Kasus Gagal Ginjal Akut Terus Bertambah, Dinkes DKI Diminta Gerak Cepat dan Siaga

Senin, 24 Oktober 2022 - 17:29 WIB
loading...
Kasus Gagal Ginjal Akut...
Anggota DPRD DKI Jakarta Hardiyanto Kenneth meminta Dinas Kesehatan gerak cepat melakukan deteksi dini serta siaga dalam melayani pasien anak dengan diagnosa gagal ginjal akut. Foto: SINDOnews/Dok
A A A
JAKARTA - Penyakit gangguan gagal ginjal akut pada balita di Jakarta perlu penanganan serius, mengingat jumlah kasus terus bertambah. Sejak Januari hingga 22 Oktober 2022, tercatat 86 kasus gangguan gagal ginjal akut di Jakarta.

Anggota DPRD DKI Jakarta Hardiyanto Kenneth mengatakan, Dinas Kesehatan harus gerak cepat melakukan deteksi dini pada balita, serta siaga dalam melayani pasien anak dengan diagnosa gagal ginjal akut.

"Harus segera ditangani saat ada pasien didiagnosa gagal ginjal akut," ujar anggota Fraksi PDI Perjuangan itu dalam keterangannya, Senin (24/10/2022).



Di sisi lain, saat ini 26 vial obat Fomepizole untuk pengobatan gangguan ginjal akut progresif atipikal telah dibawa ke Tanah Air dari dua negara, yaitu Singapura dan Australia. Terkait hal tersebut, Dinkes harus segera melakukan proses jemput bola.

"Mereka (dinkes) harus proaktif dalam mencari informasi dan juga harus selalu berkomunikasi dengan Kemenkes agar pendistribusian obat di Jakarta tidak mengalami kesulitan. Karena menurut Menkes Budi Gunadi Sadikin, obat tersebut sangat langka," beber Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta itu.



Pria yang akrab disapa Kent juga meminta Pemprov DKI Jakarta segera menarik obat sirup anak yang diduga mengandung etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) melebihi ambang batas yang dijual di apotek.

Berdasarkan keterangan BPOM, terdapat lima obat batuk sirup yang harus ditarik dari peredaran. Kelima obat sirup itu, yakni Termorex Sirup (obat demam), Flurin DMP Sirup (obat batuk dan flu), Unibebi Cough Sirup (obat batuk dan flu), Unibebi Demam Sirup (obat demam), dan Unibebi Demam Drops (obat demam).

"Pemprov dan instansi terkait harus segera melakukan penarikan agar tidak ada lagi apotek yang menjual obat tersebut. RSUD dan Puskesmas juga harus siaga 1, Mudah-mudahan penyakit gangguan ginjal akut ini tidak meluas penularannya," harap Kent.

Kent juga menyikapi stunting yang saat ini masih menjadi momok di Kota Metropolitan ini. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting Jakarta Utara tercatat paling tinggi di Ibu Kota, yakni mencapai 20,4% pada 2021.

Sebanyak 1 dari 5 balita di Jakarta Utara mengalami stunting. Kemudua untuk Jakarta Pusat 19,7%, Kepulauan Seribu 19,3%, Jakarta Barat 7,6%, Jakarta Selatan 15,7%, dan Jakarta Timur 13,4%.

"Masalah gizi pada balita masih menjadi permasalahan kesehatan yang tergolong tinggi Kota Metropolitan saat ini. Sangat miris ya di Kota Jakarta masih ada balita yang kekurangan asupan gizi," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BAGUNA) DPD PDI Perjuangan yangb Jakarta itu.

Menurutnya, angka stunting melonjak di Jakarta karena efek dari Pandemi Covid-19, dimana perekonomian warga menurun akibat pemutus hubungan kerja (PHK) yang terjadi di sejumlah perusahaan hingga berdampak kepada keluarga.

"Efek pandemi ini masih terasa dari sisi ekonomi. Karena permasalahan ekonomi inilah untuk masyarakat menengah ke bawah harus memilih antara masalah perut dan kesehatan. Di pemikiran mereka bisa makan saja sudah syukur, boro-boro memikirkan kesehatan badan. Pemprov DKI harus maksimal dalam menyiapkan solusi terkait permasalahan tersebut," tuturnya.

Di sisi lain, Kent mengajak kepada warga agar membudayakan pola hidup sehat, harus memperhatikan semua aspek kondisi kesehatan. Tak hanya soal makanan, tapi juga kebiasaan dalam menjalani gaya hidup.

Pasalnya, saat ini Indonesia masih dihantui oleh wabah penyakit seperti Covid-19, gagal ginjal akut, hingga permasalahan stunting.

"Pola hidup sehat harus dibudayakan, jangan hanya berhenti dalam tahapan sosiliasiasi saja. Jadi kebiasaan lama yang kurang baik harus diubah. Memang tidak hanya soal niat, tetapi juga soal keseriusan," kata Ketua IKAL PPRA LXII Lemhannas RI ini.

Kent juga berharap kepada Pj Gubernur DKI Heru Budi agar lebih memperhatikan kesehatan warganya, terutama menangani sejumlah penyakit yang melanda Jakarta saat ini, seperti Covid-19, gagal ginjal akut, dan stunting.

"Selain banjir dan macet, Pak Heru juga harus memprioritaskan kesehatan warganya. Covid-19, gagal ginjal akut, dan stunting harus mendapatkan perhatian khusus," tandasnya.

Salah satu permasalahan kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus adalah stunting. DKI bisa melakukan prioritas anggaran bantuan untuk korban stunting dan harus tepat sasaran.

"Saya yakin terkait permasalahan stunting ini akan selesai jika selama dua tahun Pak Heru ini fokus dan serius dalam menanganinya. Saya yakin angka stunting akan turun secara signifikan, apalagi Pak Heru saya lihat gerakannya lumayan cepat," pungkasnya.
(thm)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2486 seconds (0.1#10.140)