Anies Analogikan Banjir Jakarta Bagaikan Air dalam Gelas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Banjir yang diakibatkan oleh luapan air Sungai Ciliwung saat hujan deras membuat 68 titik di Jakarta terendam. Akibatnya, ratusan warga terdampak banjir itu mengungsi.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, pihaknya telah berupaya untuk menanggulangi banjir karena cuaca ekstrem tersebut. Namun, lantaran intensitas hujan saat itu 150 mililiter menyebabkan banjir yang tak bisa terhindarkan.
"Ya pasti karena enggak mungkin kita menampung mengelola air di atas 100 mililiter. Kalau hujannya di bawah 100 atau 50 enggak banjir," kata Anies di Kota Tua, Jakarta Barat, Senin 10 Oktober 2022 malam
Anies menjelaskan, banjir yang terjadi di Jakarta itu ibarat satu liter air yang taruh ke gelas. Pasti airnya akan tumbah.
"Tapi kalau di atas itu sama seperti anda punya gelas 250 ml dituangi air satu liter terus anda berharap tidak tumpah, enggak mungkin, pasti tumpah," tambah Anies.
Dia menjelaskan kalau sampai berhari-hari air hujan tidak terkelola alias masih banjir artinya ada masalah dalam manajemen pengelolaan airnya.
"Tapi kalau bisa dikembalikan dengan volume air sebanyak itu berarti manajemen airnya berjalan baik, karena jumlah air yang jatuh tidak bisa dalam kendali kita tetapi, ketika hujan berhenti berapa lama itu bisa Surut nah itu nanti manajemen air," kata Anies.
Seperti di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan yang sebelumnya tidak pernah banjir namun kini banjir. Kata Anies, hal itu disebabkan karena intensitas air hujan 180 mililiter dalam waktu dua jam.
"Hujan ekstrem itu di atas 150 mililiter per hari, lah ini dua jam 180 berarti kan ekstrem, apa yang terjadi pasti tergenang tapi dalam waktu empat jam hilang sudah, artinya sistem manajemen pengendalian untuk pemulihan itu berjalan baik," tuturnya.
Menurut Anies, DKI Jakarta dalam penanggulangan banjir telah menggunakan Key Performance Indicator (KPI) sejak 2018. Sistem penanganan banjir ini ditargetkan banjir surut maksimal enam jam.
"QPI Nya harus enam jam surut jadi begitu ada banjir, semua orang tau enam jam harus surut," pungkasnya.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, pihaknya telah berupaya untuk menanggulangi banjir karena cuaca ekstrem tersebut. Namun, lantaran intensitas hujan saat itu 150 mililiter menyebabkan banjir yang tak bisa terhindarkan.
Baca Juga
"Ya pasti karena enggak mungkin kita menampung mengelola air di atas 100 mililiter. Kalau hujannya di bawah 100 atau 50 enggak banjir," kata Anies di Kota Tua, Jakarta Barat, Senin 10 Oktober 2022 malam
Anies menjelaskan, banjir yang terjadi di Jakarta itu ibarat satu liter air yang taruh ke gelas. Pasti airnya akan tumbah.
"Tapi kalau di atas itu sama seperti anda punya gelas 250 ml dituangi air satu liter terus anda berharap tidak tumpah, enggak mungkin, pasti tumpah," tambah Anies.
Dia menjelaskan kalau sampai berhari-hari air hujan tidak terkelola alias masih banjir artinya ada masalah dalam manajemen pengelolaan airnya.
"Tapi kalau bisa dikembalikan dengan volume air sebanyak itu berarti manajemen airnya berjalan baik, karena jumlah air yang jatuh tidak bisa dalam kendali kita tetapi, ketika hujan berhenti berapa lama itu bisa Surut nah itu nanti manajemen air," kata Anies.
Seperti di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan yang sebelumnya tidak pernah banjir namun kini banjir. Kata Anies, hal itu disebabkan karena intensitas air hujan 180 mililiter dalam waktu dua jam.
"Hujan ekstrem itu di atas 150 mililiter per hari, lah ini dua jam 180 berarti kan ekstrem, apa yang terjadi pasti tergenang tapi dalam waktu empat jam hilang sudah, artinya sistem manajemen pengendalian untuk pemulihan itu berjalan baik," tuturnya.
Menurut Anies, DKI Jakarta dalam penanggulangan banjir telah menggunakan Key Performance Indicator (KPI) sejak 2018. Sistem penanganan banjir ini ditargetkan banjir surut maksimal enam jam.
"QPI Nya harus enam jam surut jadi begitu ada banjir, semua orang tau enam jam harus surut," pungkasnya.
(mhd)