Kemerdekaan Bermural dalam ON & OFF PRESSURE

Selasa, 09 November 2021 - 06:17 WIB
loading...
Kemerdekaan Bermural...
Sejumlah seniman jalanan berkolaborasi melukis mural bersama dalam kegiatan seni bertajuk ON & OFF PRESSURE. Foto/Ist
A A A
TANGERANG - 10 seniman jalanan (street artist) berkolaborasi melukis mural bersama dalam kegiatan seni bertajuk “ON & OFF PRESSURE”. Mereka akan melukis di atas tembok dengan total luas ±1.500 m2 yang tersebar di tujuh titik di sekitar perumahan Alam Raya, Tangerang, Banten.

Pemilihan tempat di Alam Raya didasari daerah tersebut yang terbilang strategis, yakni di pusat wilayah Tangerang Kota, sehingga siapapun bisa dengan mudah menemukan lokasi pameran mural “ON & OFF PRESSURE” yang Instagramable. Ini juga sekaligus ingin menjadikan wilayah di kecamatan Benda sebagai alternatif pusat seni kota Tangerang.

Adapun kesepuluh seniman jalanan yang sudah melanglang buana menorehkan nama mereka di dunia seni jalanan Tanah Air tersebut, yakni Anagard, Digie Sigit, Farhan Siki, The Popo, Arman Jamparing, Bujangan Urban, Media Legal, Edi Bonetski, Hana Madness, dan Bunga Fatia. Acara “ON & OFF PRESSURE” akan diselenggarakan pada 8-9 November 2021.



Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan edukasi, bahwa pada dasarnya seni jalanan atau street art seperti mural juga merupakan cabang dari seni rupa murni yang kerap dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Seni ini kerap disamakan dengan aksi vandalisme, sehingga konotasi negatif pun sering menyeruak bersamaan dengan munculnya seni yang menjadikan tembok sebagai media berekspresi tersebut.

Kurator acara, Bambang Asrini menjelaskan helatan karya outdoor sepanjang ±150 meter (1.500 meter persegi) di tembok-tembok di Perumahan Alam Raya, Tangerang, yang digagas para seniman jalanan di kota Tangerang, Jakarta, Bandung dan Jogjakarta, untuk merayakan tak adanya tekanan apapun atau tekanan positif/energi yang menyala bagi mereka bersama untuk berkarya! ON/OFF adalah simbolisasi sebuah saklar memati-hidupkan proses berkreasi seniman jalanan.

Baca Juga: Begini Penampakan Mural 'Siapa Berani Kritik Polisi' di Mabes Polri

Dalam konteks polemik nasional beberapa bulan terakhir (Juli-Agustus-September 2021), bahwa seni jalanan distigma sebagai aksi “vandalisme”. Karya-karya itu juga sempat disampirkan dalam isu politik yang kental. Maka, helatan acara ini ingin menyampaikan pesan bersama bahwa seni jalanan hadir secara majemuk, merdeka dan memang sebagai jedah atas intervensi seni di ruang-ruang publik yang setara.

“Mereka, para seniman jalanan itu, secara psikis dan alamiah menginisiasi untuk menyampaikan pernyataan esensial tentang ekspresi-ekspresi yang privat pun yang komunal. Seniman street art ini niscaya terhubung dengan isu apapun, dari pengalaman personal yang abstrak, politik, lingkungan hidup, keadilan sosial, popularitas dalam kehidupan urban dan konsumerisme (isu urban life) sampai kusutnya kehidupan kota besar dalam ruang kesetaraan warga,’ kata Bambang.

Menurut Bambang, tak ada tekanan apapun bagi seniman-seniman ini untuk bebas berkarya dan memilih konten ekspresi estetik mereka! Tajuk kuratorial ON/OFF PRESSURE secara personal adalah undangan kemajemukan bagi seniman yang bisa ditafsirkan tentang pergumulan atas “tekanan” tatkala aksi-aksi di jalanan dihadapi dalam sejarah personal atau kelompok-kelompok/kolektif seni mereka.

“Tekanan-tekanan itu dalam artian positif pun negatif, sejatinya adalah akumulasi energi untuk selalu menyala dalam diri seniman jalanan. Sementara, ruang publik adalah hadirnya keniscayaan berbagai “tekanan” yang bisa jadi sangat personal dialami dalam kerja-kerja seni mereka. ON/OFF Pressure selalu dan akan tetap ada sepanjang hayat menyelimuti aksi dan kreasi seniman jalanan tersebut,” tegas Bambang.

Sementara itu, penyelenggara acara, L PROJECT, dalam isu ini ingin memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pihaknya menentang aksi vandalisme, dan ingin memisahkan ruang antara mana kegiatan vandalisme. Mengutip dari pernyataan kurator Bambang Asrini, L PROJECT menyatakan bahwa seni mural sejatinya bisa memberikan dampak “Menginspirasi Pikiran (Inspiring the Mind), Memanjakan Mata (Pleasing the Eyes), dan Merangkul jiwa/perasaan (Embracing the Heart)” terhadap siapapun yang melihatnya.

“Kami juga ingin meningkatkan produktivitas para rekan-rekan seniman mural untuk kembali produktif di masa pandemi ini. Lalu yang paling utama, dalam kegiatan ini baik seniman yang senior dan junior disatukan dalam satu acara, ini bisa menjadi ajang reuni dan bertukar pandangan serta ilmu bagi mereka. Yang muda bisa melihat cara kerja seniornya begitu juga para senior bisa melihat bagaimana sih perkembangan dunia ini di mata para generasi-generasi penerus, jadi momen ini bisa dimanfaatkan bagi mereka tidak hanya berkarya saja namun ada proses bertukar pikiran antar seniman juga,” kata CEO L Project Ali Kusno Fusin.

L PROJECT berharap, acara ini juga dapat menghasilkan karya-karya yang menginspirasi seniman-seniman mural lainnya terutama di daerah Tangerang, yang nantinya juga bisa ikut berekspresi melalui tembok yang tersedia pasca kegiatan ini selesai, yakni pada 10 November 2021. Diharapkan, tempat ini bisa menjadi magnet seni baru di kota Tangerang khususnya bagi para pegiat dan penikmat seni jalanan atau street art.

Tidak hanya melukis di tembok-tembok Alam Raya yang terbentang kokoh, kesepuluh seniman “ON & OFF PRESSURE” juga akan melukis bersama di atas kanvas pada 10 November 2021. Kegiatan ini menjadi penutup dalam rangkaian acara “ON & OFF PRESSURE”. Nantinya, karya-karya baik mural yang sudah dibuat dan lukisan yang digambar di atas kanvas bisa dilihat di www.lproject.net atau official Instagram L Project di @Lproject.art setelah acara berakhir.
(cip)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2108 seconds (0.1#10.140)