Selama PSBB, Banyak Warga Jakarta Jadi Petani Kota
loading...
A
A
A
JAKARTA - Urban framing atau pertanian kota di Jakarta meningkat selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) . Permintaan benih melonjak selama tiga bulan penerapan PSBB.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Perikanan (KPKP) DKI Jakarta Darjamuni mengatakan, selama tiga bulan belakangan ini terjadi peningkatan urban framing untuk kebutuhan warga sehari-hari.
"Begitu saya ke lapangan, itu awalnya ada yang (pertanian warga) di lahan kosong atau hidroponik dan sebagainya, ada peningkatan. Itu untuk kebutuhan mereka sehari-hari, mereka tidak perlu ke pasar," kata Darjamuni kepada wartawan, Rabu (17/6/2020). (Baca juga: Warga Jakarta Utara Panen Raya Sayuran Urban Farming secara Virtual)
Hal senada juga disampaikan Kepala Bidang Pertanian Dinas KPKP DKI Mujiati. Meski belum mendata berapa besar penambahan lokasi urban farming yang terjadi selama masa PSBB, namun pihaknya sudah mencatat sedikitnya ada sekitar 900 titik urban farming di Jakarta.
Rinciannya, 600 titik merupakan urban farming yang dikelola warga dalam program Gang Hijau dan 300 titik lainnya dikelola karang taruna. Adapun wilayahnya yaitu di Jakarta Timur, Jakarta Barat, dan Jakarta Selatan.
"Ada peningkatan. Kami terus berupaya meningkatkan titik-titik urban farming dengan target mencapai lebih dari seribu lokasi," pungkasnya. (Baca juga: Hijaukan Jakarta, Dinas KPKP DKI Galakkan Urban Farming)
Model pertanian kota bisa dilakukan di mana saja, seperti di atap rumah, dinding, pagar, halaman rumah, halaman sekolah, serta atap masjid. Manfaat urban farming sangat positif. Di samping membuat kondisi lingkungan menjadi lebih hijau, warga juga bisa memenuhi kebutuhan sendiri akan sayur-mayur.
"Dari sisi edukasi, kita akan memberikan ini juga kepada anak-anak kecil generasi muda. Dari sisi sosial, mereka itu mengerjakan bersama-sama yang artinya lebih guyub," pungkasnya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Perikanan (KPKP) DKI Jakarta Darjamuni mengatakan, selama tiga bulan belakangan ini terjadi peningkatan urban framing untuk kebutuhan warga sehari-hari.
"Begitu saya ke lapangan, itu awalnya ada yang (pertanian warga) di lahan kosong atau hidroponik dan sebagainya, ada peningkatan. Itu untuk kebutuhan mereka sehari-hari, mereka tidak perlu ke pasar," kata Darjamuni kepada wartawan, Rabu (17/6/2020). (Baca juga: Warga Jakarta Utara Panen Raya Sayuran Urban Farming secara Virtual)
Hal senada juga disampaikan Kepala Bidang Pertanian Dinas KPKP DKI Mujiati. Meski belum mendata berapa besar penambahan lokasi urban farming yang terjadi selama masa PSBB, namun pihaknya sudah mencatat sedikitnya ada sekitar 900 titik urban farming di Jakarta.
Rinciannya, 600 titik merupakan urban farming yang dikelola warga dalam program Gang Hijau dan 300 titik lainnya dikelola karang taruna. Adapun wilayahnya yaitu di Jakarta Timur, Jakarta Barat, dan Jakarta Selatan.
"Ada peningkatan. Kami terus berupaya meningkatkan titik-titik urban farming dengan target mencapai lebih dari seribu lokasi," pungkasnya. (Baca juga: Hijaukan Jakarta, Dinas KPKP DKI Galakkan Urban Farming)
Model pertanian kota bisa dilakukan di mana saja, seperti di atap rumah, dinding, pagar, halaman rumah, halaman sekolah, serta atap masjid. Manfaat urban farming sangat positif. Di samping membuat kondisi lingkungan menjadi lebih hijau, warga juga bisa memenuhi kebutuhan sendiri akan sayur-mayur.
"Dari sisi edukasi, kita akan memberikan ini juga kepada anak-anak kecil generasi muda. Dari sisi sosial, mereka itu mengerjakan bersama-sama yang artinya lebih guyub," pungkasnya.
(thm)