4 Tradisi Warga Betawi Sambut Ramadhan, Nomor Terakhir Punah Tergilas Modernisasi

Selasa, 29 Maret 2022 - 08:15 WIB
loading...
4 Tradisi Warga Betawi Sambut Ramadhan, Nomor Terakhir Punah Tergilas Modernisasi
Nyorog sebagai ajang silaturahmi dan ungkapan rasa syukur. Foto/Dok SINDOnews
A A A
JAKARTA - Sebentar lagi umat Muslim di seluruh penjuru dunia akan memasuki bulan Ramadhan 1443 H, yang jatuh tepat pada tanggal 2 April di minggu ini. Di bulan tersebut, umat Muslim akan menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh.

Momen yang hanya terjadi satu bulan tiap tahunnya ini tentu menjadi waktu penuh berkah yang paling dinanti-nantikan. Karena itu, terkhusus di Indonesia, banyak tradisi unik menjelang bulan Ramadhan berdasarkan budaya dari daerah masing-masing.

Salah satunya adalah Betawi, etnis asli masyarakat Jakarta. Berikut ini adalah tradisi turun-temurun orang Betawi untuk merayakan datangnya bulan suci Ramadhan.

1. Tradisi Nyorog

Dikutip dari situs Dinas Kebudayaan Jakarta, nyorog adalah tradisi berbagi bingkisan makanan ke keluarga dan sanak saudara yang tinggal berjauhan. Tradisi ini biasanya dilakukan oleh anak muda ke orang tua, terutama bagi pasangan yang baru menikah.

Bingkisan yang dibawa pun berupa kue-kue atau sembako dan daging kerbau. Bisa juga memberikan makanan khas Betawi yang dibawa dalam tentengan rantang.

Tradisi nyorog diperkenalkan oleh para wali yang menyebarkan agama Islam di tanah Sunda Kelapa tahun 1800-an. Maksud dari budaya ini adalah untuk mempererat ikatan antara orang tua dan anak serta sebagai simbol penghormatan kepada mereka yang lebih tua.

Tidak hanya menjelang Ramadhan saja, nyorog juga dilakukan ketika menyambut Idul Fitri atau Lebaran. Selain itu, nyorog juga dilaksanakan saat prosesi upacara pernikahan. Pihak keluarga laki-laki akan mendatangi keluarga pihak perempuan membawa sorogan atau bingkisan makanan.

2. Tradisi Nyekar

Tidak hanya Betawi, tapi sebagian besar masyarakat Nusantara melestarikan budaya nyekar. Tradisi nyekar merupakan ziarah ke makam saudara atau keluarga mereka yang sudah wafat, mendoakan mereka supaya diampuni dosanya dan amalnya diterima di sisi-Nya.

Para peziarah membacakan Al-Fatihah dan Yasin di depan pusara. Selain itu, mereka datang membawa bunga seperti melati, mawar, minyak wangi, dan air mawar untuk ditaburkan ke tanah makam.

3. Tradisi Ruwahan

Mendekati bulan Ramadhan, tepatnya pada akhir bulan Syaban, masyarakat Betawi menggelar tradisi yang diberi nama ruwahan. Kata ruwahan diambil dari kata “arwah” atau roh leluhur. Mereka percaya bahwa para arwah leluhur akan datang menjelang bulan puasa untuk menengok keluarganya.

Jadi masyarakat Betawi mengundang sanak saudara, keluarga, tetangga, dan pemuka agama untuk melaksanakan pengajian dan tahlil, bersamaan dengan makan bersama. Makanan khas Betawi pun disuguhkan, seperti ketupat sayur, semur, asinan, dan kue-kue kecil. Tradisi ruwahan juga bisa dilakukan di malam takbiran jelang Idul Fitri.

4. Tradisi Merang

Tradisi merang adalah tradisi warga Betawi yang sudah ada sejak tahun 1950-an. Warga akan memadati bantaran sungai tiap menjelang puasa Ramadhan untuk keramas massal menggunakan merang. Merang sendiri merupakan bekas tangkai padi kering yang dibakar, lalu direndam.

Kemudian, merang tersebut digunakan sebagai pengganti sabun dan sampo. Tradisi merang dilakukan oleh berbagai kalangan dan usia, mulai dari anak-anak hingga lansia. Mandi merang dimaksudkan untuk membersihkan diri dan “hati”.

Seiring zaman, banyak warga yang meninggalkan tradisi ini. Namun, masyarakat Betawi di sekitar Sungai Cisadane, Tangerang, masih melaksanakan tradisi ini hingga sekarang.
(ams)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3613 seconds (0.1#10.140)