Musibah Mengintai di Balik Gedung-Gedung Mewah Jakarta

Sabtu, 11 Januari 2020 - 09:11 WIB
Musibah Mengintai di Balik Gedung-Gedung Mewah Jakarta
Musibah Mengintai di Balik Gedung-Gedung Mewah Jakarta
A A A
JAKARTA - Sebagai Ibu kota, Jakarta banyak dihiasi gedung-gedung pencakar langit, namun jangan terlena dengan kemegahannya. Beberapa diantaranya berpotensi rawan runtuh karena lapuk termakan usia.

Dinding usang dan kaca pecah menjadi pemandangan yang biasa ketika melihat Menara Saidah yang terletak di jalan MT Haryono, Jakarta Selatan. Gedung mewah yang mengusung konsep Romawi itu sudah dibiarkan tak beroprasi lagi sejak 2010 silam.

Berdasarkan pengamatan Koran SINDO, Kamis (9/1/20) kondisi gedung berwarna hijau dengan marmer mewah itu terlihat kotor. Di area depan gedung banyak ditumbuhi tanaman liar yang dibiarkan meninggi, tanah merah dan genangan air menghiasi area pintu masuknya.

Lampu-lampu di gedung ini pun sudah tidak berfungsi dengan baik, hal ini terlihat dari beberapa lampu di area lobby yang sudah pecah, sehingga menimbulkan suasana mencekam ketika malam hari.

Namun di balik tampilan usangnya, gedung ini memiliki konsep yang berbeda dengan perkantoran pada umumnya. Patung Julius Caesar dan Singa yang berada di area fasad serta lobby menjadi ciri khas dari gedung milik Saidah Abu Ibrahim itu.

Karena sudah satu dekade gedung perkantoran yang menawarkan konsep tak biasa ini kosong, hal ini menimbulkan kekhawatiran dari masyarakat sekitar apabila terjadi kerusakan seperti runtuh atau pun serpihan kaca yang jatuh ke pemukiman.

Salah satu warga, Yadi (52) mengaku resah karena bisa saja sewaktu-waktu gedung 28 lantai tersebut runtuh. "Khawatir ada tapi alhmadulillah sampe sekarang aman,"ujarnya.

Gedung yang memiliki lokasi strategis tersebut pun masih sering ditengok oleh pemiliknya. Bahkan, sang pemilik membiarkan lahan di area samping dikelola oleh warga sekitar untuk lahan penitipan motor. "Masih sering di tengok, kemarin baru datang. Pemiliknya juga baik, kita diperbolehkan untuk mengelola lahan disamping gedung untuk mata pencaharian seperti penitipan motor ini,"jelasnya.

Kepala Dinas Cipta Karya, Pertanahan, dan Tata Ruang Pemprov DKI Jakarta, Heru Hermawanto mengungkapkan, pengelolaan gedung mangkrak di Jakarta masih terus di pantau. Pemprov DKI Jakarta melakukan audit berkala apakah bangunan tersbut masih layak dan masih sesuai dengan Izin Mendirikan Bangunannya (IMB) atau tidak. Jika tidak sesuai akan di bongkar.

"Pada 2019 sudah lebih dari 10 gedung yang kita bongkar, salah satunya yang berada di Sudirman dan K.H. Mas Mansur, Karet Tengsin," jelasnya.

Heru pun menambahkan, untuk kasus Menara Saidah baru saja di lakukan pengcekan. Struktur bangunannya masih bagus, IMB nya pun masih sesuai dan tidak ada perubahan. Hanya saja dari pihak pemilik meminta waktu untuk membenahi manajemen dan sarana gedung.

Tidak hanya Menara Saidah yang dibiarkan terbengkalai, bangunan ‎hotel yang mangkrak di jalan Jaksa, Jakarta Pusat juga menjadi pemandangan yang tak sedap dipandang mata karena dibiarkan terbengkalai tanpa kejelasan.

Berbelok ke kanan dari jalan Kebon Sirih, gedung yang memiliki tinggi 15 lantai tersebut terpaksa harus berhenti pembangunannya. Tiang-tiang penyangga dan besi yang berkarat seakan menjadi saksi bisu terbengkalainya bangunan tersebut.

Dibagian bawah gedung ini dihiasi oleh para pedagang kaki lima yang menjajakan makanan rumahan. Mereka seolah tidak menghiraukan akan bangunan yang sudah lapuk dari gedung tersebut.

Sejak awal berdirinya gedung ini pun sudah bermasalah terkait perizinannya. Hal ini pun juga diungkapkan Heru, Pemprov DKI terus memantau perkembangannya, karena memang IMB dari gedung tersebut belum keluar.

"Itu masih dalam pengawasan ya," jelas Heru.

Bila dilihat lebih dalam bangunan yang direncanakan untuk hotel budget tersebut terbilang kusam. Tetesan air hujan membuat semen konstruksi bangunan terlihat gelap. Namun, sejumlah orang tetap memanfaatkannya untuk duduk dan tidur.

Suryati (55) salah satu pemilik warung dikawasan tersebut mengungkapkan, pembangunan hotel itu terhenti dan dibiarkan mangkrak sejak dua tahun lalu. Tidak tampak ada pekerja yang melanjutkan penyelesaiannya.

"Sudah lama enggak ada yang kerja, katanya ada masalah," jelas wanita paruh baya ini.

Pengamat Perkotaan, Nirwono Yoga mengungkapkan, beberapa gedung mangkrak yang ada di Jakarta ‎atau kota besar lainnya sebaiknya harus segera di audit kembali oleh Pemprov DKI Jakarta, atau Pemerintah Daerah setempat. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya insiden ambruknya gedung seperti kasus gedung di Slipi dan Bursa Efek Indonesia (BEI) beberapa waktu lalu.

"Harus segra dilakukan pengecekan, jangan sampai menunggu runtuh karena apabila letaknya berada di area perumahan warga tentu akan sangat menghawatirkan," jelasnya.

Melakukan audit di beberapa gedung mangkrak bertujuan untuk melindungi warga di sekitar gedung dan juga pekerja di dalamnya dari bahaya yang akan menimpa. "Wajib bagi Pemprov DKI untuk terus melaporkan kondisi gedung tersebut kepada pmiliknya. Apabila pemilik gedung tidak melakukan respon apa pun segera mengambil tindakan selanjutnya," jelas Nirwono.

Nirwono menambahkan, banyaknya gedung mangkrak di Jakarta membuktikan masih kurangnya pengawasan dalam soal perizinan dan penggunaannya. Seharusnya apabila dikelola dengan baik, bangunan tersebut bisa dimanfaatkan untuk ruang hijau atau pun diambil alih kepemilikannya untuk disewakan kembali.(Aprilia S Andyna)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4489 seconds (0.1#10.140)