Bangun Dua Jembatan di Kawasan Istana, Pemkot Bogor Pinjam Rp194 Miliar
loading...
A
A
A
BOGOR - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor mengusulkan dana pinjaman Rp194 miliar kepada pemerintah pusat melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada 2021.
Dana tersebut untuk membangun ulang dua jembatan yang ada di sekitar Istana Bogor, tepatnya di Jalan Oto Iskandar Dinata (Otista) dan Jalak Harupat atau Sempur. Kedua jembatan tersebut saat ini kondisinya sudah cukup tua, juga menjadi sumber kemacetan di lingkar Istana dan Kebun Raya Bogor. (Baca juga: Pemkot Bogor Mulai Fokus Percepat Bangun Jalan BIRR Sepanjang 11,1 Kilometer)
Besarnya dana yang dibutuhkan itu dikarenakan metode pembangunannya menggunakan rancang bangun atau design and build. "Metode ini, penyedia jasa memiliki satu kesatuan dalam pelaksanaan konstruksinya," kata Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Bogor, Sony Rijadi, Senin (28/12/2020)
“Satu penyedia jasa nanti meliputi pekerjaan desain, membangun, pengawasan dan pengendalian. Itu jadi satu. Memang metode ini ada syaratnya, yakni harus mempunyai data teknis. Kita sudah punya desain awal untuk dua proyek itu,” katanya. (Baca juga: Jika Vaksinasi Sukses, Ekonomi Asia Tenggara Bakal Pulih di 2021)
Dipilihnya metode rancang bangun ini karena pekerjaan dua jembatan ini merupakan satu kesatuan dari sisi aliran Sungai Ciliwung dan arus lalu lintas sama, yakni sama-sama berada di jalur seputaran KRB.
Kota Bogor sebelumnya tidak pernah menggunakan metode ini dalam mengerjakan sebuah proyek infrastruktur. "Sebab, selama ini pekerjaan di Kota Bogor nilainya di bawah Rp100 miliar. Jika terlaksana, ini jadi metode baru pertama kali di Kota Bogor,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Tata Ruang, Tata Bangunan, Pengawasan Pengendalian dan Perencanaan pada Dinas PUPR Kota Bogor, Sultodi Mahbub, menjelaskan, estimasi pembangunan jembatan baru di Otista senilai Rp120 miliar, sedangkan jembatan Sempur Rp74 miliar, sehingga jika ditotal nilainya mencapai Rp194 miliar.
“Konsep pembangunan jembatan saat ini penggantian dari rencana awalnya hanya pelebaran dan perbaikan serta tidak menyatu dengan jembatan lama. Karena jembatan lama sudah berusia cukup lama, jadi dibangun jembatan baru. Ini juga untuk mendukung rencana ke depan transportasi trem,” ujarnya.
Tidak hanya membangun jembatan, sambung dia, konsep pembangunan sekaligus melakukan penataan kawasan jembatan yang terintegrasi dengan pedestrian seputaran Kebun Raya Bogor. Penataan penguatan pada sayap-sayap jembatan untuk pejalan kaki.
Pembangunan kedua jembatan tersebut akan dilakukan berbarengan di tahun yang sama. Dalam pelaksanaan nanti arus lalu lintas kendaraan tidak ditutup total. Artinya, kendaraan masih bisa melintas di Jalan Otista maupun Jalan Jalak Harupat.
“Teknisnya ada rekayasa lalu lintas. Itu juga tidak sekaligus dibongkar semua. Kanan kiri dulu dibangun, (bagian) tengahnya tetap masih bisa berfungsi. Setelah itu selesai baru ke tengah. Jadi secara lalu lintas tidak ditutup total. Ini berlaku sama, untuk (Jembatan) Otista dan Sempur,” pungkasnya.
Dana tersebut untuk membangun ulang dua jembatan yang ada di sekitar Istana Bogor, tepatnya di Jalan Oto Iskandar Dinata (Otista) dan Jalak Harupat atau Sempur. Kedua jembatan tersebut saat ini kondisinya sudah cukup tua, juga menjadi sumber kemacetan di lingkar Istana dan Kebun Raya Bogor. (Baca juga: Pemkot Bogor Mulai Fokus Percepat Bangun Jalan BIRR Sepanjang 11,1 Kilometer)
Besarnya dana yang dibutuhkan itu dikarenakan metode pembangunannya menggunakan rancang bangun atau design and build. "Metode ini, penyedia jasa memiliki satu kesatuan dalam pelaksanaan konstruksinya," kata Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Bogor, Sony Rijadi, Senin (28/12/2020)
“Satu penyedia jasa nanti meliputi pekerjaan desain, membangun, pengawasan dan pengendalian. Itu jadi satu. Memang metode ini ada syaratnya, yakni harus mempunyai data teknis. Kita sudah punya desain awal untuk dua proyek itu,” katanya. (Baca juga: Jika Vaksinasi Sukses, Ekonomi Asia Tenggara Bakal Pulih di 2021)
Dipilihnya metode rancang bangun ini karena pekerjaan dua jembatan ini merupakan satu kesatuan dari sisi aliran Sungai Ciliwung dan arus lalu lintas sama, yakni sama-sama berada di jalur seputaran KRB.
Kota Bogor sebelumnya tidak pernah menggunakan metode ini dalam mengerjakan sebuah proyek infrastruktur. "Sebab, selama ini pekerjaan di Kota Bogor nilainya di bawah Rp100 miliar. Jika terlaksana, ini jadi metode baru pertama kali di Kota Bogor,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Tata Ruang, Tata Bangunan, Pengawasan Pengendalian dan Perencanaan pada Dinas PUPR Kota Bogor, Sultodi Mahbub, menjelaskan, estimasi pembangunan jembatan baru di Otista senilai Rp120 miliar, sedangkan jembatan Sempur Rp74 miliar, sehingga jika ditotal nilainya mencapai Rp194 miliar.
“Konsep pembangunan jembatan saat ini penggantian dari rencana awalnya hanya pelebaran dan perbaikan serta tidak menyatu dengan jembatan lama. Karena jembatan lama sudah berusia cukup lama, jadi dibangun jembatan baru. Ini juga untuk mendukung rencana ke depan transportasi trem,” ujarnya.
Tidak hanya membangun jembatan, sambung dia, konsep pembangunan sekaligus melakukan penataan kawasan jembatan yang terintegrasi dengan pedestrian seputaran Kebun Raya Bogor. Penataan penguatan pada sayap-sayap jembatan untuk pejalan kaki.
Pembangunan kedua jembatan tersebut akan dilakukan berbarengan di tahun yang sama. Dalam pelaksanaan nanti arus lalu lintas kendaraan tidak ditutup total. Artinya, kendaraan masih bisa melintas di Jalan Otista maupun Jalan Jalak Harupat.
“Teknisnya ada rekayasa lalu lintas. Itu juga tidak sekaligus dibongkar semua. Kanan kiri dulu dibangun, (bagian) tengahnya tetap masih bisa berfungsi. Setelah itu selesai baru ke tengah. Jadi secara lalu lintas tidak ditutup total. Ini berlaku sama, untuk (Jembatan) Otista dan Sempur,” pungkasnya.
(thm)