KH Noer Ali Putra Bekasi yang Menjadi Pahlawan Nasional

Kamis, 11 Maret 2021 - 05:30 WIB
loading...
KH Noer Ali Putra Bekasi yang Menjadi Pahlawan Nasional
KH Noer Ali salah satu Pahlawan Nasional yang merupakan putra daerah Bekasi.Foto/Istimewa
A A A
BEKASI - Kota Bekasi baru saja merayakan hari jadinya ke-24 pada 10 Maret 2021 kemarin. Nama Bekasi tentunya tak asing bagi telinga masyarakat Indonesia khususnya warga Jabodetabek. Puisi berjudul Karawang-Bekasi karya Chairil Anwar pun tak asing lagi di telinga msyarakat.

Namun, banyak di antara kita yang tidak mengetahui siapa sosok pejuang dalam pertempuran Karawang-Bekasi tersebut. Adalah KH Noer Alie sosok ulama kharismatik asal Bekasi yang menjadi sosok pejuang dalam pertempuran ini. Sebagian masyarakat Bekasi pastinya tak asing lagi dengan nama KH Noer Alie.

Lalu siapakah KH Noer Alie sehingga sosok putra asli Bekasi itu menjadi orang yang paling disegani tak hanya oleh masyarakat biasa. Para pejabat di lingkungan Pemerintahan Kota/Kabupaten Bekasi pun sangat menghormati KH Noer Alie yang mendapat julukan Singa Karawang Bekasi.

Dilansir dari kh-noeralie.info dalam biografi KH Noer Alie Pahlawan Nasional yang ditulis oleh Ali Anwar, SINDOnews akan menggali lebih dalam KH Noer Alie yang telah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional dan Bintang Mahaputra Adipradana oleh Pemerintah Republik Indonesia.

KH Noer Alie lahir pada 1914 di Desa Ujungharapan Bahagia, Babelan, Kabupaten Bekasi. Ujungharapan Bahagia merupakan nama baru yang diusulkan Menteri Luar Negeri Adam Malik ketika berkunjung ke Pesantren Attaqwa pada 1970-an. Saat Noer Ali lahir, Ujungharapan Bahagia masih bernama Desa Ujungmalang, Onderdistrik Babelan, Distrik Bekasi, Regentschap Meester Cornelis, Residensi Batavia.

KH Noer Alie merupakan anak keempat dari sepuluh putera-puteri pasangan Anwar bin Layu dan Maimunah binti Tarbin. Di kampungnya, Anwar ayah KH Noer Ali termasuk warga kelas menengah. Selain sebagai tokoh masyarakat yang kerap dimintakan pandangannya, dia juga memiliki tanah, sawah, rumah yang terbuat dari bahan kayu berkualitas baik.

KH Noer Alie kecil juga dinilai keluarganya sebagai anak rajin dan berbakti kepada kedua orang tua. Pada 1934 KH Noer Alie menuntut ilmu ke kota Makkah, Saudi Arabia. Di negeri rantau itu KH Noer Alie Selain menjadi Ketua Persatuan Pelajar Betawi (PPB) Almanhajul Khoiri.

Beberapa kegiatan diselenggarakan PPB, seperti unjuk rasa pembatalan penarikan pajak oleh Pemerintah Saudi Arabia terhadap pelajar asing. Pada 1940, KH Noer Alie pulang ke kampung halaman di Ujungmalang, Bekasi. Setelah mendirikan madrasah dan menikah dengan Siti Rohmah binti Mughni. KH Noer Alie menghimpun kekuatan umat, di antaranya membangun jalan tembus Ujungmalang, Teluk Pucung pada 1941.

Kecintaan KH Noer Alie terhadap Tanah Air tak perlu diragukan. Pada November 1945, KH Noer Ali membentuk Laskar Rakyat dan mengeluarkan fatwa wajib berjuang melawan penjajah. Pembentukan Laskar Rakyat ini dikarenakan KH Noer Alie tak rela menyaksikan agresi dan provokasi tentara sekutu untuk mengembalikan Indonesia kepada Belanda.

Dalam waktu singkat KH Noer Alie menghimpun sekitar 200 orang yang merupakan gabungan santri dan pemuda di sekitar Babelan, Tarumajaya, Cilincing, dan Muara Gembong. Mereka dilatih dasar-dasar kemiliteran oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Bekasi dan Jatinegara.

Sedangkan KH Noer Alie melatih mental dan rohani pasukannya dengan cara berpuasa selama tujuh hari di Masjid Ujungmalang. Pada 29 November 1945, terjadilah pertempuran sengit pasukan KH Noer Ali melawan Sekutu-Inggris di kawasan Pondok Ungu. Meski sempat mendesak tentara sekutu, pasukan Laskar Rakyat berbalik terdesak sampai jembatan Sasak Kapuk.

KH Noer Alie pun menginstruksikan seluruh pasukannya untuk mundur. Sebagian besar pasukan mundur, namun puluhan lainnya tetap bertahan. Sekitar 30 orang pasukan Laskar Rakyat gugur dalam pertempuran tersebut. Peristiwa tersebut hingga saat ini dikenang sebagai pertempuran Sasak Kapuk, karena terjadi di sekitar jembatan Sasak Kapuk, Pondok Ungu.
KH Noer Ali Putra Bekasi yang Menjadi Pahlawan Nasional


Pada 29 Januari 1992, Bekasi dan Indonesia menangis karena Sang Singa Karawang Bekasi ini meninggal dunia. KH Noer Alie wafat di rumahnya dan di makamkan di Pondok Pesantren Attaqwa Puteri, Ujungharapan Bahagia, Babelan, Kabupaten Bekasi pada usia 78 tahun.

Setelah 14 tahun wafatnya Singa Karawang-Bekasi ini, masyarakat Jawa Barat, Jakarta, dan Banten memanjatkan syukur. KH Noer Alie dianugerahi gelar Pahlawan Nasional dan bintang Mahaputra Adipradana oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Penganugerahan berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 085/T/Tahun 2006 tanggal 3 November 2006 itu diberikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui salah seorang putra almarhum KH Noer Alie, KH Moh Amin Noer, Lc dalam rangka Hari Pahlawan di Istana Negara, Jakarta, pada Kamis 9 November 2006.

Sebuah puncak penghargaan tertinggi terhadap ulama pejuang yang mengabdikan pemikiran, jiwa, dan raganya untuk agama, bangsa dan negara, terutama di kawasan Jawa Barat seperti, Bekasi, Cikarang, Karawang, Cikampek, Purwakarta, Bogor dan Bandung, Jakarta, sampai Banten.

KH Noer Alie layak menyandang gelar Pahlawan Nasional karena semasa hidupnya memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik atau perjuangan dalam bidang lain untuk mencapai, merebut, mempertahankan, mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat menunjang pembangunan bangsa dan negara, menghasilkan karya besar yang mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia.

Untuk mengenang jasa KH Noer Alie, Pemkot Bekasi mengabadikan namanya di salah satu jalan sepanjang Kalimalang yakni Jalan KH Noer Ali. Pemkab Bekasi pun tak ketinggalan nama KH Noer Ali dijadikan salah satu nama auditorium di Kantor Pemkab Bekasi.
(hab)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0920 seconds (0.1#10.140)