Khotib Wakil Ketua PP Muhammadiyah, Anies dan Keluarga Salat Id di Balkot
A
A
A
JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan memboyong keluaranya Salat Idul Adha 1439 Hijriah di Halaman Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (22/8/2018).
Anies yang mengenakan baju koko dilapisi jas berwarna biru tua berada di saf paling depan bersama dua anak laki-lakinya, Ismail Hakim dan Kaisar Hakam. Istrinya Fery Farhati dan anak perempuannya Mutiara Annisa juga ikut dalam salat tersebut.
Pantauan Okezone, terlihat Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi, dan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta M Taufik yang juga sudah berada di saf paling depan bersama Anies.
Sedangkan khotib Salat Idul Adha adalah Wakil Ketua Majlis Tabligh PP Muhammadiyah Fahmi Salim Zubair. Dalam khotbahnya, Fahmi menyampaikan bahwa perbaikan harus dilakukan oleh bangsa Indonesia dengan memilih pemimpin secara langsung.
Khusus kepada umat Islam, menurut Fahmi kualitas keislaman seseorang tidak ditentukan oleh siapa pemimpin negaranya.
"Muslim Indonesia wajib menjadi muslim yang baik. Kualitas keislaman seseorang tidak ditentukan oleh siapa yang jadi presiden dan wakil presidennya. Kita harus melakukan perbaikan dengan memilih pemimpin terbaik sesuai dengan ajaran kita," ujar Fahmi dalam khutbahnya.
Fahmi juga menyampaikan, seorang Muslim harus melakukan perbaikan dengan memilih pemimpin sesuai ajaran Islam. Meskipun, pemimpin tersebut tidak menentukan kadar keislaman.
"Tetapi siapapun pemimpin itu, seperti halnya ratusan tahun Indonesia pernah dijajah bangsa kafir, bangsa Belanda. Itu tidak merusak keislaman setiap muslim di Kepulauan Nusantara. Tetap iman dan amalnya yang menentukan," ujarnya.
Fahmi memberi pesan bahwa seorang Muslim yang baik harus menyampaikan kebenaran bila pemimpinnya melakukan kesalahan dalan mengeluarkan kebijakan.
"Jika penguasa membuat kebijakan yang baik, maka akan dihukumnya kebijakan yang baik itu. Sebaliknya jika penguasa membuat kebijakan yang keliru, kebijakan sesat maka kewajiban seorang Muslim untuk menyampaikan kebenaran pada penguasa itu," tuturnya.
Menurut Fahmi, bangsa Indonesia saat ini seolah-olah hidup di lingkaran setan yang tidak pernah terputus. Regenerasi kepemimpinan nasional dari daerah hingga pusat memang terjadi dengan diselenggarakannya Pilkada serentak, Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden (Pilpres).
"Tapi sangat disayangkan birokrasi dan politik yang bersih dan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan serta kesejahteraan sosial dan hukum yang lebih baik masih jauh dari kenyataan dan jangkauan kita," pungkasnya.
Anies yang mengenakan baju koko dilapisi jas berwarna biru tua berada di saf paling depan bersama dua anak laki-lakinya, Ismail Hakim dan Kaisar Hakam. Istrinya Fery Farhati dan anak perempuannya Mutiara Annisa juga ikut dalam salat tersebut.
Pantauan Okezone, terlihat Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi, dan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta M Taufik yang juga sudah berada di saf paling depan bersama Anies.
Sedangkan khotib Salat Idul Adha adalah Wakil Ketua Majlis Tabligh PP Muhammadiyah Fahmi Salim Zubair. Dalam khotbahnya, Fahmi menyampaikan bahwa perbaikan harus dilakukan oleh bangsa Indonesia dengan memilih pemimpin secara langsung.
Khusus kepada umat Islam, menurut Fahmi kualitas keislaman seseorang tidak ditentukan oleh siapa pemimpin negaranya.
"Muslim Indonesia wajib menjadi muslim yang baik. Kualitas keislaman seseorang tidak ditentukan oleh siapa yang jadi presiden dan wakil presidennya. Kita harus melakukan perbaikan dengan memilih pemimpin terbaik sesuai dengan ajaran kita," ujar Fahmi dalam khutbahnya.
Fahmi juga menyampaikan, seorang Muslim harus melakukan perbaikan dengan memilih pemimpin sesuai ajaran Islam. Meskipun, pemimpin tersebut tidak menentukan kadar keislaman.
"Tetapi siapapun pemimpin itu, seperti halnya ratusan tahun Indonesia pernah dijajah bangsa kafir, bangsa Belanda. Itu tidak merusak keislaman setiap muslim di Kepulauan Nusantara. Tetap iman dan amalnya yang menentukan," ujarnya.
Fahmi memberi pesan bahwa seorang Muslim yang baik harus menyampaikan kebenaran bila pemimpinnya melakukan kesalahan dalan mengeluarkan kebijakan.
"Jika penguasa membuat kebijakan yang baik, maka akan dihukumnya kebijakan yang baik itu. Sebaliknya jika penguasa membuat kebijakan yang keliru, kebijakan sesat maka kewajiban seorang Muslim untuk menyampaikan kebenaran pada penguasa itu," tuturnya.
Menurut Fahmi, bangsa Indonesia saat ini seolah-olah hidup di lingkaran setan yang tidak pernah terputus. Regenerasi kepemimpinan nasional dari daerah hingga pusat memang terjadi dengan diselenggarakannya Pilkada serentak, Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden (Pilpres).
"Tapi sangat disayangkan birokrasi dan politik yang bersih dan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan serta kesejahteraan sosial dan hukum yang lebih baik masih jauh dari kenyataan dan jangkauan kita," pungkasnya.
(mhd)