Sensasi Nonton Bioskop Kala Pandemi: Agak Takut dan Ribet tapi Lebih Puas

Jum'at, 23 Oktober 2020 - 07:01 WIB
loading...
Sensasi Nonton Bioskop Kala Pandemi: Agak Takut dan Ribet tapi Lebih Puas
Pengunjung mencetak tiket secara mandiri sebelum menyaksikan pemutaran film di bioskop yang kembali beroperasi setelah mendapatkan izin dari Pemprov DKI Jakarta di masa PSBB transisi di Jakarta kemarin. Foto/SINDONews/Isra Triansyah
A A A
JAKARTA - Dengan setelan safari seorang petugas keamanan tampak sibuk memeriksa satu per satu pengunjung. Thermo gun disorot ke atas jidat dan tangan demi memastikan kondisi suhu pengunjung.

“Mohon dijaga barisannya,” pinta petugas itu di kawasan CGV Grand Indonesia, Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, kemarin.



Seketika kerumunan orang yang berada depan pintu masuk langsung berbaris rapi, masing-masing berjarak satu meter. Lewat smartphone para pengunjung memindai sebuah barcode yang terpasang depan pintu masuk. Dilanjutkan dengan pengisian data, dari nama, enam angka pertama KTP, dan nomor ponsel. Bila jalur masuk lewat pemindaian ini gagal, pengunjung diarahkan mengisi daftar manual hadir di atas kertas putih. (Baca: Inilah Dua Keistimewaan dari Sikap Istiqamah)

Novi (27) salah seorang pengunjung yang datang siang kemarin tampak kebingungan. Ponselnya tak mampu memindai barcode yang terpasang di banner. Menggunakan secarik kertas daftar hadir, dia lantas menuliskan data dirinya. “Yah, mau bagaimana, kita ikuti saja aturannya,” Novi pasrah.

Bersama tiga temannya Novi sengaja datang ke CGV Grand Indonesia dari tempat kosnya di kawasan Setia Budi, Jakarta Selatan. Rindu akan menonton terpancar dari sorot matanya yang berbinar saat melihat tiket film Train to Busan II yang dipegangnya.

Sensasi Nonton Bioskop Kala Pandemi: Agak Takut dan Ribet tapi Lebih Puas


Hampir enam bulan lamanya Novi tak bisa ngebioskop. Selama itu pula dia mengaku lebih banyak menikmati film lewat streaming di gawainya. Namun, jaringan internet yang kerap tidak stabil membuat menonton film lewat komputer jinjing terasa ada yang kurang. “Pokoknya kurang puas dan jenuh,” ungkapnya.

Setelah mengetahui izin operasional bioskop dibuka lagi saat pandemi ini, Novi mengajak tiga temannya yang kebetulan libur kerja untuk menonton bioskop. Baginya, film Korea yang sudah dirilis April 2020 lalu itu tetap layak ditonton demi mengatasi kejenuhan.

Dia mengakui film ini bisa didapat dengan layanan streaming, namun Novi tak puas. Selain karena gangguan layanan internet, gambar dan suara yang menggelegar menjadi pembeda saat dia hadir langsung di gedung bioskop.

Selama menonton Novi dan tiga temannya harus terpisah jauh dengan dua bangku kosong di auditorium empat. Sesuai aturan, dia pun tampak menerapkan ketat protokol kesehatan, seperti bermasker hingga diam di tempat duduknya. “Yah, apa pun, akhirnya puas,” kata Novi ditemui usai menonton. (Baca juga: HAri Santri, Pemerintah Harus Berpihak dan Hadir Bukan Sekedar Selebrasi)

Hal sama dialami Puspa, 23, penonton lain. Sejak bangun tidur pagi kemarin Puspa mengaku merecoki teman lelakinya agar pergi ke bioskop. Melalui situs resmi CGV, dia pun lantas memesan dua tiket di barisan kedua paling atas. “Kita ini dipertemukan di bioskop dua tahun lalu, masa pas pembukaan enggak bernostalgia,” katanya terkekeh di samping Abdi, 24, kekasihnya.

Puspa dan Abdi telah lama tak bisa ke bioskop. Biasanya, sebelum Covid-19 merebak, setiap pekan keduanya selalu menyempatkan diri menonton bioskop, khususnya pada akhir pekan. Bulan lalu keduanya sempat kecewa lantaran rencana pembukaan bioskop di Jakarta ditunda. Kini, saat pelonggaran PSBB, dia sudah menyiapkan daftar film yang wajib ditonton segera.

Sekalipun kini mereka tak bisa lagi duduk berdekatan karena aturan protokol kesehatan di dalam studio, namun keduanya tak mempermasalahkan. Baginya, suasana menonton di bioskop lebih menyenangkan dibandingkan di rumah kos, dengan speaker mahal sekalipun. “Beda saja suasananya. Dari tampilan layar dan sound-nya juga beda,” ujarnya.

Apalagi, saat pandemi ini warga Jakarta haus akan hiburan. “Kalau dibilang takut ya takut. Tapi, kalau di rumah saja kita jenuh juga, makanya kita ini haus hiburan,” ucap Puspa. (Baca juga: Konsumsi Kedelai Bisa Mengurangi Resiko terkena Kanker)

Protokol Kesehatan Ketat

Public Relations CGV Indonesia Hariman Chalid mengakui, pada hari kedua pembukaan jumlah pengunjung bioskopnya mulai terasa, khususnya menjelang sore dan malam. Bila hari pertama okupansi penonton cukup sedikit, pada hari kedua penonton yang datang terlihat naik.

Hariman menyatakan, lantaran masih di tengah situasi wabah, maka protokol kesehatan yang diterapkan cukup ketat. Selain membatasi jumlah penonton dalam studio pihaknya juga menerapkan jaga jarak di sejumlah tempat, seperti cetak tiket, ruang tunggu, zona makanan, hingga toilet.

Pembatasan ini diakui membuat jumlah pengunjung menurun drastis. Bila sebelumnya antrean hingga mengular di tempat pembelian tiket, kini pemandangan itu nyaris tak terjadi. (Baca juga: Pandemi Covid-19 Momentum Indonesia untuk Mandiri)

Hariman mengakui, jauh sebelum izin operasi dibuka Satgas Covid-19 DKI Jakarta, bioskopnya telah lebih dulu menerapkan sistem digital. Pemesan tiket hingga makanan digunakan melalui aplikasi dan layar sentuh di depan kasir.

Meski demikian, demi membantu mereka yang kesulitan mengakses, pihaknya masih menggunakan sistem manual. Penempatan karyawan masih dilakukan di beberapa titik guna membantu mengarahkan pengunjung. CGV juga membentuk satgas Covid-19 internal. “Mereka nantinya mengawasi betul pengunjung. Ada 15 karyawan yang bekerja setiap hari,” katanya.

Meski penonton dibatasi maksimal 25% dari kapasitas, dia masih bersyukur operasional bioskop telah dibuka. Apalagi, antusiasme masyarakat meningkat dalam dua hari ini. Dia mengakui pembatasan kapasitas membuat biaya operasional sulit tertutupi.

Namun, hal ini menjadi tantangan pengelola bioskop untuk berpikir kreatif agar bisnis hiburan bisa jalan pada saat pandemi. Bila keuntungan makin terlihat, bukan tidak mungkin tujuh bioskop CGV yang kini belum buka pun akan dibuka kembali. “Yang penting kita tidak menciptakan kluster baru. Nanti kalau misalnya sukses 25%, Pemprov janji akan menambah kapasitas duduk dan mengizinkan makan masuk,” tuturnya. (Lihat videonya: Pemerintah Berencana Menyiapkan Materi khotbah Jumat)

Namun, Ketua Gabungan Pengelola Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin mengatakan, asosiasinya belum akan membuka bioskop dalam waktu dekat bila jumlah penonton dibatasi maksimal 25%. Selain soal biaya operasional, jika penonton hanya 25% pemilik film juga belum ingin merilis filmnya kepada pengusaha bioskop. "Apakah mau pembuat film kalau cuma 25%? Nanti kita hitung secara detail," kata Djonny saat dihubungi MNC Media. (Yan Yusuf)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1243 seconds (0.1#10.140)