KH Noer Ali Putra Bekasi yang Menjadi Pahlawan Nasional
loading...
A
A
A
BEKASI - Kota Bekasi baru saja merayakan hari jadinya ke-24 pada 10 Maret 2021 kemarin. Nama Bekasi tentunya tak asing bagi telinga masyarakat Indonesia khususnya warga Jabodetabek. Puisi berjudul Karawang-Bekasi karya Chairil Anwar pun tak asing lagi di telinga msyarakat.
Namun, banyak di antara kita yang tidak mengetahui siapa sosok pejuang dalam pertempuran Karawang-Bekasi tersebut. Adalah KH Noer Alie sosok ulama kharismatik asal Bekasi yang menjadi sosok pejuang dalam pertempuran ini. Sebagian masyarakat Bekasi pastinya tak asing lagi dengan nama KH Noer Alie.
Lalu siapakah KH Noer Alie sehingga sosok putra asli Bekasi itu menjadi orang yang paling disegani tak hanya oleh masyarakat biasa. Para pejabat di lingkungan Pemerintahan Kota/Kabupaten Bekasi pun sangat menghormati KH Noer Alie yang mendapat julukan Singa Karawang Bekasi.
Dilansir dari kh-noeralie.info dalam biografi KH Noer Alie Pahlawan Nasional yang ditulis oleh Ali Anwar, SINDOnews akan menggali lebih dalam KH Noer Alie yang telah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional dan Bintang Mahaputra Adipradana oleh Pemerintah Republik Indonesia.
KH Noer Alie lahir pada 1914 di Desa Ujungharapan Bahagia, Babelan, Kabupaten Bekasi. Ujungharapan Bahagia merupakan nama baru yang diusulkan Menteri Luar Negeri Adam Malik ketika berkunjung ke Pesantren Attaqwa pada 1970-an. Saat Noer Ali lahir, Ujungharapan Bahagia masih bernama Desa Ujungmalang, Onderdistrik Babelan, Distrik Bekasi, Regentschap Meester Cornelis, Residensi Batavia.
KH Noer Alie merupakan anak keempat dari sepuluh putera-puteri pasangan Anwar bin Layu dan Maimunah binti Tarbin. Di kampungnya, Anwar ayah KH Noer Ali termasuk warga kelas menengah. Selain sebagai tokoh masyarakat yang kerap dimintakan pandangannya, dia juga memiliki tanah, sawah, rumah yang terbuat dari bahan kayu berkualitas baik.
KH Noer Alie kecil juga dinilai keluarganya sebagai anak rajin dan berbakti kepada kedua orang tua. Pada 1934 KH Noer Alie menuntut ilmu ke kota Makkah, Saudi Arabia. Di negeri rantau itu KH Noer Alie Selain menjadi Ketua Persatuan Pelajar Betawi (PPB) Almanhajul Khoiri.
Beberapa kegiatan diselenggarakan PPB, seperti unjuk rasa pembatalan penarikan pajak oleh Pemerintah Saudi Arabia terhadap pelajar asing. Pada 1940, KH Noer Alie pulang ke kampung halaman di Ujungmalang, Bekasi. Setelah mendirikan madrasah dan menikah dengan Siti Rohmah binti Mughni. KH Noer Alie menghimpun kekuatan umat, di antaranya membangun jalan tembus Ujungmalang, Teluk Pucung pada 1941.
Kecintaan KH Noer Alie terhadap Tanah Air tak perlu diragukan. Pada November 1945, KH Noer Ali membentuk Laskar Rakyat dan mengeluarkan fatwa wajib berjuang melawan penjajah. Pembentukan Laskar Rakyat ini dikarenakan KH Noer Alie tak rela menyaksikan agresi dan provokasi tentara sekutu untuk mengembalikan Indonesia kepada Belanda.
Dalam waktu singkat KH Noer Alie menghimpun sekitar 200 orang yang merupakan gabungan santri dan pemuda di sekitar Babelan, Tarumajaya, Cilincing, dan Muara Gembong. Mereka dilatih dasar-dasar kemiliteran oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Bekasi dan Jatinegara.
Namun, banyak di antara kita yang tidak mengetahui siapa sosok pejuang dalam pertempuran Karawang-Bekasi tersebut. Adalah KH Noer Alie sosok ulama kharismatik asal Bekasi yang menjadi sosok pejuang dalam pertempuran ini. Sebagian masyarakat Bekasi pastinya tak asing lagi dengan nama KH Noer Alie.
Lalu siapakah KH Noer Alie sehingga sosok putra asli Bekasi itu menjadi orang yang paling disegani tak hanya oleh masyarakat biasa. Para pejabat di lingkungan Pemerintahan Kota/Kabupaten Bekasi pun sangat menghormati KH Noer Alie yang mendapat julukan Singa Karawang Bekasi.
Dilansir dari kh-noeralie.info dalam biografi KH Noer Alie Pahlawan Nasional yang ditulis oleh Ali Anwar, SINDOnews akan menggali lebih dalam KH Noer Alie yang telah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional dan Bintang Mahaputra Adipradana oleh Pemerintah Republik Indonesia.
KH Noer Alie lahir pada 1914 di Desa Ujungharapan Bahagia, Babelan, Kabupaten Bekasi. Ujungharapan Bahagia merupakan nama baru yang diusulkan Menteri Luar Negeri Adam Malik ketika berkunjung ke Pesantren Attaqwa pada 1970-an. Saat Noer Ali lahir, Ujungharapan Bahagia masih bernama Desa Ujungmalang, Onderdistrik Babelan, Distrik Bekasi, Regentschap Meester Cornelis, Residensi Batavia.
KH Noer Alie merupakan anak keempat dari sepuluh putera-puteri pasangan Anwar bin Layu dan Maimunah binti Tarbin. Di kampungnya, Anwar ayah KH Noer Ali termasuk warga kelas menengah. Selain sebagai tokoh masyarakat yang kerap dimintakan pandangannya, dia juga memiliki tanah, sawah, rumah yang terbuat dari bahan kayu berkualitas baik.
KH Noer Alie kecil juga dinilai keluarganya sebagai anak rajin dan berbakti kepada kedua orang tua. Pada 1934 KH Noer Alie menuntut ilmu ke kota Makkah, Saudi Arabia. Di negeri rantau itu KH Noer Alie Selain menjadi Ketua Persatuan Pelajar Betawi (PPB) Almanhajul Khoiri.
Beberapa kegiatan diselenggarakan PPB, seperti unjuk rasa pembatalan penarikan pajak oleh Pemerintah Saudi Arabia terhadap pelajar asing. Pada 1940, KH Noer Alie pulang ke kampung halaman di Ujungmalang, Bekasi. Setelah mendirikan madrasah dan menikah dengan Siti Rohmah binti Mughni. KH Noer Alie menghimpun kekuatan umat, di antaranya membangun jalan tembus Ujungmalang, Teluk Pucung pada 1941.
Kecintaan KH Noer Alie terhadap Tanah Air tak perlu diragukan. Pada November 1945, KH Noer Ali membentuk Laskar Rakyat dan mengeluarkan fatwa wajib berjuang melawan penjajah. Pembentukan Laskar Rakyat ini dikarenakan KH Noer Alie tak rela menyaksikan agresi dan provokasi tentara sekutu untuk mengembalikan Indonesia kepada Belanda.
Dalam waktu singkat KH Noer Alie menghimpun sekitar 200 orang yang merupakan gabungan santri dan pemuda di sekitar Babelan, Tarumajaya, Cilincing, dan Muara Gembong. Mereka dilatih dasar-dasar kemiliteran oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Bekasi dan Jatinegara.