Survei Elektabilitas Cagub DKI Jakarta: Risma Teratas, Anies Lemah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jadwal Pilkada DKI Jakarta masih belum ditentukan, apakah akan diselenggarakan pada 2022 atau serentak pada 2024. Meski demikian, situasi politik sudah terasa menghangat, terutama sejak mantan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini atau Risma masuk kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) periode kedua.
Melalui reshuffle, Risma diposisikan sebagai Menteri Sosial. Dengan jabatan baru tersebut, Risma melancarkan sejumlah gebrakan dengan menyasar keberadaan tuna wisma di Jakarta. Alhasil, hal tersebut makin menguatkan pandangan bahwa Risma bakal bertarung dalam Pilkada DKI.
Di sisi lain, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diyakini akan kembali maju. Hasil survei yang dilakukan Nusantara Strategic Network (NSN) menunjukkan persaingan ketat Risma dan Anies. Secara mengejutkan, Risma mengungguli Anies dengan selisih elektabilitas sebesar 2,2 persen.
“Dua calon gubernur DKI Jakarta bersaing ketat, di mana Risma pada posisi teratas, sedangkan Anies sebagai incumbent lemah,” ujar Direktur Program NSN Riandi di Jakarta, Kamis (4/3/2021).
Elektabilitas Risma mencapai 34,0 persen, sementara Anies tertinggal yakni sebesar 32,8 persen. Popularitas Risma sudah sangat melekat di kalangan publik ketika memimpin kota Surabaya. Sementara, Anies berhasil merebut posisi gubernur DKI pada Pilkada 2017 yang sangat keras dan membelah masyarakat hingga tingkat nasional.
Sayangnya, kinerja Anies setelah lebih dari setengah periode menjabat dipertanyakan banyak pihak, mulai dari masalah banjir, kisruh anggaran (APBD DKI) hingga persoalan klasik seperti kemacetan dan polusi.
“Hadirnya Risma di Jakarta memberi angin segar bagi warga Jakarta, menjadi figur alternatif yang diharapkan dapat memperbaiki ibu kota sebagaimana yang telah dilakukan Risma di Surabaya,” kata Riandi.
Dua figur tersebut jauh mengungguli nama-nama yang lain. Sisa-sisa Pilkada DKI 2017 masih terasa di mana Sandiaga Uno yang saat itu berpasangan dengan Anies dan sempat maju Cawapres pada Pilpres 2019 kini meraih elektabilitas 4,8 persen.
Demikian juga dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono yang maju pada putaran pertama Pilkada DKI 2017. Digadang-gadang sebagai capres masa depan, AHY tampaknya masih harus berjuang lebih keras mengingat elektabilitasnya sebagai cagub DKI hanya 3,3 persen.
Sosok lainnya adalah politikus muda Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany Alatas (2,8 persen), Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria (2,5 persen), dan Bupati Tangerang yang juga Ketua DPD Partai Golkar DKI Jakarta Ahmed Zaki Iskandar (2,3 persen).
Lalu, ada selebritis Raffi Ahmad (1,8 persen), anggota DPR dari NasDem yang dikenal sebagai crazy rich Tanjung Priok Ahmad Sahroni (1,5 persen), mantan Cawagub dari PKS Nurmansjah Lubis (1,3 persen) dan Abraham Lunggana atau Haji Lulung (1,0 persen).
“Masih ada 9 nama lain yang belum terlalu berhasil menarik dukungan publik Jakarta dengan hanya meraih elektabilitas di bawah 1 persen,” ucap Riandi.
Selain itu, masih ada 10,1 persen responden yang menyatakan tidak tahu/tidak menjawab.
NSN melakukan survei pada 20-27 Februari 2021 secara tatap muka kepada 400 responden mewakili seluruh wilayah di Jakarta. Metode survei adalah multistage random sampling dengan margin of error ±4,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Melalui reshuffle, Risma diposisikan sebagai Menteri Sosial. Dengan jabatan baru tersebut, Risma melancarkan sejumlah gebrakan dengan menyasar keberadaan tuna wisma di Jakarta. Alhasil, hal tersebut makin menguatkan pandangan bahwa Risma bakal bertarung dalam Pilkada DKI.
Di sisi lain, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diyakini akan kembali maju. Hasil survei yang dilakukan Nusantara Strategic Network (NSN) menunjukkan persaingan ketat Risma dan Anies. Secara mengejutkan, Risma mengungguli Anies dengan selisih elektabilitas sebesar 2,2 persen.
“Dua calon gubernur DKI Jakarta bersaing ketat, di mana Risma pada posisi teratas, sedangkan Anies sebagai incumbent lemah,” ujar Direktur Program NSN Riandi di Jakarta, Kamis (4/3/2021).
Elektabilitas Risma mencapai 34,0 persen, sementara Anies tertinggal yakni sebesar 32,8 persen. Popularitas Risma sudah sangat melekat di kalangan publik ketika memimpin kota Surabaya. Sementara, Anies berhasil merebut posisi gubernur DKI pada Pilkada 2017 yang sangat keras dan membelah masyarakat hingga tingkat nasional.
Sayangnya, kinerja Anies setelah lebih dari setengah periode menjabat dipertanyakan banyak pihak, mulai dari masalah banjir, kisruh anggaran (APBD DKI) hingga persoalan klasik seperti kemacetan dan polusi.
“Hadirnya Risma di Jakarta memberi angin segar bagi warga Jakarta, menjadi figur alternatif yang diharapkan dapat memperbaiki ibu kota sebagaimana yang telah dilakukan Risma di Surabaya,” kata Riandi.
Dua figur tersebut jauh mengungguli nama-nama yang lain. Sisa-sisa Pilkada DKI 2017 masih terasa di mana Sandiaga Uno yang saat itu berpasangan dengan Anies dan sempat maju Cawapres pada Pilpres 2019 kini meraih elektabilitas 4,8 persen.
Demikian juga dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono yang maju pada putaran pertama Pilkada DKI 2017. Digadang-gadang sebagai capres masa depan, AHY tampaknya masih harus berjuang lebih keras mengingat elektabilitasnya sebagai cagub DKI hanya 3,3 persen.
Sosok lainnya adalah politikus muda Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany Alatas (2,8 persen), Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria (2,5 persen), dan Bupati Tangerang yang juga Ketua DPD Partai Golkar DKI Jakarta Ahmed Zaki Iskandar (2,3 persen).
Lalu, ada selebritis Raffi Ahmad (1,8 persen), anggota DPR dari NasDem yang dikenal sebagai crazy rich Tanjung Priok Ahmad Sahroni (1,5 persen), mantan Cawagub dari PKS Nurmansjah Lubis (1,3 persen) dan Abraham Lunggana atau Haji Lulung (1,0 persen).
“Masih ada 9 nama lain yang belum terlalu berhasil menarik dukungan publik Jakarta dengan hanya meraih elektabilitas di bawah 1 persen,” ucap Riandi.
Selain itu, masih ada 10,1 persen responden yang menyatakan tidak tahu/tidak menjawab.
NSN melakukan survei pada 20-27 Februari 2021 secara tatap muka kepada 400 responden mewakili seluruh wilayah di Jakarta. Metode survei adalah multistage random sampling dengan margin of error ±4,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
(jon)