Anies Diminta Tak Buka Hiburan Malam karena Sulit Terapkan Physical Distancing
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sulitnya menerapkan physical distancing di tempat hiburan malam membuat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diminta tak membuka hiburan malam selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) .
Hal ini diungkapkan Ketua Dewan Pimpinan Pusat Satuan Tugas Anti Narkoba (DPP SAN) Anhar Nasution. Menurut dia, tempat hiburan sangat sulit untuk menerapkan pembatasan sosial. “Coba bayangin saat karaokean. Bagaimana menyanyi terpisah, apa rasanya, belum lagi saat clubbing, mau bagaimana berjoget dengan berjarak,” ujarnya, Selasa (14/7/2020).
Belum lagi saat memakai jasa pemandu lagu, penggunaan physical distancing sulit dilakukan. Para pelanggan enggan rugi karena harus duduk berjauhan. (Baca juga: Argo Yuwono: Korban Ujaran Kebencian di Media Sosial Segera Lapor Polisi)
Termasuk saat membuka gerai pijat, Anhar menyebutkan, gerai ini sulit menerapkan physical distancing. Pasalnya, sentuhan kulit antara lengan tangan tubuh pelanggan terjadi.
Di sisi lain dengan keluar masuk orang di kedua tempat ini membuat tempat hiburan rawan akan penyebaran Covid-19. “Jadi kalau saran saya mending ditunda dulu,” ucapnya.
Apalagi saat ini di Jakarta angka positivity rate-nya melonjak dari 4-5 sekarang sudah 10,5 persen. Karena itu, dia melihat bila tak diantisipasi betul maka lonjakan pasien positif bisa tak terkendali. (Baca juga: Bike Sharing Disenangi Warga, Jumlah Armada Sepeda Bakal Diperbanyak Lagi)
Sikap senada juga diungkapkan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Zita Anjani. Dia meminta tempat hiburan tak dibuka saat PSBB transisi. Zita meminta agar Anies lebih memprioritaskan membuka sekolah terlebih dahulu agar siswa bisa belajar secara tatap muka.
Jika Anies tetap ngotot membuka hiburan malam sebelum sarana pendidikan pada PSBB transisi tahap kedua nanti, PAN menyatakan untuk menolak kebijakan tersebut.
"Nah, itu saya tolak keras. Jangan sampai tempat hiburan dibuka sebelum pendidikan dibuka. Bila itu terjadi, saya akan kritik dan tolak keras," tegasnya.
Lihat Juga: Disambut Ribuan Pendukung 'Jakarta Menyala', Anies Hadir Dalam Apel Siaga Kawal TPS Pramono-Rano
Hal ini diungkapkan Ketua Dewan Pimpinan Pusat Satuan Tugas Anti Narkoba (DPP SAN) Anhar Nasution. Menurut dia, tempat hiburan sangat sulit untuk menerapkan pembatasan sosial. “Coba bayangin saat karaokean. Bagaimana menyanyi terpisah, apa rasanya, belum lagi saat clubbing, mau bagaimana berjoget dengan berjarak,” ujarnya, Selasa (14/7/2020).
Belum lagi saat memakai jasa pemandu lagu, penggunaan physical distancing sulit dilakukan. Para pelanggan enggan rugi karena harus duduk berjauhan. (Baca juga: Argo Yuwono: Korban Ujaran Kebencian di Media Sosial Segera Lapor Polisi)
Termasuk saat membuka gerai pijat, Anhar menyebutkan, gerai ini sulit menerapkan physical distancing. Pasalnya, sentuhan kulit antara lengan tangan tubuh pelanggan terjadi.
Di sisi lain dengan keluar masuk orang di kedua tempat ini membuat tempat hiburan rawan akan penyebaran Covid-19. “Jadi kalau saran saya mending ditunda dulu,” ucapnya.
Apalagi saat ini di Jakarta angka positivity rate-nya melonjak dari 4-5 sekarang sudah 10,5 persen. Karena itu, dia melihat bila tak diantisipasi betul maka lonjakan pasien positif bisa tak terkendali. (Baca juga: Bike Sharing Disenangi Warga, Jumlah Armada Sepeda Bakal Diperbanyak Lagi)
Sikap senada juga diungkapkan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Zita Anjani. Dia meminta tempat hiburan tak dibuka saat PSBB transisi. Zita meminta agar Anies lebih memprioritaskan membuka sekolah terlebih dahulu agar siswa bisa belajar secara tatap muka.
Jika Anies tetap ngotot membuka hiburan malam sebelum sarana pendidikan pada PSBB transisi tahap kedua nanti, PAN menyatakan untuk menolak kebijakan tersebut.
"Nah, itu saya tolak keras. Jangan sampai tempat hiburan dibuka sebelum pendidikan dibuka. Bila itu terjadi, saya akan kritik dan tolak keras," tegasnya.
Lihat Juga: Disambut Ribuan Pendukung 'Jakarta Menyala', Anies Hadir Dalam Apel Siaga Kawal TPS Pramono-Rano
(jon)