Mengenal Henk Ngantung, Sosok Gubernur DKI Jakarta Beretnis Tionghoa Pertama
loading...
A
A
A
JAKARTA - Henk Ngantung merupakan mantan Gubernur DKI Jakarta yang menjabat cukup singkat. Selain itu dia juga menjadi walikota beretnis tionghoa pertama di Jakarta.
Henk Ngantung lahir pada 1 Maret 1921 di Manado, Sulawesi Utara. Sebelum menjadi Gubernur, Henk dikenal sebagai seorang seniman .
Baca juga : Ini 2 Gubernur DKI Jakarta yang Beretnis Tionghoa
Pria bernama lengkap Hendrik Hermanus Joel Ngantung ini merantau ke Jakarta yang masih bernama Batavia pada tahun 1904. Kala itu, Batavia masih menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda. Disinilah dia mulai berkarier sebagai seniman Ibu Kota.
Kemudian pada 29 Oktober 1946, Henk Ngantung menjadi seorang pendiri Gelanggang Seniman Merdeka yang menghimpun kaum seniman Angkatan 45, termasuk Chairil Anwar, Haruddin M.S., Mochtar Apin, Basuki Resobowo, Asrul Sani, dan lainnya.
Hal tersebut membuatnya menjadi salah seorang seniman papan atas yang kenal baik dengan Presiden Soekarno. Hingga dia sempat digaet untuk bergabung sebagai anggota Dewan Nasional (cikal-bakal Dewan Pertimbangan Agung).
Dikutip dari etd.repository.ugm.ac.id, Ambisi Soekarno yang ingin melihat Ibukota Jakarta terlihat lebih indah dan tertata memunculkan ide untuk mencari pemimpin yang dapat mewujudkan ambisinya.
Pada tahun 1960, Henk Ngantung diangkat menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta untuk mendampingi Soemarno.
Sebelum menjadi Gubernur, Henk Ngantung sempat menyelesaikan pembangunan patung selamat datang yang dirancangnya demi menyambut Asian Games 1962.
Baca juga : 3 Peninggalan Fauzi Bowo saat Menjabat Gubernur DKI Jakarta
Pada 26 Agustus 1964 Henk Ngantung diangkat sebagai Gubernur Jakarta untuk menggantikan Soemarno yang naik level menjadi Menteri Dalam Negeri.
Hal ini membuatnya sebagai Gubernur beretnis tionghoa pertama. Ketika menjabat sebagai Gubernur, Henk tercatat sebagai salah satu Gubernur tersingkat yang pernah menjabat karena belum genap satu tahun dirinya sudah dicopot.
Pencopotan yang dilakukan pada 15 Juli 1965 ini lantas membuatnya sebagai gubernur yang hanya menjabat selama 11 bulan saja. Alasan pencopotannya bahkan sampai saat ini masih belum diketahui pasti.
Setelah tidak menjabat sebagai walikota, Henk kembali ke kehidupan sebelumnya yakni sebagai seniman. Kendati demikian dia justru mendapat kehidupan yang cukup sulit karena sempat dituding sebagai pengikut PKI yang tidak jelas darimana tuduhan tersebut ditujukan untuknya.
Labeling itu lantas membuat kariernya tamat. Hingga masa tuanya dijalani dengan sakit sakitan dan bahkan nyaris buta. Hingga akhirnya seniman ini meninggal pada 12 Desember 1991 di usianya yang ke 70 tahun.
Henk Ngantung lahir pada 1 Maret 1921 di Manado, Sulawesi Utara. Sebelum menjadi Gubernur, Henk dikenal sebagai seorang seniman .
Baca juga : Ini 2 Gubernur DKI Jakarta yang Beretnis Tionghoa
Pria bernama lengkap Hendrik Hermanus Joel Ngantung ini merantau ke Jakarta yang masih bernama Batavia pada tahun 1904. Kala itu, Batavia masih menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda. Disinilah dia mulai berkarier sebagai seniman Ibu Kota.
Kemudian pada 29 Oktober 1946, Henk Ngantung menjadi seorang pendiri Gelanggang Seniman Merdeka yang menghimpun kaum seniman Angkatan 45, termasuk Chairil Anwar, Haruddin M.S., Mochtar Apin, Basuki Resobowo, Asrul Sani, dan lainnya.
Hal tersebut membuatnya menjadi salah seorang seniman papan atas yang kenal baik dengan Presiden Soekarno. Hingga dia sempat digaet untuk bergabung sebagai anggota Dewan Nasional (cikal-bakal Dewan Pertimbangan Agung).
Dikutip dari etd.repository.ugm.ac.id, Ambisi Soekarno yang ingin melihat Ibukota Jakarta terlihat lebih indah dan tertata memunculkan ide untuk mencari pemimpin yang dapat mewujudkan ambisinya.
Pada tahun 1960, Henk Ngantung diangkat menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta untuk mendampingi Soemarno.
Sebelum menjadi Gubernur, Henk Ngantung sempat menyelesaikan pembangunan patung selamat datang yang dirancangnya demi menyambut Asian Games 1962.
Baca juga : 3 Peninggalan Fauzi Bowo saat Menjabat Gubernur DKI Jakarta
Pada 26 Agustus 1964 Henk Ngantung diangkat sebagai Gubernur Jakarta untuk menggantikan Soemarno yang naik level menjadi Menteri Dalam Negeri.
Hal ini membuatnya sebagai Gubernur beretnis tionghoa pertama. Ketika menjabat sebagai Gubernur, Henk tercatat sebagai salah satu Gubernur tersingkat yang pernah menjabat karena belum genap satu tahun dirinya sudah dicopot.
Pencopotan yang dilakukan pada 15 Juli 1965 ini lantas membuatnya sebagai gubernur yang hanya menjabat selama 11 bulan saja. Alasan pencopotannya bahkan sampai saat ini masih belum diketahui pasti.
Setelah tidak menjabat sebagai walikota, Henk kembali ke kehidupan sebelumnya yakni sebagai seniman. Kendati demikian dia justru mendapat kehidupan yang cukup sulit karena sempat dituding sebagai pengikut PKI yang tidak jelas darimana tuduhan tersebut ditujukan untuknya.
Labeling itu lantas membuat kariernya tamat. Hingga masa tuanya dijalani dengan sakit sakitan dan bahkan nyaris buta. Hingga akhirnya seniman ini meninggal pada 12 Desember 1991 di usianya yang ke 70 tahun.
(bim)