Makna Ridwan Kamil Tiup Lilin dan Potong Kue HUT Ke-497 Jakarta versi Relawan Pendukung
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menghadiri konsolidasi Relawan Kita (RK) yang siap memperjuangkannya menjadi Gubernur Jakarta pada Pilkada 2024. Konsolidasi itu bertepatan dengan HUT Ke-497 Jakarta.
Dalam acara itu, Ridwan Kamil didaulat meniup lilin dan memotong kue. “Meniup lilin dan memotong kue artinya meniupkan dan membagikan harapan bahwa Jakarta akan lebih baik di masa depan bersama Ridwan Kamil,” ujar Ketua Umum RK Henry Baskoro, Minggu (23/6/2024).
RK sudah berdiri beberapa waktu lalu ketika Ridwan Kamil akan maju di Pilgub Jakarta 2024 mulai santer. “Prosesnya mengalir saja. Ini kan kelompok relawan dari individu-individu, independen, dan tidak mewakili partai-partai politik," ungkapnya.
"Jadi, prosesnya tidak formal. Alhamdulillah, hari ini bertepatan dengan HUT ke-497 Jakarta, kami bisa melakukan konsolidasi yang dihadiri Bang Ridwan Kamil,” sambung Henry.
Saat ini, RK telah memiliki koordinator di lima kota administrasi dan Kabupaten Kepulauan Seribu. Setelah konsolidasi ini, organisasi tersebut akan dilengkapi dengan mengangkat koordinator tingkat kecamatan dan kelurahan.
Selain struktur pengembangan teritorial, RK juga akan membentuk organisasi untuk komunitas-komunitas spesifik seperti perempuan, milenial dan Gen Z, buruh, disabilitas, lansia, pendidikan, serta pelaku UMKM dan industri kreatif.
Ridwan Kamil dalam kesempatan tersebut membagikan pandangan-pandangannya mengenai Jakarta, Indonesia, dan dunia ke depan. Karena, apa yang terjadi di Jakarta tidak terlepas dari apa yang terjadi di tingkat nasional dan global.
“Jakarta butuh perubahan. Dengan anggaran yang begitu besar, sekitar Rp80 triliun untuk melayani penduduk sekitar 11 juta, ditambah sekitar 1,3 juta warga Botabek (Bogor, Tangerang, dan Bekasi) yang commuting setiap hari, harusnya ada gagasan-gagasan kelas dunia yang terwujud di kota ini. Sayang sekali jika Jakarta dengan potensi yang demikian besar dikelola secara business as usual,” ujar mantan Gubernur Jabar itu.
Tantangan mengelola Jakarta adalah tetap menjaganya menjadi kota humanis di tengah segala kemajuan dan dinamika. “Di kota sebesar Jakarta seperti juga di New York, London atau Beijing, semua ada. Dari konglomerat sampai orang miskin, teknologi tinggi sampai rumah kumuh," tuturnya.
"Mau makan atau fesyen yang jutaan ada, tapi yang masih susah makan juga ada. Maka dalam mengelola sebuah kota, kita harus melihat apa yang menjadi esensi sebuah kota yakni manusia. Kota untuk manusia, bukan manusia untuk kota,” ujar Ridwan Kamil.
Dengan melihat manusia sebagai esensi kota, maka strategi pembangunan kota akan adil. Adil artinya ditempatkan sesuai proporsi dan kebutuhannya. “Adil itu bukan sama rata-sama rasa, tapi sesuai dengan kebutuhannya. Ibaratnya, anak SD, anak SMP, dan anak SMA tidak bisa sama-sama dikasih uang jajan Rp100 ribu. Itu malah merusak," katanya.
"Tapi kita lihat dengan seksama, apa yang dibutuhkan, bagaimana melakukan perbaikan terhadap nasib manusia, apa dan berapa sumber daya yang dibutuhkan. Inti dari seni memimpin kota adalah memahami manusia dengan segala harapan, cita-cita, ketakutan, dan kecemasannya,” kata Ridwan Kamil yang pernah bekerja di Departemen Perencanaan Kota Berkeley, California, AS.
Dalam acara itu, Ridwan Kamil didaulat meniup lilin dan memotong kue. “Meniup lilin dan memotong kue artinya meniupkan dan membagikan harapan bahwa Jakarta akan lebih baik di masa depan bersama Ridwan Kamil,” ujar Ketua Umum RK Henry Baskoro, Minggu (23/6/2024).
RK sudah berdiri beberapa waktu lalu ketika Ridwan Kamil akan maju di Pilgub Jakarta 2024 mulai santer. “Prosesnya mengalir saja. Ini kan kelompok relawan dari individu-individu, independen, dan tidak mewakili partai-partai politik," ungkapnya.
"Jadi, prosesnya tidak formal. Alhamdulillah, hari ini bertepatan dengan HUT ke-497 Jakarta, kami bisa melakukan konsolidasi yang dihadiri Bang Ridwan Kamil,” sambung Henry.
Saat ini, RK telah memiliki koordinator di lima kota administrasi dan Kabupaten Kepulauan Seribu. Setelah konsolidasi ini, organisasi tersebut akan dilengkapi dengan mengangkat koordinator tingkat kecamatan dan kelurahan.
Selain struktur pengembangan teritorial, RK juga akan membentuk organisasi untuk komunitas-komunitas spesifik seperti perempuan, milenial dan Gen Z, buruh, disabilitas, lansia, pendidikan, serta pelaku UMKM dan industri kreatif.
Ridwan Kamil dalam kesempatan tersebut membagikan pandangan-pandangannya mengenai Jakarta, Indonesia, dan dunia ke depan. Karena, apa yang terjadi di Jakarta tidak terlepas dari apa yang terjadi di tingkat nasional dan global.
“Jakarta butuh perubahan. Dengan anggaran yang begitu besar, sekitar Rp80 triliun untuk melayani penduduk sekitar 11 juta, ditambah sekitar 1,3 juta warga Botabek (Bogor, Tangerang, dan Bekasi) yang commuting setiap hari, harusnya ada gagasan-gagasan kelas dunia yang terwujud di kota ini. Sayang sekali jika Jakarta dengan potensi yang demikian besar dikelola secara business as usual,” ujar mantan Gubernur Jabar itu.
Tantangan mengelola Jakarta adalah tetap menjaganya menjadi kota humanis di tengah segala kemajuan dan dinamika. “Di kota sebesar Jakarta seperti juga di New York, London atau Beijing, semua ada. Dari konglomerat sampai orang miskin, teknologi tinggi sampai rumah kumuh," tuturnya.
"Mau makan atau fesyen yang jutaan ada, tapi yang masih susah makan juga ada. Maka dalam mengelola sebuah kota, kita harus melihat apa yang menjadi esensi sebuah kota yakni manusia. Kota untuk manusia, bukan manusia untuk kota,” ujar Ridwan Kamil.
Dengan melihat manusia sebagai esensi kota, maka strategi pembangunan kota akan adil. Adil artinya ditempatkan sesuai proporsi dan kebutuhannya. “Adil itu bukan sama rata-sama rasa, tapi sesuai dengan kebutuhannya. Ibaratnya, anak SD, anak SMP, dan anak SMA tidak bisa sama-sama dikasih uang jajan Rp100 ribu. Itu malah merusak," katanya.
"Tapi kita lihat dengan seksama, apa yang dibutuhkan, bagaimana melakukan perbaikan terhadap nasib manusia, apa dan berapa sumber daya yang dibutuhkan. Inti dari seni memimpin kota adalah memahami manusia dengan segala harapan, cita-cita, ketakutan, dan kecemasannya,” kata Ridwan Kamil yang pernah bekerja di Departemen Perencanaan Kota Berkeley, California, AS.
(jon)