Stasiun Jadi Sentral Transportasi

Kamis, 18 Juni 2020 - 06:15 WIB
loading...
Stasiun Jadi Sentral Transportasi
Foto/Koran SINDO
A A A
JAKARTA - Stasiun di DKI Jakarta menjadi sentral pergerakan transportasi di Ibu Kota. Langkah ini terwujud setelah kemarin Pemprov DKI bersama pemerintah pusat meresmikan sistem transit oriented development (ToD).

Transformasi stasiun yang merupakan kolaborasi antara BUMD DKI PT MRT Jakarta (Perseroda) dan BUMN PT Kereta Api Indonesia (Persero) tersebut diawali di empat stasiun, yakni Stasiun Juanda, Stasiun Pasar Senen, Stasiun Tanah Abang, dan Stasiun Sudirman. Rencananya, transformasi yang sama dilakukan di lima stasiun lain, yakni Stasiun Manggarai, Tebet, Gondangdia, Palmerah, dan Stasiun Kota.

Dengan ToD, moda transportasi kereta api (KA) atau CommuterLine di stasiun tersebut akan terintegrasikan dengan berbagai moda pilihan seperti Transjakarta, angkot Jak Lingko, bajaj, ojek pangkalan, hingga ojek online.

Keberadaan stasiun sebagai sentral transportasi juga dilengkapi sejumlah fasilitas yang mempermudah dan mempernyaman pergerakan penumpang seperti halte, prasarana di dalam stasiun seperti signage dan way finding, kanopi, dan lainnya, termasuk fasilitas untuk pengguna berkebutuhan khusus. (Baca: Anies: Penataan 4 Stasiun Terintegrasi Hasil Kolaborasi Pengelola)

Gubernur Anies Baswedan mengungkapkan rasa bahagiannya bisa mentransformasikan stasiun. Selain terwujudnya fungsi yang memudahkan berganti angkutan, perubahan juga bisa mewujudkan kenyamanan.

“Saya yakin sebenarnya upaya transformasi pengelolaan stasiun sudah digagas sejak lama, tetapi selalu gagal karena modal utama sukses belum dimiliki, yaitu semangat kerja sama di antara stakeholder,” ujar Anies dalam peresmian yang digelar di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, kemarin.

Selain Anies, peresmian dihadiri Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Direktur Utama PT KAI Didiek Hartantyo, Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, dan Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah. Dalam acara itu pula ditandatangani nota kerja sama antara PT MRT Jakarta, PT KAI, dan Dinas Perhubungan DKI Jakarta.

Anies mengucapkan rasa terima kasih kepada Presiden Joko Widodo. Langkah ini terwujud berawal dari rapat terbatas di awal 2018 yang dipimpin Presiden. Pada momen itu mantan wali kota Solo itu secara tegas memberikan instruksi agar mengintegrasikan transportasi di Jabodetabek.

Anies memastikan bahwa program integrasi stasiun akan berlangsung di lima stasiun lain. Bahkan, kemarin ditandatangani perjanjian kerja sama terkait kelanjutan transformasi stasiun lain.

Dia menegaskan bahwa keinginannya mewujudkan konektivitas antarmoda angkutan umum di Jabodetabek tersambung secara sempurna sehingga warga akan sangat dimudahkan dalam berpindah tempat, memilih moda transportasi publik yang diinginkan dengan cepat dan nyaman.

“Kita ingin memastikan bahwa progres berlanjut, momentum harus dijaga. Saat suatu rencana telah selesai, kita mulai dengan rencana berikutnya,” ucapnya. (Baca juga: Pemprov DKI Pastikan Keluarga Miskin Dapat Pendidikan Berkualitas)

Mantan Mendikbud itu menjelaskan, perbaikan pengelolaan stasiun tersebut merupakan bagian kecil dari rencana besar untuk mengintegrasikan transportasi publik di Jabodetabek. PT MITJ (Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek) perusahaan patungan antara PT MRT dan PT KAI akan mewujudkan rencana tersebut.

"Saat ini, PT MITJ sedang menyusun konsep integrasi tersebut, dibantu konsultan kelas dunia, yang akan siap diimplementasikan awal tahun depan," tambahnya.

Karena itu, Anies sangat yakin kelak Jakarta bukan hanya menyamai kota-kota maju di dunia, namun dapat melampauinya. ”Kita memiliki kelebihan, yaitu belajar dari kekurangan dan sukses mereka," katanya.

Dia kemudian menuturkan, Pemprov DKI Jakarta sedang dalam proses menata transportasi di Ibu Kota agar saling terintegrasi. Sebab, ketika kendaraan umum itu tersedia, tetapi tidak terintegrasi, masyarakat tidak akan menggunakannya dengan optimal.

"Perbaikan ini menjadi bagian dari ikhtiar kita untuk nantinya seluruh wilayah Jabodetabek bisa menjadi satu kawasan yang penataan ruangnya terpadu, penataan transportasi umumnya juga terpadu," harapnya.

Menteri BUMN Erick Tohir mengatakan, penataan stasiun terpadu tersebut punya proses panjang yang harus diapresiasi. Di sisi lain, dia melihat peresmian stasiun terpadu ini menunjukkan telah terbangunnya ekosistem yang sehat antara BUMN, BUMD, dan pihak swasta dalam memberikan layanan transportasi terintegrasi bagi masyarakat. ”Hal ini juga merupakan keinginan dari Presiden Jokowi agar Jakarta sebagai ibu kota memiliki sistem pengelolaan transportasi terpadu yang saling terhubung," ujarnya.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga menegaskan beroperasinya stasiun terpadu ini sebagai wujud sinergi dan kolaborasi dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan semua kalangan.

“Kami menyambut baik peresmian stasiun terpadu ini yang akan semakin mempermudah akses pengguna jasa transportasi untuk berganti moda. Perjalanan menjadi lebih efisien karena lebih hemat waktu dan biaya,” ungkapnya.

Budi kemudian menuturkan, sebelumnya stasiun terintegrasi lain sudah terwujud melalui integrasi antarmoda. Dia menyebut keberadaan stasiun integrasi antar moda misalnya Stasiun KA Bandara Kualanamu Medan, Stasiun KA BIM, stasiun LRT Sumsel di Bandara SMB ll, Stasiun KA Bandara Soekarno-Hatta, dan terakhir stasiun KA Adi Soemarmo Solo. "Ke depan stasiun integrasi semacam ini akan semakin kita perbanyak dan tingkatkan," ujarnya. (Baca juga: Mendagri Sebut Pilkada Bagian dari Program Padat Karya)

Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Yuke Yurike mengapresiasi penataan terintegrasi di empat stasiun kereta api yang dilakukan antara pemerintah pusat dan daerah. Namun, dia menekankan bahwa integrasi moda transportasi itu mestinya bukan hanya integrasi fisik. "Nah, ini yang harus dilakukan. Integrasi moda itu bukan integrasi fisik," katanya saat dihubungi kemarin.

Politisi PDIP itu menjelaskan bahwa integrasi moda transportasi itu terdiri atas integrasi fisik, tarif, dan jadwal pemberangkatan sehingga masyarakat mendapatkan kemudahan dalam menggunakan transportasi umum. Untuk mengelola integrasi tersebut diperlukan sebuah lembaga.

Menurut Yuke, untuk mengintegrasikan tarif antarmoda yang operatornya berbeda itu sangat sulit tanpa adanya lembaga tersendiri. "Anggaran subsidi masing-masing moda transportasi di Jakarta itu sangat besar. Transjakarta saja sampai Rp4 Triliun. Kalau sudah dikelola satu perusahaan, subsidi itu harus tepat sasaran. Khusus buat warga DKI Jakarta," ucapnya.


Yuke berharap penataan di empat stasiun kereta api dapat mengurai masalah di area sekitar, khususnya kemacetan dan pedagang kaki lima seperti yang terjadi setiap hari di kawasan Tanah Abang. "Kami berharap penataan terus dilakukan. Masih ada 68 stasiun lagi yang belum terintegrasi dan kondisinya karut-marut," katanya. (Lihat videonya: Seorang Pemotor di Solo Tewas Terjerat Benang Layangan di Leher)

Sementara itu, pengamat transportasi dari Universitas Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, merespons positif langkah pemerintah mengintegrasikan stasiun dengan moda transportasi lain. Di banyak negara maju, stasiun terintegrasi dan terpadu sudah menjadi kebutuhan bagi para warganya.

"Kebutuhan tersebut meliputi integrasi fisik, jadwal, maupun pembayaran. Integrasi fisik memungkinkan penumpang berpindah dari satu moda ke moda lain, integrasi jadwal yang sesuai serta integrasi satu tiket atau satu pembayaran perjalanan,” ujarnya. (Bima Setiadi/Ichsan Amin/Yan Yusuf)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1501 seconds (0.1#10.140)