Sentra Peti Jenazah Covid-19 di Kota Bogor Berdayakan 50 Warga Terdampak Pandemi
loading...
A
A
A
BOGOR - Kasus meninggal akibat Covid-19 di Kota Bogor tinggi. Namun, ketersediaan peti jenazah untuk para pasien Covid-19 minim. Atas desakan itulah, Ibrahim mengalihkan bisnis furniturenya ke pembuatan peti jenazah.
Pria yang becita-cita menjadi Wali Kota Bogor itu tidak menyangka bisnisnya membuat peti jenazah untuk kebutuhan pasien Covid-19 di Kota Bogor berkembang. Bahkan berhasil memberdayakan 50 warga terdampak pandemi.
"Tahun 2016, saya bertemu anak muda ini @ibrahimaaskr, Ketua OSIS yang cita-citanya jadi Wali Kota Bogor," kata Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto , dalam dikutip dari akun Instagramnya @bimaaryasugiarto , Sabtu (17/7/2012).
Pertemuan kembali dengan Ibrahim bukan suatu kebetulan. Pandemi Covid-19 membawa keduanya bertemu, sebagai pembeli dan pedagang. Tetapi bukan pembeli dan pedagang biasa, keduanya berjuang buat kemanusiaan.
"Sedang menyusun skripsi, dan sekarang dia memilih mengambil peran sebagai pembuat peti jenazah untuk pasien Covid-19," ungkap Bima, tampak kagum dengan semangat anak muda yang ditemuinya itu.
Ibrahim memulai membuat peti jenazahnya sekira tiga minggu lalu, berawal dari keprihatinannya terhadap nasib pasien Covid-19 di Kota Bogor. Ditambah dorongan sang kakak yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan (nakes).
"Saat itu, kakaknya yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan sering menginformasikan, bahwa kasus meninggal akibat Covid-19 (di Kota Bogor) meningkat. Namun ketersediaan peti jenazah (sangat) minim," sambungnya.
Terdorong rasa kemanusiaan dan peluang bisnis, Ibrahim coba mengubah bisnis furniturenya dengan membuat peti jenazah. Produksi awalpun dimulai dengan 10 peti jenazah dengan memperkerjakan lima orang karyawan.
"Satgas Covid juga percayakan pembuatan peti jenazah ini kepada Ibrahim untuk pemberdayaan UMKM. Kini, Ibrahim mampu memberdayakan ekonomi bagi 50 warga terdampak pandemi," ungkapnya.
Melihat kemajuan bisnis Ibrahim yang cukup pesat, Bima kembali teringat dengan pertemuan pertama mereka dulu. Saat itu, dia ingat dengan pemaparan Ibrahim, kenapa dirinya bercita-cita ingin menjadi Wali Kota Bogor.
"Saya masih ingat saat Ibrahim sampaikan cita-citanya 5 tahun lalu: memberikan manfaat bagi orang banyak. Ya, semua bisa mengambil peran sekecil apapun dalam masa sulit saat ini. Terimakasih Ibrahim," sambungnya.
Sementara itu, dalam akunnya @ibrahimaaskr, Ibrahim mengatakan, pihaknya akan meningkatkan produksi pembuatan peti jenazah untuk pasien Covid-19 yang membutuhkan. Tidak hanya di Bogor, tapi Jabodetabek.
"Menanggapi informasi minimnya ketersediaan peti jenazah , khususnya di Jabodetabek, saya dan rekan menginisiasi sentra produksi peti jenazah. Harapannya, sentra produksi ini menjadi sumbangsih penanganan Covid-19," jelasnya.
Dengan sentra produksinya itu, Ibrahim berharap dapat mengelola ketersediaan peti jenazah dan mengontrol harga peti jenazah bagi para pasien Covid-19 yang meninggal, sehingga kekurangan terhadap peti jenazah dapat diatasi.
Pria yang becita-cita menjadi Wali Kota Bogor itu tidak menyangka bisnisnya membuat peti jenazah untuk kebutuhan pasien Covid-19 di Kota Bogor berkembang. Bahkan berhasil memberdayakan 50 warga terdampak pandemi.
"Tahun 2016, saya bertemu anak muda ini @ibrahimaaskr, Ketua OSIS yang cita-citanya jadi Wali Kota Bogor," kata Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto , dalam dikutip dari akun Instagramnya @bimaaryasugiarto , Sabtu (17/7/2012).
Pertemuan kembali dengan Ibrahim bukan suatu kebetulan. Pandemi Covid-19 membawa keduanya bertemu, sebagai pembeli dan pedagang. Tetapi bukan pembeli dan pedagang biasa, keduanya berjuang buat kemanusiaan.
"Sedang menyusun skripsi, dan sekarang dia memilih mengambil peran sebagai pembuat peti jenazah untuk pasien Covid-19," ungkap Bima, tampak kagum dengan semangat anak muda yang ditemuinya itu.
Ibrahim memulai membuat peti jenazahnya sekira tiga minggu lalu, berawal dari keprihatinannya terhadap nasib pasien Covid-19 di Kota Bogor. Ditambah dorongan sang kakak yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan (nakes).
"Saat itu, kakaknya yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan sering menginformasikan, bahwa kasus meninggal akibat Covid-19 (di Kota Bogor) meningkat. Namun ketersediaan peti jenazah (sangat) minim," sambungnya.
Terdorong rasa kemanusiaan dan peluang bisnis, Ibrahim coba mengubah bisnis furniturenya dengan membuat peti jenazah. Produksi awalpun dimulai dengan 10 peti jenazah dengan memperkerjakan lima orang karyawan.
"Satgas Covid juga percayakan pembuatan peti jenazah ini kepada Ibrahim untuk pemberdayaan UMKM. Kini, Ibrahim mampu memberdayakan ekonomi bagi 50 warga terdampak pandemi," ungkapnya.
Melihat kemajuan bisnis Ibrahim yang cukup pesat, Bima kembali teringat dengan pertemuan pertama mereka dulu. Saat itu, dia ingat dengan pemaparan Ibrahim, kenapa dirinya bercita-cita ingin menjadi Wali Kota Bogor.
"Saya masih ingat saat Ibrahim sampaikan cita-citanya 5 tahun lalu: memberikan manfaat bagi orang banyak. Ya, semua bisa mengambil peran sekecil apapun dalam masa sulit saat ini. Terimakasih Ibrahim," sambungnya.
Sementara itu, dalam akunnya @ibrahimaaskr, Ibrahim mengatakan, pihaknya akan meningkatkan produksi pembuatan peti jenazah untuk pasien Covid-19 yang membutuhkan. Tidak hanya di Bogor, tapi Jabodetabek.
"Menanggapi informasi minimnya ketersediaan peti jenazah , khususnya di Jabodetabek, saya dan rekan menginisiasi sentra produksi peti jenazah. Harapannya, sentra produksi ini menjadi sumbangsih penanganan Covid-19," jelasnya.
Dengan sentra produksinya itu, Ibrahim berharap dapat mengelola ketersediaan peti jenazah dan mengontrol harga peti jenazah bagi para pasien Covid-19 yang meninggal, sehingga kekurangan terhadap peti jenazah dapat diatasi.
(muh)