Waspada Banjir, Warga Bekasi Diminta Tak Terpaku Lagi Musim Kemarau dan Hujan
loading...
A
A
A
BEKASI - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi mencatat 21 dari 23 kecamatan di Kabupaten Bekasi masuk wilayah rawan banjir . Warga pun diminta waspada, terlebih hujan deras yang terus mengguyur di berbagai daerah sepekan terakhir.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bekasi, Henri Lincoln mengimbau warga tidak lagi terpaku pada musim hujan maupun kemarau. Karena peralihan iklim dan cuaca, hujan kini bisa datang setiap saat.”Biasanya kan Mei-Juni itu dihadapkan musim kemarau tapi kok masalahnya sekarang, beberapa kali di hari terakhir, ini turun hujan,” kata Lincoln kepada wartawan Jumat (4/6/2021).
Sehingga, kata dia, pemerintah setempat mengimbau warga tidak lagi terpaku rutinitas tahun, bulan ini kemarau, bulan ini hujan. Namun, masyarakat Bekasi diminta untuk harus siap dengan kondisi seperti ini.
”Jadi saat ada hujan deras, masyarakat mulai waspada apalagi yang bermukim di wilayah bantaran sungai,” ujarnya.
Henri mencontohkan, akibat hujan lebat yang turun sejak beberapa hari terakhir telah mengakibatkan banjir di dua titik yakni Kali Ulu Cikarang Utara dan Kedungwaringin. Kendati tidak sampai mengenangi rumah warga, kondisi ini harus tetap diwaspadai.
Bukan tidak mungkin jika hujan dengan intensitas tinggi membuat banjir besar kembali merendam Kabupaten Bekasi. ”Untuk itu, karena ada perubahan cuaca dan iklim, kita semua harus waspada. Kemarin di Kali Ulu dan Kedungwaringin sudah sampai satu lutut, beruntung banjir menggenang sesaat, setelah itu surut lagi,” ungkapnya.
Banjir besar yang terjadi awal tahun lalu membuat jumlah wilayah rawan bencana di Kabupaten Bekasi meningkat dari semula 20 kini menjadi 21 kecamatan.”Memang ada peningkaan daerah rawan, jadi total ada 21 dari 23 kecamatan di Kabupaten Bekasi dengan total 157 titik,” jelasnya.
Seperti diketahui, Februari-Maret lalu banjir besar melanda Kabupaten Bekasi dengan tinggi muka air mencapai lebih dari dua meter. Terparah terjadi di Pebayuran lantaran tanggul di hilir Citarum jebol sehingga merendam ribuan rumah warga.
Lebih dari itu, puluhan ribu warga pun terpaksa mengungsi. Sedangkan hanya dua yang tingkat kerawanannnya banjirnya rendah yaitu Bojongmangu dan Cibarusah. Kendati tingkat kerawanan banjir rendah, bukan berarti kedua daerah itu bebas bencana. Bojongmangu merupakan daerah dataran tinggi sehingga rawam terjadi longsor.
Sedangkan Cibarusah hampir setiap tahun dilanda bencana kekeringan karena sulit menemukan mata air. Untuk meminimalkan dampak bencana, pihaknya tengah menambah delapan desa tanggap bencana (Destana). Pembentukan Destana ini untuk mengantisipasi bencana alam di wilayah tersebut.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bekasi, Henri Lincoln mengimbau warga tidak lagi terpaku pada musim hujan maupun kemarau. Karena peralihan iklim dan cuaca, hujan kini bisa datang setiap saat.”Biasanya kan Mei-Juni itu dihadapkan musim kemarau tapi kok masalahnya sekarang, beberapa kali di hari terakhir, ini turun hujan,” kata Lincoln kepada wartawan Jumat (4/6/2021).
Sehingga, kata dia, pemerintah setempat mengimbau warga tidak lagi terpaku rutinitas tahun, bulan ini kemarau, bulan ini hujan. Namun, masyarakat Bekasi diminta untuk harus siap dengan kondisi seperti ini.
”Jadi saat ada hujan deras, masyarakat mulai waspada apalagi yang bermukim di wilayah bantaran sungai,” ujarnya.
Henri mencontohkan, akibat hujan lebat yang turun sejak beberapa hari terakhir telah mengakibatkan banjir di dua titik yakni Kali Ulu Cikarang Utara dan Kedungwaringin. Kendati tidak sampai mengenangi rumah warga, kondisi ini harus tetap diwaspadai.
Bukan tidak mungkin jika hujan dengan intensitas tinggi membuat banjir besar kembali merendam Kabupaten Bekasi. ”Untuk itu, karena ada perubahan cuaca dan iklim, kita semua harus waspada. Kemarin di Kali Ulu dan Kedungwaringin sudah sampai satu lutut, beruntung banjir menggenang sesaat, setelah itu surut lagi,” ungkapnya.
Banjir besar yang terjadi awal tahun lalu membuat jumlah wilayah rawan bencana di Kabupaten Bekasi meningkat dari semula 20 kini menjadi 21 kecamatan.”Memang ada peningkaan daerah rawan, jadi total ada 21 dari 23 kecamatan di Kabupaten Bekasi dengan total 157 titik,” jelasnya.
Seperti diketahui, Februari-Maret lalu banjir besar melanda Kabupaten Bekasi dengan tinggi muka air mencapai lebih dari dua meter. Terparah terjadi di Pebayuran lantaran tanggul di hilir Citarum jebol sehingga merendam ribuan rumah warga.
Lebih dari itu, puluhan ribu warga pun terpaksa mengungsi. Sedangkan hanya dua yang tingkat kerawanannnya banjirnya rendah yaitu Bojongmangu dan Cibarusah. Kendati tingkat kerawanan banjir rendah, bukan berarti kedua daerah itu bebas bencana. Bojongmangu merupakan daerah dataran tinggi sehingga rawam terjadi longsor.
Sedangkan Cibarusah hampir setiap tahun dilanda bencana kekeringan karena sulit menemukan mata air. Untuk meminimalkan dampak bencana, pihaknya tengah menambah delapan desa tanggap bencana (Destana). Pembentukan Destana ini untuk mengantisipasi bencana alam di wilayah tersebut.
(hab)