Survei COVID-19 di Bogor, Bima Arya Gandeng Kampus Singapura

Senin, 14 September 2020 - 14:01 WIB
loading...
Survei COVID-19 di Bogor, Bima Arya Gandeng Kampus Singapura
Wali Kota Bogor Bima Arya menggandeng Nanyang Technological University (NTU), Singapura untuk survei persepsi risiko COVID-19 di Kota Bogor. Foto/SINDOnews
A A A
BOGOR - Wali Kota Bogor Bima Arya menggandeng Nanyang Technological University (NTU), Singapura untuk survei persepsi risiko COVID-19 di Kota Bogor . survei dilakukanterhadap 21.544 responden mulai 15 Agustus 2020 hingga 1 September 2020.

Hasilnya, persepsi warga (risk perception) Kota Bogor terhadap COVID-19 berada di skor 3,212. Hasil ini terbilang rendah dibandingkan dengan Jakarta, yakni 3,30 dan Surabaya 3,42. (Baca juga; APBD Kota Bogor Tidak Cukup Jadi Alasan Bima Arya Enggan PSBB Total )

Hasil survei ini, menurut Wali Kota Bogor, Bima Arya, akan menjadi landasan kebijakan Pemkot Bogor mengambil keputusan. Bukan hanya untuk penerapan Pembatasan Sosial Berskala Mikro dan Komunitas (PSBMK), juga untuk kepentingan anggaran tahun 2021.

"Dilihat dari jumlah sebaran, riset ini sangat ideal dan proporsional di semua wilayah. Yang paling mendasar dari survei adalah sebaran geografi dan kualitas sampel, dari seluruh kelurahan ada 12 yang kurang maksimal namun angkanya tetap bagus, secara overall (keseluruhan) respondennya cakap," kata Bima Arya.

Dari total responden mayoritas diikuti laki-laki sebanyak 52,64%, sedangkan wanita sebanyak 46,64%. Dari aspek pekerjaan sebanyak 29,27% responden didominasi ibu rumah tangga, selanjutnya pegawai swasta (17,74%), pekerja harian (13,69%), dan usaha sendiri (9,8%). (Baca juga; PSBB Pra AKB di Bogor Diperpanjang, Ade Yasin: Kawasan Puncak Diperketat Tiap Akhir Pekan )

Berdasarkan kesimpulan yang disampaikan Profesor Sosiologi Bencana dari Nanyang Technological University (NTU), Singapura, Prof Sulfikar Amir, secara umum warga kota Bogor menjaga protokol kesehatan secara baik, namun lebih rendah dibanding Jakarta dan Surabaya.

Sementara, tingkat pengetahuan dan Informasi mengenai kondisi pandemi masih rendah dan harus terus ditingkatkan dengan memanfaatkan sumber informasi yang dipercaya publik. " Untuk survei protokol kesehatan lebih bersifat self assessment," jelasnya.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1255 seconds (0.1#10.140)