Budaya Betawi Didorong Jadi Ruh Jakarta Usai Ibu Kota Pindah

Jum'at, 29 Desember 2023 - 23:05 WIB
loading...
Budaya Betawi Didorong...
SD Negeri 22 Petang Cengkareng, Jakarta Barat menggelar Pameran Karya Seni Budaya Betawi. Foto/IST
A A A
JAKARTA - Jakarta akan menjadi pusat perekonomian dan kota global setelah pemerintah resmi memindahkan ibu kota ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Untuk itu, Pemprov DKI akan berupaya menjadikan Budaya Betawi sebagai ruhnya Jakarta.

Hal ini disampaikan Kepala Biro Tata Pemerintahan Pemprov DKI Jakarta Fredy Setiawan dalam Diskusi Akhir Tahun dengan topik "Kaledioskop Betawi 2023" Pelembagaan Adat dan Kebudayaan Betawi untuk Lepas Landas, yang digelar Himpunan Mahasiswa Betawi dan Keluarga Mahasiswa Betawi secara virtual, Kamis (28/12/2023). Hadir dalam diskusi Imam Besar Forum Betawi Rempug (FBR) KH Lutfi Hakim, cendikiawan Betawi N Syamsudin Ch Haesy, Dekan Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Krisnadwipayana (Unkris) Ade Reza Hariyadi, dan Ketua Umum Keluarga Mahasiswa Betawi (KMB) Ihsan Wildan.

Fredy menjelaskan, Rancangan Undang-Undang Daerah Khusus Jakarta (RUU DKJ) merupakan usulan dari DPR. Dengan pemindahan ibu kota ke IKN, maka akan mengubah status Jakarta dari Ibu Kota menjadi pusat perekonomian.



Menurut Fredy, menjadi kota global memiliki beberapa parameter, di antaranya ekonomi, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), interaksi budaya, kemampuan pemenuhan kehidupan yang layak dan lingkungan serta aksesibilitas. Secara umum saat ini Jakarta menempati posisi ke-45 dari 48 kota di dunia.

"Secara interaksi budaya Jakarta di posisi ke-40," katanya.

London, Tokyo, dan Singapura menjadi tiga kota pembanding. Kota London mengembangkan budaya melalui promosi budaya, sebab memiliki peran pengembangan sumber daya manusia (SDM). "Tokyo dan Singapura juga demikian. Kota Jakarta bagaimana? Budaya Betawi sebagai budaya Jakarta berpotensi terjadi transformasi akibat adaptasi," kata Fredy.

"Ini (budaya Betawi) memberi nilai tambah dan memberi ruang kreativitas dan inovasi serta memberi nilai cipta pelaku budaya," imbuhnya.

Kemajuan budaya, kata Fredy, menjadikan Jakarta sebagai pusat pengembangan budaya nasional. "Budaya Jakarta menjadi maju lestari, dan pemajuan budaya Betawi menjadi inti prioritas pemajuan kebudayaan yang dilindungi," ucap Fredy.

Lutfi Hakim menegaskan, saat ini menjadi momentum budaya Betawi menuju era tinggal landas. Harapannya ke depan, Betawi menjadi lebih baik dan lebih maju. "Saat ini orang Betawi banyak termarjinalkan secara struktur maupun kultur," ujarnya.



Menurutnya, ntuk memajukan kebudayaan Betawi saja sulit apalagi untuk melestarikan. Sebab, kebudayaan bicara lintas generasi. "Ini membutuhkan dana abadi tidak sekadar dana taktis tahunan," kata Lutfi.

"Orang Betawi itu tidak masalahkan ibu kota pindah. Yang tidak sepakat itu bukan orang Betawi. Dia tidak tahu menderita kaum Betawi pada saat Jakarta jadi ibu kota," katanya.

Suku Betawi, kata Lutfi, tidak memiliki kedaulatan budaya karena ruang pengembangan terlalu minim, sehingga banyak kebudayaan Betawi mati suri. "Selama pergantian pimpinan pemerintahan kedaulatan budaya Betawi tidak pernah diperoleh," katanya.

Lutfi menyebut, usulan lembaga adat dan budaya masuk dalam batang tubuh UU DKJ akan memberikan legalitas bagi kebudayaan Betawi. Dengan begitu, generasi penerus tidak kehilangan jati dirinya. "Anak cucu kita tidak menjadi enceng gondok yang bisa diombang-ambingkan karena kehilangan jati diri," ujarnya.

"Kami sepakat bahwa budaya Betawi itu bukan saja inti tapi juga ruh budaya Jakarta. Dan ini berkaitan juga dengan ketahanan nasional," katanya.

Sementara N Syamsudin Ch Haesy mengatakan, ada dua hal penting dalam pokok pikiran draf RUU DKJ. Hal mendasar tersebut di antaranya mengenali kaum Betawi. Sebab, menurut dia, selama ini masyarakat Betawi terpinggirkan dari pusat pemerintahan. Bahkan sampai terjadi pergantian pimpinan pemerintahan hingga saat ini.

"Tidak ada (pemerintah) yang mengenali kaum Betawi secara fokus dan jernih. Akibatnya, tidak memahami kaum Betawi," katanya.

Secara historis, kata Syamsudin, kaum Betawi memberikan kontribusi besar kepada bangsa Indonesia serta pada nilai-nilai yang berkembang di negara. Mulai dari ideologi inti hingga pergerakan perjuangan kemerdekaan itu sendiri.

"Merujuk 1950 saat RIS (Republik Indonesia Serikat), Muhammad Natsir sebagai Ketua Masyumi itu selalu berdialog dengan tokoh Betawi, yakni Kiai Nur Ali. Dari dialog-dialog keduanya, Muhammad Natsir mendapat inspirasi mengajukan Mosi Integral di Parlemen untuk menegaskan Negara Republik Indonesia menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," tuturnya.

Ia menyebut ada empat hal yang harus dilakukan saat melakukan perubahan. Yakni merumuskan hal yang berkaitan pendidikan, kebudayaan, ekonomi, dan kualitas manusia. "Lembaga Adat Betawi itu menjadi sangat penting dalam batang tubuh UU DKJ. Hal ini untuk mengenali kekhususan Jakarta itu apa," kata Syamsudin.

Syamsudin mengatakan, penting sekali adanya reorientasi budaya Betawi. Sebab, kehidupan bergerak ke masa depan, sehingga semua hal terkait dimensi budaya Betawi harus diangkat. Selama ini masyarakat Betawi dininabobokan kearifan budaya Betawi.

"Betawi itu memiliki kecerdasan budaya. Apa itu? Orientasi berpikir bergerak ke depan. Apa buktinya? para pendahulu kita telah memikirkan untuk mendirikan lembaga-lembaga pendidikan keagamaan dan sekarang menjadi lembaga pendidikan umum," katanya.

Sedangkan, Ade Reza Hariyadi mengatakan, penerapan desentralisasi asimetris seperti di Provinsi Papua dan Aceh, merupakan perlakuan pemerintah untuk mengatasi konflik. Dengan demikian masyarakat lokal jadi peran utama pada perencanaan pembangunan dan juga menikmati hasil pembangunan.

"Ini yang diterapkan pada asimetris disentralisasi," ucapnya.

Kemudian penerapan kepada Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pemberlakuan asimetris desentralisasi dengan memperhatikan kearifan lokal, peran sejarah. Dengan kekhususan pembentukan pemerintahan DIY, gubernur dan wakil gubernur tidak melalui proses pemilihan.

"Ini bisa bisa menjadi model pada penerapan disentralisasi asimetris. Dan Jakarta juga disentri asimetris, karena status ibu kota negara. Kalau saya mengusulkan Gubernur dan Wakil Gubernur melalui proses pemilihan," katanya.

"Kalau status itu dicabut, apakah akan menerapkan disentralisasi asimetris atau menerapkan Jakarta seperti provinsi lain," imbuhnya.

Ade menegaskan, Jakarta harus tetap diberlakukan sebagai daerah otonomi khusus. Sebab, secara kesejarahan dan juga historis, Jakarta berbeda dengan kota lainnya. "Peran strategis Jakarta selama ini jadi episentrum cukup kuat untuk jadi pertimbangan Jakarta jadi daerah otonomi khusus," tuturnya.

Lalu kekhususan tersebut, menurut Ade, bisa melihat dari Papua, dengan mengafirmasi kearifan lokal yang dimiliki oleh Jakarta, memperhatikan konsepsi kultur, sosiologi, dan historikal Betawi.

"Tantangan kita adalah bagaimana menjelaskan Betawi sebagai entitas budaya dan entitas sosiologi. Dan berhak mendapatkan afirmasi saat Jakarta jadi otonomi khusus. Sebetulnya Betawi menjadi tuan rumah di Jakarta, tapi perkembangan suka tidak suka masyarakat tergeser dari pusat ekonomi, pusat ilmu pengetahuan," katanya.

Adapun Ihsan Wildan mengatakan, waktu pengesahan RUU DKJ sudah sangat singkat. Namun demikian tetap harus dikawal hingga disahkan. "Sangat beruntung semua para sesepuh adat Betawi sudah menyusun draft RUU DKJ," ujarnya.

Ia menuturkan, draf RUU DKJ dirumuskan ideal representasi wajah Betawi Jakarta. "Kami mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada para senior kita yang sangat open (perhatian) dan peduli terhadap masa depan kita," katanya.

Pasal-pasal dalam RUU DKJ perlu diperjuangkan. Karena, RUU merepresentasi masyarakat Betawi. "Setiap daerah memiliki ciri khas sendiri. Demikian pula Betawi, harus diperjuangkan. Karena memiliki nilai yang menjadi panduan bagi kaum muda," kata Ihsan.

Kaum Betawi tidak boleh termarjinalkan secara regulasi, harus memiliki legitimasi secara hukum. Karena itu masyarakat Betawi harus mengawal penuh RUU DKJ hingga disahkan.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1757 seconds (0.1#10.140)