Penerapan Ganjil Genap Harus Dibarengi Pengendalian Aktivitas

Minggu, 02 Agustus 2020 - 22:25 WIB
loading...
Penerapan Ganjil Genap Harus Dibarengi Pengendalian Aktivitas
Pengendalian aktivitas saat adaptasi kebiasaan baru menjadi krusial dan urgent dalam penerapan ganjil genap yang mulai berlaku lagi pada Senin (3/8/2020). Foto: Dok SINDOnews
A A A
JAKARTA - Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata Djoko Setijowarno mengatakan, pengendalian aktivitas saat adaptasi kebiasaan baru menjadi krusial dan urgent dalam penerapan ganjil genap yang mulai berlaku lagi pada Senin (3/8/2020).

Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat itu menjelaskan, peran transportasi dalam penyebaran Covid-19 (Russ Bona Frazila, Juli 2020) adalah memindahkan orang (carrier) dengan virus dari satu tempat ke tempat lain. Stasiun/terminal dan moda merupakan tempat berkumpul banyak orang secara bersama-sama dalam ruang yang sama dalam waktu tertentu.

Terjadinya interaksi fisik antara carrier dengan orang lain. Stasiun/terminal dan moda yang dipakai oleh orang banyak boleh jadi tidak dibersihkan secara sempurna. (Baca juga: PSBB Transisi Diperpanjang, Fahira Idris: Terus Tingkatkan Kapasitas Tes)

Jabodetabek sebagai wilayah teraglomerasi kondisi pergerakannya lebih kurang 88 juta pergerakan/hari. Wilayah Jabodetabek dengan penduduk lebih dari 30 juta saling memiliki ketergantungan aktivitas ekonomi antarwilayah di dalamnya. Intensitas pergerakan yang sangat tinggi ini juga dikarenakan Jabodetabek sampai saat ini masih memiliki porsi lebih dari 20% pergerakan ekonomi nasional.

Ada sejumlah tantangan sektor transportasi pada masa adaptasi menuju kebiasaan baru (pascapenerapan PSBB Penuh). Pertama, penyelenggaraan transportasi berjalan dengan meminimalisasi risiko penularan dan penyebaran Covid-19.

Kedua, urban transport bersinggungan langsung dengan aktivitas keseharian masyarakat (komuter). Ketiga, pada masa adaptasi kebiasaan baru aktivitas semakin meningkat dibanding pada masa penerapan PSBB penuh. Keempat, aktivitas perekonomian harus tetap bergerak. Kelima, transportasi tidak boleh menjadi sarana penularan dan penyebaran covid-19. (Baca juga: Positif Covid-19 Bertambah 1.519 Kasus, DKI Jakarta Penyumbang Tertinggi)

"Program ganjil genap dapat diselenggarakan dengan menyeimbangkan penyediaan fasilitas transportasi umum yang sehat mendekati kawasan perumahan dan permukiman. Jaringan sepeda yang aman, nyaman dan selamat perlu dibangun. Diperlukan kebijakan komprehensif antarinstansi untuk mengurangi tingkat kepadatan lalu lintas di Jakarta," ujar Djoko dalam siaran tertulisnya, Minggu (2/8/2020)

Menurut ahli epidemiologi, jaga jarak menjadi faktor yang paling signifikan dalam pencegahan penularan dan penyebaran Covid-19. Namun, dalam penyelenggaraan transportasi perkotaan di wilayah megapolitan seperti Jabodetabek, soal jaga jarak (physical distancing) bukan urusan mudah.

Penegakan protokol kesehatan seperti cuci tangan, penggunaan masker, pemeriksaan suhu tubuh, pembersihan sarana dan prasana transportasi secara rutin dengan disinfektan relatif dapat dilaksanakan dengan baik. Paling sulit menegakkan jaga jarak di dalam angkutan massal.
(jon)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1225 seconds (0.1#10.140)