TNI Beberkan Sejarah Bela Negara di Hadapan Siswa SMAN 11 Tangerang

Rabu, 31 Juli 2019 - 18:31 WIB
TNI Beberkan Sejarah Bela Negara di Hadapan Siswa SMAN 11 Tangerang
TNI Beberkan Sejarah Bela Negara di Hadapan Siswa SMAN 11 Tangerang
A A A
TANGERANG - Satgas TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) non-fisik 105 Kronjo Kodim 0510/Tigaraksa memberikan materi bela negara di hadapan siswa SMAN 11 Sepatan, Kabupaten Tangerang, Rabu (31/7/2019). Selain bela negara, Satgas nonfisik memberikan pembekalan kepada remaja terkait bahaya narkoba, reproduksi remaja, kewirausahaan, pertanian, disiplin berlalu lintas dan media sosial.

Saat bertandang ke SMAN 11 Kabupaten Tangerang, Mayor Inf Selamet Riyadi dari Pembinaan Mental Kodam Jaya memaparkan sejarah bela negara. Selamet mengatakan, bela negara menjadi kewajiban setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945, Pasal 27 ayat (3).

Selain itu, Undang Undang RI No 3/2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 9 ayat (1) mengamanatkan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara”. Selanjutnya pada ayat (2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diselenggarakan melalui: pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib; dan pengabdian sesuai dengan profesi.

"Sehingga negara ini menjadi hak dan kewajiban setiap warga negara Indonesia, itu amanat konstitusi kita," kata Selamet di hadapan para siswa. Terkait sejarah bela negara, Selamet menuturkan, ditetapkannya tanggal 19 Desember sebagai Hari Bela Negara berawal dari kegigihan bangsa Indonesia melawan penjajahan Belanda.

Pada saat Yogyakarta yang pernah dijadikan Ibu Kota Negara Indonesia jatuh ke tangan Belanda, Kota Bukittinggi ditunjuk sebagai Ibu Kota Negara Indonesia atau dikenal dengan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang dibentuk pada 19 Desember 1948 di Bukittingi, Sumatera Barat oleh Syafruddin Prawiranegara."Peristiwa ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Bela Negara, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia tanggal 18 Desember 2006," tuturnya.

Untuk mengenang sejarah perjuangan PDRI, lanjutnya, pemerintah Republik Indonesia membangun Monumen Nasional Bela Negara di salah satu kawasan yang pernah menjadi basis PDRI dengan area seluas 40 hektare, tepatnya di Jorong Sungai Siriah, Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Gunung Omeh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.

Sementara, Dansatgas TMMD 105 Kronjo Kodim 0510/Tigaraksa Letkol Inf Parada Warta Nusantara Tampubolon berharap, melalui penyampaian materi bela negara, kaum remaja semakin memahami sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Saat ini, lanjut Parada, setiap warga Indonesia dapat berkiprah membela negara dengan berbagai kreativitas dan prestasi yang dapat mengharumkan nama Indonesia dikancah dunia.

"Kepada setiap remaja, untuk memanfaatkan waktu dan kesempatan guna mengukir prestasi," psan Prada. Sementara itu, Anita, pelajar SMAN 11 mengatakan, semakin memahami sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan.

"Saya jadi semakin paham bahwa meraih kemerdekaan itu tidak mudah, banyak pengorbanan harta bahkan nyawa," ungkapnya. Anita mengaku, sebagai generasi yang berbeda zaman dengan revolusi kemerdekaan, kadang kurang memahami makna dari sebuah kemerdekaan.

"Sekarang saya lebih bisa merasakan makna kemerdekaan, juga bagaimana harus mensyukurinya. Kami jadi semakin cinta bangsa ini, Indonesia," ucapnya.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6148 seconds (0.1#10.140)