Solusi Banjir Jakarta Bukan Normalisasi, Tetapi Naturalisasi Sungai

Jum'at, 24 Februari 2017 - 11:22 WIB
Solusi Banjir Jakarta Bukan Normalisasi, Tetapi Naturalisasi Sungai
Solusi Banjir Jakarta Bukan Normalisasi, Tetapi Naturalisasi Sungai
A A A
JAKARTA - Pakar tata kota Universitas Trisakti, Nirwono Yoga berpendapat bahwa normalisasi sungai yang kini tengah digenjot Pemprov DKI Jakarta tak akan menjadi solusi yang tepat mengatasi banjir di Ibu Kota. Normalisasi sungai mungkin akan menjadi solusi instan, tetapi tidak mengatasi masalah mendasar dari banjir tersebut.

Daripada normalisasi, Nirwono lebih sepakat jika pemerintah menjalankan apa yang dia sebut sebagai naturalisasi sungai. Menurutnya, langkah naturalisasi sungai ini membuat bantarannya menjadi alami kembali, bukan seperti sekarang yang dibeton.

"Bukan normalisasi, tapi naturalisasi. Nah perbedaan mendasarnya, kalau normalisasi dalam konteks yang sekarang ini, membuat betonisasi ini kan, membuang air secepat-cepatnya. Nah kalau naturalisasi, sungai itu justru dibuat lebih alami," kata Nirwono ketika berbincang dengan Okezone, Jumat (24/2/2017).

Nirwono mengungkapkan, naturalisasi sungai bertujuan mempertahankan ekosistem, baik yang berada di dalam sungai maupun di seketiranya. "Jadi bentuknya, kelok-keloknya dipertahankan, seperti penanaman pohon bambu, lerengnya masih bisa ditanami rumput, dikasih pepohonan dan juga tanaman air," lanjutnya.

Menurut Nirwono, keberadaan pepohonan di sekitar sungai akan menjadi daerah serapan air jika permukaanya meninggi. Sehingga, air tak begitu saja mengalir, namun terserap ke dalam tanah menjadi cadangan yang bisa digunakan di musim kemarau. Selain itu, ekosistem hewan juga layak diperhatikan, sebab akan menimbulkan bencana ekologis jika terabaikan.

"Kita lupa di tepi sungai itu ada ekosistem mulai dari ikan, belalang, kodok, ular, kemudian burung, yang sebenarnya berfungsi untuk mengendalikan satwa liar di situ. Kalau itu dihilangkan atau dimatikan, maka yang terjadi, nanti bisa lima tahun kemudian pada saat umpamanya nyamuk berkembang biak, karena enggak ada kodok, nyamuknya menjadi banyak, sehingga warga di pemukiman di sekitar kali tadi bisa kena DBD misalnya," paparnya.

Selain itu, lanjut Nurwono, normalisasi yang bertujuan mengalirkan air secepat-cepatnya juga berpotensi menggerus dan menyebabkan sungai cepat dangkal karena lumpur yang terbawa dari hulu. Dengan upaya naturalisasi, hal tersebut bisa diminimalkan. "Hal ini yang harusnya dipertimbangkan. Justru karena naturalisasi tadi, meringankan, menghidupkan sungai dan ekosistemnya," tutupnya.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5534 seconds (0.1#10.140)