Sudah Susah Memesan, Uang Transferan pun Dikembalikan

Sabtu, 20 Juni 2020 - 06:49 WIB
loading...
Sudah Susah Memesan, Uang Transferan pun Dikembalikan
Bersepeda kini mejadi kegiatan baru di masa new normal. Foto/SINDOnews/Isra Triansyah
A A A
HAMPIR dua jam Munir Pratama (32) membuka sejumlah aplikasi belanja online. Satu per satu keyword pencarian sepeda gunung merek Trex dicari. Jempol Munir pun tak henti-hentinya men-scroll ke atas. Matanya melotot menyisir sejumlah hasil pencarian dari aplikasi belanja online. “Gila nih, semuanya sudah habis,” keluh Munir saat ditemui di kawasan Palmerah, Jakarta Barat, kemarin.

Kepada SINDO Media Munir mengakui sudah sepekan terakhir sibuk mencari sepeda gunung itu. Meski beberapa kali berhasil membeli dan mentransfer, namun selang dua hari kemudian pembelian itu selalu gagal. Uang yang telah ditransfer ke akun belanja online pun dikembalikan.

Munir tak habis pikir, membeli sepeda di saat pandemi justru bukan perkara mudah. Selain harus cukup uang, sesama pembeli harus berebut keras. Peminat yang makin tinggi membuat barang kian terbatas dan sulit dicari.

Munir baru setengah tahun terakhir menggeluti hobi bersepeda. Selama itu pula, dia menggunakan sepeda lipat merek Exotic berkeliling Jakarta dari rumahnya di Pekojaan, Tambora, Jakarta Barat. Cukup lama menggunakan sepeda kecil, Munir pun berencana membeli sepeda gunung untuk menjajal medan khusus. Namun, keinginannya itu sementara harus pupus. (Baca: KPK Temukan Keganjilan Kartu Prakerja, Ini Poin-Poinnya)

Rupanya upaya Munir membeli sepeda Trex tak hanya menyisir situs-situs belanja daring. Dia pun sempat menyisir sejumlah toko sepeda. Berulang kali dia datangi toko-toko itu, sepeda yang dicari tetap tak kunjung ketemu karena keburu habis terjual.

Penjualan Sepeda Naik 50%

Dalam dua bulan terakhir toko-toko maupun reparasi sepeda kebanjiran pengunjung. Gambaran ini seperti terlihat di Toko Sepeda Bude di Kawasan Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat, sore kemarin. Pembeli yang mendatangi toko ini membeludak. Banyaknya kendaraan yang terparkir di depan toko membuat kemacetan di kawasan itu tak terhindarkan. (Baca juga: Duh Gara-Gara Corona Sebagian warga Bekasi Jatuh Miskin)

Di dalam toko antrean di depan kasir pun terlihat. Ini membuat satu per satu orang harus sabar menunggu berbelanja di toko ini. Di sudut toko seorang perempuan 40 tahunan yang kerap dipanggil Bude tampak sibuk menghitung. Dua tangannya tampak sangat sibuk. Tangan kanannya mencatat pembelian di nota pembelian, tangan kirinya tampak sibuk mencatat dan memasukkan sejumlah harga di kalkulator.

Toko Bude ini memiliki tiga montir. Di saat minat orang bersepeda meningkat saat ini, beban kerja tiga orang ini pun kian berat. Mereka tak henti-henti memperbaiki kerusakan-kerusakan sepeda seperti rantai, setang bengkok, hingga ganti pelek. “Untuk upah, kita terima berapa pun,” kata Ali, seorang montir.

Kondisi tak jauh berbeda juga terlihat di toko sepeda di kawasan Rawa Belong. Antrean menumpuk terlihat hingga di luar toko. Deden, 39, penjual sepeda, mengakui beberapa hari terakhir penjualan sepeda meningkat hingga 50%. Rata-rata dalam sehari Deden berhasil menjual sepeda hingga 10 unit.

Saking tingginya animo pembeli Deden terpaksa menyewa sebuah kamar sebagai gudang tambahan tak jauh dari tokonya. Sepeda lipat dan beberapa aksesori sepeda dia simpan di kamar tersebut. “Jadi, begitu ada pesanan baru kami ambil ke gudang,” katanya. (Lihat videonya: Bocah Enam Tahun Jadi Korban Penculikan dan Pencabulan di Bekasi)

Seorang pembeli, Selvi, 27, mengakui bahwa kedatangannya ke toko untuk membeli sepeda lipat. Dia membeli sepeda model lipat karena lebih mudah untuk disimpan. “Kalau sepeda lipat masih bisa kita bawa ke KRL atau Transjakarta,” ujarnya. (Yan Yusuf)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1975 seconds (0.1#10.140)