Derita Sopir Bus AKAP di Balik Larangan Mudik: Anak Istri Mau Makan Apa?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah pusat mengumumkan larangan mudik pada Lebaran 2021. Imbasnya sopir bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) menderita, padahal momentum mudik adalah waktu paling berharga mengumpulkan uang untuk menyenangkan anak istri.
Pegawai bus malam Bejeu, Amini (50) mengaku tidak setuju dengan aturan larangan mudik yang dikeluarkan pemerintah. "Enggak setuju saya. Ketemu keluarga kan setahun sekali dapet cutinya juga per tahun, ini dari mulai PSBB pertama sampe sekarang kita belum pernah pulang," ujarnya di Terminal Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (29/3/2021).
Baca juga: Wakil Wali Kota Depok Larang ASN Mudik
Sejak larangan mudik pada tahun lalu, dia hanya mendapat penghasilan sekitar 20% dari pendapatan sebelumnya. "Walaupun ada bantuan dari pemerintah, percuma. Saya rasa nggak menunjang," ucapnya.
"Soalnya kita kebutuhannya bukan cuma makan doang. Makan tercukupi, tapi kebutuhan yang lain nggak kayak sosialisasi ke masyarakat kita juga perlu," lanjutnya.
Baca juga: Survei...Membuktikan! 11% Masyarakat Tetap Pengen Mudik Lebaran
Sejak pandemi Covid tahun lalu, pemesanan tiket mengalami penurunan drastis hingga 80 persen. "Boro-boro satu mobil penuh. Yang penting bisa nutup. Dari PP-an belum, biaya untuk trip, terus servisnya. Pembiayaan lebih gede daripada Mercy. Beli ban aja nggak kuat. Bener-bener parah," ujar Amini.
Sopir Bus Murni Jaya, Kely Setyawan menambahkan larangan mudik menjadi beban bagi para sopir bus AKAP. "Beratlah. Janganlah. Anak istri mau makan apa lagi anak istri," sewotnya. Sebaiknya pemerintah melakukan perencanaan kembali terkait kebijakan larangan mudik.
Pegawai bus malam Bejeu, Amini (50) mengaku tidak setuju dengan aturan larangan mudik yang dikeluarkan pemerintah. "Enggak setuju saya. Ketemu keluarga kan setahun sekali dapet cutinya juga per tahun, ini dari mulai PSBB pertama sampe sekarang kita belum pernah pulang," ujarnya di Terminal Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (29/3/2021).
Baca juga: Wakil Wali Kota Depok Larang ASN Mudik
Sejak larangan mudik pada tahun lalu, dia hanya mendapat penghasilan sekitar 20% dari pendapatan sebelumnya. "Walaupun ada bantuan dari pemerintah, percuma. Saya rasa nggak menunjang," ucapnya.
"Soalnya kita kebutuhannya bukan cuma makan doang. Makan tercukupi, tapi kebutuhan yang lain nggak kayak sosialisasi ke masyarakat kita juga perlu," lanjutnya.
Baca juga: Survei...Membuktikan! 11% Masyarakat Tetap Pengen Mudik Lebaran
Sejak pandemi Covid tahun lalu, pemesanan tiket mengalami penurunan drastis hingga 80 persen. "Boro-boro satu mobil penuh. Yang penting bisa nutup. Dari PP-an belum, biaya untuk trip, terus servisnya. Pembiayaan lebih gede daripada Mercy. Beli ban aja nggak kuat. Bener-bener parah," ujar Amini.
Sopir Bus Murni Jaya, Kely Setyawan menambahkan larangan mudik menjadi beban bagi para sopir bus AKAP. "Beratlah. Janganlah. Anak istri mau makan apa lagi anak istri," sewotnya. Sebaiknya pemerintah melakukan perencanaan kembali terkait kebijakan larangan mudik.
(jon)