DKI Pamer Pembangunan Waduk Kampung Rambutan, Apa Efektif Atasi Banjir?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemprov DKI Jakarta terus berupaya mengendalikan banjir yang kerap terjadi ketika musim hujan tiba. Salah satunya dengan pembuatan waduk di kawasan hulu Jakarta.
Melalui akun instagram milik Dinas Sumber Daya Air @dinas_sda, Pemprov DKI Jakarta pamerkan pembuatan Waduk Kampung Rambutan 1 dan 2 di kelurahan Rambutan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur.
'Waduk Kampung Rambutan berkontribusi terhadap pengendalian banjir pada DAS Kali Cipinang," seperti dikutip Jumat (6/8/2021). (Baca juga; Antisipasi Banjir saat Musim Hujan, Waduk Makam Covid-19 Rorotan Mulai Dibangun )
Waduk Kampung Rambutan dibangun di atas lahan seluas ±3,17 Ha. Waduk 1 dibangun diatas lahan seluas 12,18 Ha sedangkan waduk 2 dibangun diatas lahan seluas 0,99 Ha dengan kapasitas waduk 110.000 m3, potensi reduksi debit banjir sebesar 7,5%. "Pembangunan Waduk Rambutan sudah berjalan 3,67%," lanjut keterangan itu.
Berdasarkan catatan, pada 2019 sedikitnya ada tujuh waduk yang mangkrak. Adapun ke-7 proyek waduk mangkrak itu adalah, waduk Rorotan, waduk Pondok Rangon satu dan dua, waduk Cimanggis, waduk Rambutan satu dan dua, serta waduk Giri Kencana di Cilangkap.
Untuk memaksimalkan penanganan banjir, Pemprov DKI Jakarta dibawah kepemimpinan Gubernur Anies terus mempercepat pembangunan waduk di hulu seperti di Pondok Rangon Cimanggis, dan Waduk Kampung Rambutan.
Pengamat perkotaan Universitas trisakti, Nirwono Joga mengatakan, pembangunan waduk dan persiapan DKI menghadapi banjir secara umum baru akan teruji saat musim hujan tiba. (Baca juga; Antisipasi Lonjakan Covid-19, Polsek Tanjung Duren Tutup Taman Waduk Grogol )
Berdasarkan pengamatannya, Nirwono menyebut ada tiga hal yang perlu dicatat. Pertama, seluruh saluran kota belum sepenuhnya bebas dari lumpur dan sampah. Sehingga, besar kemungkinan tetap ada genangan air, terutama di jalan dan persimpangan jalan, serta Underpass.
Kedua, lanjut Nirwono, pengerukan sungai juga baru terbatas di beberapa sungai, sementara proses pembebasan lahan untuk pelebaran sungai terhenti. Sehingga, pemukiman yang berbatasan sungai bis dipastikan akan terkena banjir kembali.
"Ketiga Pengerukan dan penataan danau waduk situ(daerah tampungan air) belum maksimal dilakukan, sehingga kapasitas masih terbatas dan tidak banyak membantu mengurangi banjir," pungkasnya.
Melalui akun instagram milik Dinas Sumber Daya Air @dinas_sda, Pemprov DKI Jakarta pamerkan pembuatan Waduk Kampung Rambutan 1 dan 2 di kelurahan Rambutan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur.
'Waduk Kampung Rambutan berkontribusi terhadap pengendalian banjir pada DAS Kali Cipinang," seperti dikutip Jumat (6/8/2021). (Baca juga; Antisipasi Banjir saat Musim Hujan, Waduk Makam Covid-19 Rorotan Mulai Dibangun )
Waduk Kampung Rambutan dibangun di atas lahan seluas ±3,17 Ha. Waduk 1 dibangun diatas lahan seluas 12,18 Ha sedangkan waduk 2 dibangun diatas lahan seluas 0,99 Ha dengan kapasitas waduk 110.000 m3, potensi reduksi debit banjir sebesar 7,5%. "Pembangunan Waduk Rambutan sudah berjalan 3,67%," lanjut keterangan itu.
Berdasarkan catatan, pada 2019 sedikitnya ada tujuh waduk yang mangkrak. Adapun ke-7 proyek waduk mangkrak itu adalah, waduk Rorotan, waduk Pondok Rangon satu dan dua, waduk Cimanggis, waduk Rambutan satu dan dua, serta waduk Giri Kencana di Cilangkap.
Untuk memaksimalkan penanganan banjir, Pemprov DKI Jakarta dibawah kepemimpinan Gubernur Anies terus mempercepat pembangunan waduk di hulu seperti di Pondok Rangon Cimanggis, dan Waduk Kampung Rambutan.
Pengamat perkotaan Universitas trisakti, Nirwono Joga mengatakan, pembangunan waduk dan persiapan DKI menghadapi banjir secara umum baru akan teruji saat musim hujan tiba. (Baca juga; Antisipasi Lonjakan Covid-19, Polsek Tanjung Duren Tutup Taman Waduk Grogol )
Berdasarkan pengamatannya, Nirwono menyebut ada tiga hal yang perlu dicatat. Pertama, seluruh saluran kota belum sepenuhnya bebas dari lumpur dan sampah. Sehingga, besar kemungkinan tetap ada genangan air, terutama di jalan dan persimpangan jalan, serta Underpass.
Kedua, lanjut Nirwono, pengerukan sungai juga baru terbatas di beberapa sungai, sementara proses pembebasan lahan untuk pelebaran sungai terhenti. Sehingga, pemukiman yang berbatasan sungai bis dipastikan akan terkena banjir kembali.
"Ketiga Pengerukan dan penataan danau waduk situ(daerah tampungan air) belum maksimal dilakukan, sehingga kapasitas masih terbatas dan tidak banyak membantu mengurangi banjir," pungkasnya.
(wib)