Asal Usul Nama Dramaga dan Kisah Tuan VOC Penguasa Seluruh Tanah Bogor
loading...
A
A
A
BOGOR - Asal usul nama Dramaga, Kota Bogor, masih jarang diketahui. Bahkan di kalangan masyarakat Bogor, masih terdapat perbedaan pandangan mengenai asal usul pemberian nama tersebut.
Dari sisi penyebutan, juga masih terdapat perbedaan pendapat, apakah Darmaga, Dramaga, atau Dermaga? Namun demikian, buat masyarakat Bogor, lebih memilih menggunakan kata yang menurut mereka masing-masing mudah dan enak didengar, baik itu Darmaga, Dermaga, maupun Dramaga.
Tetapi, penyebutan paling populer dan banyak digunakan oleh masyarakat umum adalah Dramaga. Pada papan penunjuk jalan yang ada di pinggir-pinggir jalan raya Bogor juga tertulis nama Dramaga. Begitu juga di website-website pemerintah, dituliskan nama Dramaga. Termasuk dalam peta-peta Bogor jaman dahulu.
Dikutip dari laman sejarahbogor, Senin (15/8/2022), sejarah wilayah Kota dan Kabupaten Bogor dimulai sejak berdirinya kerajaan Tarumanagara hingga runtuhnya Kerajaan Pakuan Pajajaran.
Konon, di atas puncak gunung kapur Ciampea Bogor, ada sebuah makam atau petilasan yang belum diketahui pasti pemiliknya. Namun petilasan ini berada di puncak Gunung Kapur yang puncaknya merupakan batu-batu karang laut seperti umumnya batu karang yang ada di kedalaman samudera.
Di daerah Kabupaten Bogor banyak ditemukan prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Tarumanagara yang tersebar di beberapa wilayah. Salah satunya Kampung Muara yang berada dekat dengan tempat ditemukannya prasasti Ciaruteun dan Tapak Gajah.
Konon, Kampung Muara ini dulunya merupakan sebuah Kota Pelabuhan Sungai yang bandarnya terletak di tepi pertemuan antara Sungai Cisadane dengan Cianteun.
Menurut cerita orang-orang tua dahulu, wilayah Gunung Kapur dulunya merupakan sebuah pelabuhan yang biasa dikenal dengan nama Dermaga. Mungkin itu sebabnya masih banyak orang yang menyebutnya dengan sebutan Darmaga atau Dermaga.
Hingga awal abad ke 19, daerah ini tetap digunakan sebagai pelabuhan, khususnya oleh para pedagang bambu. Tapi sekali lagi, sulit sekali menemukan bukti-bukti terkait keberadaan Dermaga tersebut.
Kalaupun benar ada Dermaga, tentu sudah ada dokumentasi, baik berupa lukisan atau gambar-gambar mengenai hal ini. Sebab para pendatang Eropa sudah datang ke Nusantara sejak abad ke-17.
Salah satu bukti yang ada adalah lukisan karya Johannes Rach tahun 1770 yang menggambarkan sebuah kapal berbendera Belanda di kawasan ini. Dari lukisan kapal inilah muncul penyebutan nama Dermaga atau Darmaga. Apalagi jika melihat ada kapal laut berukuran besar yang berlabuh.
Namun, lukisan Rach tersebut tidak menggambarkan bentuk asli kapal, melainkan sebuah bangunan replika kapal laut dengan empat bendera Belanda yang dibuat Demang Jawitara untuk mengenang pengasingannya selama 12 tahun oleh VOC ke Tanjung Harapan. Replika kapal ini dibuatnya dalam rangka menyambut kedatangan Gubernur Jenderal Van der Parra ke wilayah tersebut.
Dalam versi lain menyebutkan, nama Dramaga tempo dulu tidak bisa dipisahkan dengan nama seorang tuan tanah besar yang pernah menguasai hampir seluruh wilayah Kota dan Kabupaten Bogor.
Dia adalah Gerrit Willem Casimir (GWC) Van Motman yang lahir pada 17 Januari 1773, dan meninggal di Dramaga 25 Mei 1821. Van Motman adalah anak bungsu dari keluarga yang sebagian besar anggotanya meninggal dunia karena penyakit TBC.
Saat negaranya diinvasi Perancis, Van Motman dalam usia 17 tahun mencoba peruntungan bergabung dengan VOC, hingga sampailah ia ke Hindia Belanda untuk memulai karier sebagai administrator gudang VOC.
Setelah VOC bangkrut karena korupsi, Van Motman menjadi tuan tanah yang menguasai sekitar 117.099 hektare tanah di wilayah Buitenzorg. Luasnya tanah itu sebagian besar dijadikan lahan perkebunan oleh tuan Motman ini.
Jika dilihat sekarang, Kota Bogor memiliki luas wilayah 11.850 hektare dan itu artinya, Van Motman menguasai hampir seluruh tanah di Kota dan Kabupaten Bogor pada masa lalu.
Semasa hidupnya, van Motman memiliki rumah tinggal di daerah Dramaga yang dinamakannya Groot Dramaga atau Dramaga Besar. Sampai saat ini, rumah peninggalan van Motman masih bisa ditemukan di daerah Dramaga, dan difungsikan sebagai wisma tamu IPB.
Dari sisi penyebutan, juga masih terdapat perbedaan pendapat, apakah Darmaga, Dramaga, atau Dermaga? Namun demikian, buat masyarakat Bogor, lebih memilih menggunakan kata yang menurut mereka masing-masing mudah dan enak didengar, baik itu Darmaga, Dermaga, maupun Dramaga.
Tetapi, penyebutan paling populer dan banyak digunakan oleh masyarakat umum adalah Dramaga. Pada papan penunjuk jalan yang ada di pinggir-pinggir jalan raya Bogor juga tertulis nama Dramaga. Begitu juga di website-website pemerintah, dituliskan nama Dramaga. Termasuk dalam peta-peta Bogor jaman dahulu.
Dikutip dari laman sejarahbogor, Senin (15/8/2022), sejarah wilayah Kota dan Kabupaten Bogor dimulai sejak berdirinya kerajaan Tarumanagara hingga runtuhnya Kerajaan Pakuan Pajajaran.
Baca Juga
Konon, di atas puncak gunung kapur Ciampea Bogor, ada sebuah makam atau petilasan yang belum diketahui pasti pemiliknya. Namun petilasan ini berada di puncak Gunung Kapur yang puncaknya merupakan batu-batu karang laut seperti umumnya batu karang yang ada di kedalaman samudera.
Di daerah Kabupaten Bogor banyak ditemukan prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Tarumanagara yang tersebar di beberapa wilayah. Salah satunya Kampung Muara yang berada dekat dengan tempat ditemukannya prasasti Ciaruteun dan Tapak Gajah.
Konon, Kampung Muara ini dulunya merupakan sebuah Kota Pelabuhan Sungai yang bandarnya terletak di tepi pertemuan antara Sungai Cisadane dengan Cianteun.
Menurut cerita orang-orang tua dahulu, wilayah Gunung Kapur dulunya merupakan sebuah pelabuhan yang biasa dikenal dengan nama Dermaga. Mungkin itu sebabnya masih banyak orang yang menyebutnya dengan sebutan Darmaga atau Dermaga.
Hingga awal abad ke 19, daerah ini tetap digunakan sebagai pelabuhan, khususnya oleh para pedagang bambu. Tapi sekali lagi, sulit sekali menemukan bukti-bukti terkait keberadaan Dermaga tersebut.
Kalaupun benar ada Dermaga, tentu sudah ada dokumentasi, baik berupa lukisan atau gambar-gambar mengenai hal ini. Sebab para pendatang Eropa sudah datang ke Nusantara sejak abad ke-17.
Salah satu bukti yang ada adalah lukisan karya Johannes Rach tahun 1770 yang menggambarkan sebuah kapal berbendera Belanda di kawasan ini. Dari lukisan kapal inilah muncul penyebutan nama Dermaga atau Darmaga. Apalagi jika melihat ada kapal laut berukuran besar yang berlabuh.
Namun, lukisan Rach tersebut tidak menggambarkan bentuk asli kapal, melainkan sebuah bangunan replika kapal laut dengan empat bendera Belanda yang dibuat Demang Jawitara untuk mengenang pengasingannya selama 12 tahun oleh VOC ke Tanjung Harapan. Replika kapal ini dibuatnya dalam rangka menyambut kedatangan Gubernur Jenderal Van der Parra ke wilayah tersebut.
Dalam versi lain menyebutkan, nama Dramaga tempo dulu tidak bisa dipisahkan dengan nama seorang tuan tanah besar yang pernah menguasai hampir seluruh wilayah Kota dan Kabupaten Bogor.
Dia adalah Gerrit Willem Casimir (GWC) Van Motman yang lahir pada 17 Januari 1773, dan meninggal di Dramaga 25 Mei 1821. Van Motman adalah anak bungsu dari keluarga yang sebagian besar anggotanya meninggal dunia karena penyakit TBC.
Saat negaranya diinvasi Perancis, Van Motman dalam usia 17 tahun mencoba peruntungan bergabung dengan VOC, hingga sampailah ia ke Hindia Belanda untuk memulai karier sebagai administrator gudang VOC.
Setelah VOC bangkrut karena korupsi, Van Motman menjadi tuan tanah yang menguasai sekitar 117.099 hektare tanah di wilayah Buitenzorg. Luasnya tanah itu sebagian besar dijadikan lahan perkebunan oleh tuan Motman ini.
Jika dilihat sekarang, Kota Bogor memiliki luas wilayah 11.850 hektare dan itu artinya, Van Motman menguasai hampir seluruh tanah di Kota dan Kabupaten Bogor pada masa lalu.
Semasa hidupnya, van Motman memiliki rumah tinggal di daerah Dramaga yang dinamakannya Groot Dramaga atau Dramaga Besar. Sampai saat ini, rumah peninggalan van Motman masih bisa ditemukan di daerah Dramaga, dan difungsikan sebagai wisma tamu IPB.
(thm)