Mantan Kapolri Ini Bentuk Densus Alap-Alap untuk Operasi Infiltrasi Timor Timur

Kamis, 24 Maret 2022 - 15:54 WIB
loading...
Mantan Kapolri Ini Bentuk Densus Alap-Alap untuk Operasi Infiltrasi Timor Timur
Mantan Kapolri Jenderal Pol (Purn) Anton Soedjarwo. Foto: Buku 40 Tahun ABRI, Mabes ABRI-Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI
A A A
JAKARTA - Mantan Kapolri Jenderal Pol (Purn) Anton Soedjarwo yang ketika itu berpangkat Kolonel membentuk Detasemen Khusus (Densus) Alap-Alap untuk operasi infiltrasi ke Timor Timur. Densus ini terdiri dari satu kompi Brimob eks Resimen Pelopor di Kelapa Dua dan beberapa mantan anggota Pelopor dari berbagai kesatuan di Polda Metro Jaya.

Bisa dikatakan pembentukan Densus ini sangat terburu-buru sehingga anggotanya kurang memiliki kualifikasi untuk diterjunkan dalam pertempuran. Dikutip dari buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, penulis Anton Agus Setyawan dan Andi M Darlis, Januari 2013, ada beberapa alasan Densus ini kurang siap bertempur.
Baca juga: Mantan Kapolri Menangis, Pasukan Resimen Pelopor Brimob Keheranan

Pertama, waktu yang diberikan untuk mempersiapkan diri sebelum infiltrasi ke wilayah asing hanya satu minggu. Kedua, sebagian besar anggota Densus berasal dari satuan Reskrim, Intelkam, dan Lalu Lintas meski mereka adalah anggota Resimen Pelopor. Namun, sejak tahun 1969 mereka tidak pernah latihan tempur.

Ironisnya lagi, sebagian besar anggota Densus Alap-Alap adalah lulusan Pelopor tahun 1968. Artinya, mereka belum pernah turun dalam operasi tempur. Namun, karena telah memenuhi kualifikasi Bala, maka dianggap memenuhi syarat untuk melakukan infiltrasi.

Untuk memimpin pasukan yang minim persiapan ditunjuklah Letnan Satu Polisi Soeripno. Seorang perwira Pelopor penerima Bintang Sakti dalam pertempuran di Tanjung Fatagar pada Operasi Trikora tahun 1962.

Sebenarnya tidak ada yang meragukan kemampuan tempur Lettu Pol Soeripno apalagi dia adalah veteran dari beberapa pertempuran yang pernah dilakukan Resimen Pelopor. Tapi, memimpin pasukan yang kurang persiapan tentu pekerjaan berat walaupun kehebatan sang komandan telah teruji di medan perang.

Meski Mabes Polri membentuk Batalion Brimob yaitu Batalion Teratai yang dipimpin AKBP Ibnu Hadjar Dwikara, namun sebagian besar mantan anggota Resimen Pelopor berada di bawah batalion-batalion Lintas Udara Kostrad atau kesatuan TNI AD lainnya. Ibnu Hadjar merupakan seorang perwira rising star di kalangan pamen Polri. Perwira Brimob ini pernah mendapatkan kursus infanteri tingkat lanjut di Fort Bragg AS.

Dengan pola penugasannya dalam Operasi Flamboyan, Densus Alap-Alap bergabung dengan tim Kopasandha (sekarang Kopassus). Di Atambua, pasukan ini menyusup ke Timor Timur dengan menyamar sebagai pedagang dan membawa senjata non standar ABRI.

Anggota Densus Alap-Alap juga tak membawa seragam Brimob melainkan pakaian sipil, celana jeans, dan kaus oblong. Dalam operasi penyusupan, Densus diberi tugas menggali informasi intelijen di Kota Atabae. Di kota ini terdapat markas pasukan Kavaleri Tropaz dengan kekuatan hampir satu batalion.

Di lapangan, Densus Alap-Alap mendapat fakta bahwa Fretilin memiliki pendukung sangat besar yang berpotensi menyulitkan pelaksanaan operasi militer dalam skala besar.
Baca juga: Jenderal Polisi Ini Tegur Kapolres karena Parkir Mantan Resimen Pelopor Brimob

Sekadar informasi, Jenderal Polisi (Purn) Anton Soedjarwo yang membentuk Densus Alap-Alap merupakan perwira jebolan Sekolah Ranger Amerika Serikat tahun 1960. Dia memimpin pasukan Pelopor yang tergabung dalam RTP I tahun 1962 dalam Operasi Trikora.

Anton pernah menjabat Komandan Korps Brigade Mobil pada tahun 1974. Dia sangat disegani tidak hanya terbatas di kalangan Polri dan Brimob saja melainkan juga di institusi TNI.

Sebelum menjabat Kapolri (1982-1986), Anton Soedjarwo pernah menduduki jabatan strategis antara lain Ajudan Kapolri Sukanto Tjokrodiatmodjo (1956); Komandan Kores 102, Kodak 10 di Malang (1972-1974); Komandan Komando Daerah Kepolisian (Kodak) 11 Kalimantan Barat (1974); Komandan Kodak 2 Sumatera Utara (1978); Brigjen Pol kemudian Mayjen Pol Kodak 7 Jakarta Raya (1978-1982).
(jon)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1493 seconds (0.1#10.140)