Sensasi Nonton Bioskop Kala Pandemi: Agak Takut dan Ribet tapi Lebih Puas

Jum'at, 23 Oktober 2020 - 07:01 WIB
loading...
A A A
Puspa dan Abdi telah lama tak bisa ke bioskop. Biasanya, sebelum Covid-19 merebak, setiap pekan keduanya selalu menyempatkan diri menonton bioskop, khususnya pada akhir pekan. Bulan lalu keduanya sempat kecewa lantaran rencana pembukaan bioskop di Jakarta ditunda. Kini, saat pelonggaran PSBB, dia sudah menyiapkan daftar film yang wajib ditonton segera.

Sekalipun kini mereka tak bisa lagi duduk berdekatan karena aturan protokol kesehatan di dalam studio, namun keduanya tak mempermasalahkan. Baginya, suasana menonton di bioskop lebih menyenangkan dibandingkan di rumah kos, dengan speaker mahal sekalipun. “Beda saja suasananya. Dari tampilan layar dan sound-nya juga beda,” ujarnya.

Apalagi, saat pandemi ini warga Jakarta haus akan hiburan. “Kalau dibilang takut ya takut. Tapi, kalau di rumah saja kita jenuh juga, makanya kita ini haus hiburan,” ucap Puspa. (Baca juga: Konsumsi Kedelai Bisa Mengurangi Resiko terkena Kanker)

Protokol Kesehatan Ketat

Public Relations CGV Indonesia Hariman Chalid mengakui, pada hari kedua pembukaan jumlah pengunjung bioskopnya mulai terasa, khususnya menjelang sore dan malam. Bila hari pertama okupansi penonton cukup sedikit, pada hari kedua penonton yang datang terlihat naik.

Hariman menyatakan, lantaran masih di tengah situasi wabah, maka protokol kesehatan yang diterapkan cukup ketat. Selain membatasi jumlah penonton dalam studio pihaknya juga menerapkan jaga jarak di sejumlah tempat, seperti cetak tiket, ruang tunggu, zona makanan, hingga toilet.

Pembatasan ini diakui membuat jumlah pengunjung menurun drastis. Bila sebelumnya antrean hingga mengular di tempat pembelian tiket, kini pemandangan itu nyaris tak terjadi. (Baca juga: Pandemi Covid-19 Momentum Indonesia untuk Mandiri)

Hariman mengakui, jauh sebelum izin operasi dibuka Satgas Covid-19 DKI Jakarta, bioskopnya telah lebih dulu menerapkan sistem digital. Pemesan tiket hingga makanan digunakan melalui aplikasi dan layar sentuh di depan kasir.

Meski demikian, demi membantu mereka yang kesulitan mengakses, pihaknya masih menggunakan sistem manual. Penempatan karyawan masih dilakukan di beberapa titik guna membantu mengarahkan pengunjung. CGV juga membentuk satgas Covid-19 internal. “Mereka nantinya mengawasi betul pengunjung. Ada 15 karyawan yang bekerja setiap hari,” katanya.

Meski penonton dibatasi maksimal 25% dari kapasitas, dia masih bersyukur operasional bioskop telah dibuka. Apalagi, antusiasme masyarakat meningkat dalam dua hari ini. Dia mengakui pembatasan kapasitas membuat biaya operasional sulit tertutupi.

Namun, hal ini menjadi tantangan pengelola bioskop untuk berpikir kreatif agar bisnis hiburan bisa jalan pada saat pandemi. Bila keuntungan makin terlihat, bukan tidak mungkin tujuh bioskop CGV yang kini belum buka pun akan dibuka kembali. “Yang penting kita tidak menciptakan kluster baru. Nanti kalau misalnya sukses 25%, Pemprov janji akan menambah kapasitas duduk dan mengizinkan makan masuk,” tuturnya. (Lihat videonya: Pemerintah Berencana Menyiapkan Materi khotbah Jumat)

Namun, Ketua Gabungan Pengelola Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin mengatakan, asosiasinya belum akan membuka bioskop dalam waktu dekat bila jumlah penonton dibatasi maksimal 25%. Selain soal biaya operasional, jika penonton hanya 25% pemilik film juga belum ingin merilis filmnya kepada pengusaha bioskop. "Apakah mau pembuat film kalau cuma 25%? Nanti kita hitung secara detail," kata Djonny saat dihubungi MNC Media. (Yan Yusuf)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0924 seconds (0.1#10.140)