (1968).
Setelah menjadi direktur Lembaga Administrasi Negara pada 1970, dia ditugaskan menjadi duta besar untuk Jerman pada 1976. Setelah itu, pada 1978 Awaloedin dipanggil pulang ke Indonesia oleh Presiden Soeharto. Ia kemudian diangkat menjadi Kapolri hingga berakhir masa tugas pada 1982.
Setelah selesai menjabat Kapolri, Awaloedin menyediakan diri memimpin PTIK. Dia juga mengabdikan ilmunya di berbagai kampus hingga kemudian menjadi guru besar. Awaloedin Djamin meninggal dunia pada Kamis 31 Januari 2019.
Lihat Juga: Profil Brigjen Pol Sumy Hastry Purwanti, Polwan Jenderal Sekaligus Dokter Forensik Polri
(mhd)