Jadi Kawasan Wisata Favorit, Ini 3 Hal Menarik di Dalam Tugu Monas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kawasan Monumen Masional (Monas) merupakan salah satu objek wisata favorit warga Jakarta dan sekitarnya di saat situasi normal. Namun,saat ini Monas belum dibuka untuk umum meskipun Jakarta sudah berstatus PPKM Level 1.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) DKI Jakarta Andhika Permata sebelumnya mengatakan, Monas belum dibuka untuk umum dikarena beberapa pertimbangan, di antaranya sehubungan dengan adanya pengerjaan proyek pembangunan MRT dan penataan Stasiun Gambir.
Apa saja sebenarnya hal menarik di Monas sehingga masyarakat selalu ingin berwisata di Ring 1 Istana Negara itu. Selain lapangannya yang asri dan luas, perlu diketahui bahwa di dalam Monas terdapat tiga ruang menarik.
1. Ruang Museum Sejarah
Ruang museum sejarah yang terletak tiga meter di bawah permukaan halaman tugu memiliki ukuran 80 X 80 meter. Dinding serta lantai di ruang itu semuanya dilapisi batu marmer. Di dalam ruangan itu, pengunjung disajikan dengan 51 jendela peragaan (diorama) yang mengabadikan sejarah sejak jaman kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia, perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia hingga masa pembangunan di jaman orde baru. Di ruangan itu pengunjung juga dapat mendengar rekaman suara Bung Karno saat membacakan Proklamasi.
2. Ruang Kemerdekaan
Sementara di ruang kemerdekaan yang berbentuk amphitheater terletak di dalam cawan tugu, terdapat empat atribut kemerdekaan, meliputi peta kepulauan Indonesia, lambang Negara Bhinneka Tunggal Ika, dan pintu Gapura yang berisi naskah Proklamasi Kemerdekaan.
3. Ruang Puncak Tugu
Di puncak tugu yang terletak pada ketinggian 115 meter dari halaman tugu memiliki ukuran 11X11 meter, pengunjung dapat mencapai pelataran itu dengan menggunakan elevator (lift-red) tunggal yang berkapasitas sekitar 11 orang.
Di pelataran yang mampu menampung sekitar 50 orang itu juga disediakan empat teropong di setiap sudut, dimana pengunjung bisa melihat pemandangan Kota Jakarta dari ketinggian 132 meter dari halaman tugu Monas.
Di bagian puncak, terdapat lidah api yang terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dengan tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter, terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Seluruh lidah api dilapisi lempengan emas seberat 35 kilogram, dan kemudian pada HUT ke-50 RI, emas yang melapisi lidah api itu ditambah menjadi 50 kilogram.
Tugu Monas dibangun melalui tiga tahapan. Tahap pertama yakni tahun 1961-1965. Pada tahap pertama pelaksanaan pekerjaannya di bawah pengawasan Panitia Monumen Nasional dan biaya yang digunakan bersumber dari sumbangan masyarakat.
Tahap kedua tahun 1966-1968. pada tahap kedua pekerjaannya masih dilakukan dibawah pengawasan panitia Monas. Hanya saja, biaya pembangunannya bersumber dari Anggaran Pemerintah Pusat c.q Sekertariat Negara. Pada tahap kedua ini, pembangunan mengalami kelesuan, karena keterbatasan biaya.
Tahap ketiga tahun 1969-1976. Pada tahap ketiga pelaksanaan pekerjaan berada di bawah pengawasan Panitia Pembina Tugu Nasional, dan biaya yang digunakan bersumber dari Pemerintah Pusat c.q Direktorat Jenderal Anggaran melalui Repelita dengan menggunakan Daftar Isian Proyek (DIP).
Pembangunan Tugu Monas diarsiteki Soedarsono. Tugu Monas memiliki sejumlah filosopi. Bentuk tugu yang menjulang tinggi mengandung falsafah “Lingga dan Yoni” yang menyerupai “Alu”sebagai “Lingga” dan bentuk wadah (cawan) berupa ruangan menyerupai “Lumpang” sebagai “Yoni”.
Alu dan Lumpang adalah dua alat penting yang dimiliki setiap keluarga di Indonesia, khususnya rakyat pedesaan. Lingga dan Yoni adalah simbol dari jaman dahulu yang menggambarkan kehidupan abadi, adalah unsur positif (lingga) dan unsur negatif (yoni) seperti adanya siang dan malam, laki-laki dan perempuan, baik dan buruk, merupakan keabadian dunia.
Bentuk seluruh garis-garis arsitektur tugu ini mewujudkan garis-garis yang bergerak tidak monoton merata, naik melengkung, melompat, merata lagi, dan naik menjulang tinggi, akhirnya menggelombang di atas bentuk lidah api yang menyala. Badan tugu menjulang tinggi dengan lidah api di puncaknya melambangkan dan menggambarkan semangat yang berkobar dan tak kunjung padam di dalam dada bangsa Indonesia.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) DKI Jakarta Andhika Permata sebelumnya mengatakan, Monas belum dibuka untuk umum dikarena beberapa pertimbangan, di antaranya sehubungan dengan adanya pengerjaan proyek pembangunan MRT dan penataan Stasiun Gambir.
Apa saja sebenarnya hal menarik di Monas sehingga masyarakat selalu ingin berwisata di Ring 1 Istana Negara itu. Selain lapangannya yang asri dan luas, perlu diketahui bahwa di dalam Monas terdapat tiga ruang menarik.
1. Ruang Museum Sejarah
Ruang museum sejarah yang terletak tiga meter di bawah permukaan halaman tugu memiliki ukuran 80 X 80 meter. Dinding serta lantai di ruang itu semuanya dilapisi batu marmer. Di dalam ruangan itu, pengunjung disajikan dengan 51 jendela peragaan (diorama) yang mengabadikan sejarah sejak jaman kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia, perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia hingga masa pembangunan di jaman orde baru. Di ruangan itu pengunjung juga dapat mendengar rekaman suara Bung Karno saat membacakan Proklamasi.
2. Ruang Kemerdekaan
Sementara di ruang kemerdekaan yang berbentuk amphitheater terletak di dalam cawan tugu, terdapat empat atribut kemerdekaan, meliputi peta kepulauan Indonesia, lambang Negara Bhinneka Tunggal Ika, dan pintu Gapura yang berisi naskah Proklamasi Kemerdekaan.
3. Ruang Puncak Tugu
Di puncak tugu yang terletak pada ketinggian 115 meter dari halaman tugu memiliki ukuran 11X11 meter, pengunjung dapat mencapai pelataran itu dengan menggunakan elevator (lift-red) tunggal yang berkapasitas sekitar 11 orang.
Di pelataran yang mampu menampung sekitar 50 orang itu juga disediakan empat teropong di setiap sudut, dimana pengunjung bisa melihat pemandangan Kota Jakarta dari ketinggian 132 meter dari halaman tugu Monas.
Di bagian puncak, terdapat lidah api yang terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dengan tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter, terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Seluruh lidah api dilapisi lempengan emas seberat 35 kilogram, dan kemudian pada HUT ke-50 RI, emas yang melapisi lidah api itu ditambah menjadi 50 kilogram.
Tugu Monas dibangun melalui tiga tahapan. Tahap pertama yakni tahun 1961-1965. Pada tahap pertama pelaksanaan pekerjaannya di bawah pengawasan Panitia Monumen Nasional dan biaya yang digunakan bersumber dari sumbangan masyarakat.
Tahap kedua tahun 1966-1968. pada tahap kedua pekerjaannya masih dilakukan dibawah pengawasan panitia Monas. Hanya saja, biaya pembangunannya bersumber dari Anggaran Pemerintah Pusat c.q Sekertariat Negara. Pada tahap kedua ini, pembangunan mengalami kelesuan, karena keterbatasan biaya.
Tahap ketiga tahun 1969-1976. Pada tahap ketiga pelaksanaan pekerjaan berada di bawah pengawasan Panitia Pembina Tugu Nasional, dan biaya yang digunakan bersumber dari Pemerintah Pusat c.q Direktorat Jenderal Anggaran melalui Repelita dengan menggunakan Daftar Isian Proyek (DIP).
Pembangunan Tugu Monas diarsiteki Soedarsono. Tugu Monas memiliki sejumlah filosopi. Bentuk tugu yang menjulang tinggi mengandung falsafah “Lingga dan Yoni” yang menyerupai “Alu”sebagai “Lingga” dan bentuk wadah (cawan) berupa ruangan menyerupai “Lumpang” sebagai “Yoni”.
Alu dan Lumpang adalah dua alat penting yang dimiliki setiap keluarga di Indonesia, khususnya rakyat pedesaan. Lingga dan Yoni adalah simbol dari jaman dahulu yang menggambarkan kehidupan abadi, adalah unsur positif (lingga) dan unsur negatif (yoni) seperti adanya siang dan malam, laki-laki dan perempuan, baik dan buruk, merupakan keabadian dunia.
Bentuk seluruh garis-garis arsitektur tugu ini mewujudkan garis-garis yang bergerak tidak monoton merata, naik melengkung, melompat, merata lagi, dan naik menjulang tinggi, akhirnya menggelombang di atas bentuk lidah api yang menyala. Badan tugu menjulang tinggi dengan lidah api di puncaknya melambangkan dan menggambarkan semangat yang berkobar dan tak kunjung padam di dalam dada bangsa Indonesia.
(thm)