Sempat Terkerek Momen Iduladha dan Liburan Sekolah, BI: Inflasi Jakarta Masih Terkendali
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) perwakilan Jakarta memastikan inflasi di Ibu Kota masih terkendali. Inflasi sempat terkerek pada bulan Juli 2023 imbas momen Hari Raya Iduladha dan libur sekolah.
“Untuk bulan kemarin, kami mencatatkan inflasi sebesar 0,19% mtm dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,01% mtm,” ujar Kepala Perwakilan BI DKI Jakarta Arlyana Abubakar, dalam keterangan persnya, Rabu (2/8/2023).
Menurut dia, meningkatnya inflasi pada bulan Juli lebih dikarenakan adanya momen Hari Raya Iduladha yang menyebabkan sejumlah kenaikan harga pada kelompok transportasi, makanan, minuman, dan tembakau, serta penyediaan makanan dan minuman/restoran.
Sekalipun terjadi kenaikan harga, namun BI Jakarta mencatat inflasi secara kumulatif sepanjang tahun (Januari-Juli 2023) sebesar 1,14%. Jumlah itu lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang tercatat mencapai 3,08 persen.
Arlyana memaparkan, dari beberapa kelompok penyumbang inflasi, kelompok transportasi menjadi yang tertinggi yaitu 0,71% mtm atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mengalami deflasi -0,41% mtm. Artinya kelompok transportasi menyumbang 0,09% terhadap inflasi Jakarta.
Baca Juga: Inflasi Juli 2023 Naik Jadi 0,21%, BPS Ungkap Penyebabnya
“Inflasi pada kelompok tersebut terutama didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara dan angkutan antar kota sebagai dampak dari tingginya permintaan pada periode libur anak sekolah,” katanya.
Selanjutnya, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,29% mtm, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (0,20% mtm), sehingga memberikan andil sebesar 0,06%.
Kenaikan inflasi pada komoditas tersebut terutama bersumber dari peningkatan harga pada komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras sejalan dengan meningkatnya harga pakan dan meningkatnya permintaan masyarakat pasca kepulangan haji.
Selain itu, harga cabai merah juga meningkat didorong oleh menurunnya pasokan akibat telah berlalunya periode panen di daerah sentra produksi.
“Sedangkan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran juga mengalami inflasi sebesar 0,17% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan lalu (0,06% mtm) dan memberikan andil sebesar 0,02%,” terangnya.
Menaiknya inflasi pada kelompok tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan harga pada ketoprak, sate, dan ayam bakar sejalan dengan kenaikan harga bahan baku pangan (daging ayam ras dan telur ayam ras).
Kata dia, terkendalinya inflasi Jakarta tidak lepas dari sinergi, kolaborasi, serta koordinasi yang baik dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), termasuk dalam rangka implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Ini terlihat dari beberapa kegiatan mulai coaching clinic, bumbu pangan olahan UMKM binaan/mitra KPw BI Provinsi DKI Jakarta dalam rangka penguatan hilirisasi pangan.
Kunjungan bersama Perumda Pasar Jaya ke Pasar Tanah Tinggi Tangerang Banten dan PT Berdikari dalam rangka sinergi ketahanan pangan dan pengelolaan pasar serta kolaborasi dalam pemenuhan pasokan daging sapi dan daging ayam ras di DKI Jakarta.
Selain itu, upaya lain juga visitasi dan monitoring pasokan pangan oleh Food Station ke mitra kerjasama on farm dan stand by buyer. Gerakan Pangan Murah berkolaborasi dengan Perumda Dharma Jaya dalam rangka pemenuhan permintaan daging ayam ras. “Kami juga melakukan rapat koordinasi TPID mingguan dalam rangka pemantauan stok dan harga,” tambahnya.
Ke depan, lanjut Arlyana, sinergi dan kolaborasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia serta seluruh stakeholder terkait yang tergabung dalam TPID Jakarta akan terus diperkuat untuk memastikan strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif) dalam pengendalian inflasi dapat berjalan baik dan efektif.
Selain itu, terus mendorong Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) sehingga inflasi Jakarta diharapkan dapat tetap terkendali dalam sasaran 3,0±1% pada sisa tahun 2023.
Lihat Juga: Pengmas FIA UI Tingkatkan Internalisasi Entrepreneurial Mindset di Kalangan Pelajar Jakarta
“Untuk bulan kemarin, kami mencatatkan inflasi sebesar 0,19% mtm dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,01% mtm,” ujar Kepala Perwakilan BI DKI Jakarta Arlyana Abubakar, dalam keterangan persnya, Rabu (2/8/2023).
Menurut dia, meningkatnya inflasi pada bulan Juli lebih dikarenakan adanya momen Hari Raya Iduladha yang menyebabkan sejumlah kenaikan harga pada kelompok transportasi, makanan, minuman, dan tembakau, serta penyediaan makanan dan minuman/restoran.
Sekalipun terjadi kenaikan harga, namun BI Jakarta mencatat inflasi secara kumulatif sepanjang tahun (Januari-Juli 2023) sebesar 1,14%. Jumlah itu lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang tercatat mencapai 3,08 persen.
Arlyana memaparkan, dari beberapa kelompok penyumbang inflasi, kelompok transportasi menjadi yang tertinggi yaitu 0,71% mtm atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mengalami deflasi -0,41% mtm. Artinya kelompok transportasi menyumbang 0,09% terhadap inflasi Jakarta.
Baca Juga: Inflasi Juli 2023 Naik Jadi 0,21%, BPS Ungkap Penyebabnya
“Inflasi pada kelompok tersebut terutama didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara dan angkutan antar kota sebagai dampak dari tingginya permintaan pada periode libur anak sekolah,” katanya.
Selanjutnya, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,29% mtm, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (0,20% mtm), sehingga memberikan andil sebesar 0,06%.
Kenaikan inflasi pada komoditas tersebut terutama bersumber dari peningkatan harga pada komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras sejalan dengan meningkatnya harga pakan dan meningkatnya permintaan masyarakat pasca kepulangan haji.
Selain itu, harga cabai merah juga meningkat didorong oleh menurunnya pasokan akibat telah berlalunya periode panen di daerah sentra produksi.
“Sedangkan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran juga mengalami inflasi sebesar 0,17% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan lalu (0,06% mtm) dan memberikan andil sebesar 0,02%,” terangnya.
Menaiknya inflasi pada kelompok tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan harga pada ketoprak, sate, dan ayam bakar sejalan dengan kenaikan harga bahan baku pangan (daging ayam ras dan telur ayam ras).
Kata dia, terkendalinya inflasi Jakarta tidak lepas dari sinergi, kolaborasi, serta koordinasi yang baik dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), termasuk dalam rangka implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Ini terlihat dari beberapa kegiatan mulai coaching clinic, bumbu pangan olahan UMKM binaan/mitra KPw BI Provinsi DKI Jakarta dalam rangka penguatan hilirisasi pangan.
Kunjungan bersama Perumda Pasar Jaya ke Pasar Tanah Tinggi Tangerang Banten dan PT Berdikari dalam rangka sinergi ketahanan pangan dan pengelolaan pasar serta kolaborasi dalam pemenuhan pasokan daging sapi dan daging ayam ras di DKI Jakarta.
Selain itu, upaya lain juga visitasi dan monitoring pasokan pangan oleh Food Station ke mitra kerjasama on farm dan stand by buyer. Gerakan Pangan Murah berkolaborasi dengan Perumda Dharma Jaya dalam rangka pemenuhan permintaan daging ayam ras. “Kami juga melakukan rapat koordinasi TPID mingguan dalam rangka pemantauan stok dan harga,” tambahnya.
Ke depan, lanjut Arlyana, sinergi dan kolaborasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia serta seluruh stakeholder terkait yang tergabung dalam TPID Jakarta akan terus diperkuat untuk memastikan strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif) dalam pengendalian inflasi dapat berjalan baik dan efektif.
Selain itu, terus mendorong Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) sehingga inflasi Jakarta diharapkan dapat tetap terkendali dalam sasaran 3,0±1% pada sisa tahun 2023.
Lihat Juga: Pengmas FIA UI Tingkatkan Internalisasi Entrepreneurial Mindset di Kalangan Pelajar Jakarta
(thm)